Bagian 2 - 10 (Apakah Ini Karma?)

13 3 0
                                    

Waktu sudah berlalu. Selama beberapa hari ke belakang, kamu hanya menghabiskan waktu di dalam rumah. Melakukan kegiatan ringan, seperti membantu ibumu membuatkan adonan kue donat, beres-beres rumah, mencuci pakaian, dan pekerjaan lainnya. Walaupun awalnya menolak, tetapi sang ibu memberi pengertian bahwa; jika seseorang terus mengurung diri, maka kegilaan akan semakin menghampiri. Dan itu benar.

Sebuah kalimat doa terucapkan dari mulut sang ibu. Rupanya kamu akan kembali ke sekolah dan menjalani hari-hari seperti biasa. Namun mimik wajah yang dipancarkan, tidak seperti dahulu. Kali ini lebih terlihat kacau. Mulai dari mata yang menghitam, pandangan selalu kosong, bahkan sering kali kamu berjalan dengan menggesekkan kaki ke tanah. Tampak seperti orang yang sudah kehilangan semangat. Ya. Bagaimana tidak? Jika orang terdekatmu tahu, itu akan membuat trauma.

Dalam perjalanan, beberapa orang mulai menatap sinis. Terdengar mereka tengah membicarakan perihal kelakuanmu. Tidak menyangka, bahwa insiden itu akan menyebar begitu cepat ke seluruh desa. Kedua tangan mulai menutupi telingamu, seakan mencoba agar tidak mendengar apa pun. Kamu pun mengubah ritme langkah kaki menjadi lebih cepat, seperti ingin segera menghindari mereka.

Sesampainya di sekolah, para siswa memberikan tatapan aneh, seolah-olah ada rasa tidak suka terhadap adanya dirimu. Seorang gadis bernama Jessy, teman sebangku Luella-berjalan cepat menghampirimu dengan pandangan penuh amarah. Tanpa basa-basi, dia layangkan sebuah tamparan keras ke arah pipi kananmu.

"Pembunuh!" Jessy menarik kerah bajumu dengan mata berkaca-kaca. "Kamu murid terpandang karena kepintaranmu dalam Fisika. Aku tahu kamu tidak pernah mengikuti jejak David. Namun mengapa kamu melakukan hal yang sering dilakukan David kepada Luella? Kamu bersikap seperti iblis dengan menyiksa batin dan fisiknya. Mengapa, Gerald? Mengapa?"

Tangis Jessy pecah. Dia memukul dadamu berulang kali. Mencaci maki dengan nada tinggi dan mengutuk penuh kebencian.

"Dasar pembunuh! Penyiksa! Tidak punya hati! Mengapa kamu tidak menyiksa dirimu sendiri, hah? Seberapa besar kamu merasakan penderitaan hidup, tidak akan pernah menyamai penderitaan Luella."

Semua orang memperhatikan pemandangan drama kalian berdua. Samar-samar, terdengar mereka saling melempar argumentasi perihal masalah itu. Rupanya, beberapa orang masih menyangka bahwa kematian Luella disebabkan akibat perundungannya di sekolah. Mereka pun menyebutmu sebagai pembunuh.

Kamu hanya bisa diam dan dengarkan saja kalimat dari mereka. Perlahan, tetesan air mata keluar. Kamu mendorong tubuh Jessy sampai dirinya terjatuh. Orang-orang di sekitar terlihat terkejut. Beberapa orang membantunya bangun. Sebagian orang lagi mulai marah, karena tindakan yang kamu buat kepadanya sudah berlebihan.

Kamu memilih menutup kedua telingamu dengan tangan-sambil menggeleng dan bergumam, "Tidak, tidak. Aku tidak membunuhnya."

"Iblis!" Jessy terlihat geram dengan tatapan penuh dendam.

Tidak lama kemudian, seorang guru datang dan mengamankan kegaduhan tersebut. Dia menyuruh semua murid untuk bubar. Jessy disuruh pergi ke UKS untuk diperiksa, barang kali ada luka akibat dorongan darimu. Sedangkan dirimu dibawa ke ruangan guru. Tidak ada perlawanan, kamu mengikutinya.

Di dalam sana, guru yang diketahui bernama Bu Dina itu mulai memperkenalkan seseorang kepadamu. Dia Allura, seorang penasihat yang menggantikkan tugas Pak Toni. Pak Toni mengambil cuti, karena mengurus istrinya yang sebentar lagi akan melahirkan. Namun Allura memiliki hak penuh untuk memperhatikanmu, karena ibumu meminta kepada pihak sekolah untuk lebih diperhatikan lagi. Begitu yang disampaikan oleh Bu Dina kepadamu.

"Hai, Gerald. Saya Allura. Untuk lebih akrab lagi, kamu tidak usah memanggil saya dengan sebutan 'Bu'. Akan tetapi kamu bisa memanggilku sesuai kenyamananmu."

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now