Bagian 2 - 7 (Luella)

13 3 0
                                    

Kalian berdua tampak duduk saling berjauhan. Sedangkan keadaan Luella masih terikat dan tidak hentinya menangis. Kamu menjedot-jedotkan kepalamu ke arah tembok sambil bergumam tidak jelas. David tampak sudah mabuk. Dia pun mengeluarkan semua rasa kekesalannya kepada Luella. Dia menunjuk ke arah wajah Luella sambil membentaknya. Kalian berdua memang sudah gila. Kehilangan akal sehat. Berotak kriminal.

Sebuah telepon rumah berdering. Hal itu membuatmu dan David terkejut. Kalian saling melempar pandangan dengan raut wajah panik. Sontak David berjalan keluar kamar dan mengangkat telepon tersebut. Dia tidak berbicara. Dia hanya mendengarkan beberapa kalimat. Samar-samar seorang perempuan berbicara dengan cepat.

"Luella, mungkin malam ini ibumu tidak akan pulang. Kondisi ibuku malah semakin parah. Ibuku tidak sadar, dan hanya terus bergumam ketakutan. Aku benar-benar sangat cemas. Jika tahu begini, kamu pasti ikut kemari juga. Besok akan kujemput dirimu, sehabis pulang sekolah. Luella, apakah masih dapat mendengarku?"

Selesai mengatakan itu, terdengar sang penelepon berteriak tidak jelas. Lalu telepon itu terputus begitu saja. David kembali memasuki kamar. Dia melihatmu sedang membuka ikatan pada kaki Luella, lalu disusul dengan mengambil sapu tangan pada mulutnya. Mulutnya nampak merah, mungkin karena terlalu lama menahan kain tersebut di dalam sana.

"Hukum aku, Lue," katamu. Dia masih tersedu-sedu.

"Biadab," lirihnya.

David menampar keras pipi Luella. Lalu dia berbicara kasar dan menghinanya sampai tega meludahi wajahnya saat selesai mengucapkan kalimat terakhir. Kamu memarahinya karena David sudah bersikap sangat keterlaluan. Bagaimana tidak? Tindak pelecehan seksual ini tidaklah cukup bagi David. Dia malah semakin menjadi dengan bersikap layaknya calon psikopat.

Tahukah kalian? Tindak kekerasan dan pelecehan seksual ini akan menimbulkan seseorang depresi berat. Gangguan yang terjadi ketika perasaan yang diasosiasikan dengan kesedihan dan keputusasaan. Hal itu dapat terjadi untuk jangka waktu yang panjang, sehingga mengganggu pola pikir sehat. Mengapa? Karena itulah masa depannya. Kehormatannya. Namun tanpa adanya hati nurani, dengan mudah kalian menghancurkannya.

Kamu membersihkan cairan menjijikkan itu dari wajah Luella. Kemudian melepaskan tali pada kedua tangannya. Setelah lepas, dirimu menutupi tubuh Luella dengan selimut. Sontak, Luella langsung terduduk. Menempelkan punggungnya ke tiang ranjang dan melindungi tubuhnya dengan selimut. Dia mengusirmu dan David dengan nada suara yang hampir saja tidak dapat didengar. Matanya begitu sembab. Wajahnya sangat pucat dan berantakan.

"Jika kamu ingin pulang bersamaku, maka keluarlah sekarang!" Masih dengan penuh amarah, David keluar dari kamar dan menutup pintu dengan kencang.

Kamu masih menatapnya. Pancaran matamu mengekspresikan rasa iba kepada gadis yang saat ini sedang tidak berdaya. Tanganmu mencoba untuk menyentuh pipinya, tetapi Luella menangkisnya sambil berbicara dengan nada suara yang bergetar, "Jangan sentuh aku lagi!"

"Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku." Luella tidak menjawab. Dia memeluk lututnya sambil terus menangis. Dengan lemas, kamu mengambil semua barangmu di sana. Kemudian pergi begitu saja meninggalkan Luella.

Di dalam mobil, kamu mulai menangis dan menjedotkan kepala ke kursi mobil yang sedang didukuki. David menatapmu kesal. Dia marah dan mengatakan bahwa dirimu cengeng, terlalu mudah bawa perasaan. Dia menganggapmu bahwa kamu memang menyukai Luella. Pernyataan itu membuatmu tersinggung, dan kamu mulai balik memarahinya. Kalian berdua berdebat dengan mempertahankan argumen masing-masing. Lalu kalian mulai berhenti beradu mulut setelah mendengar suara klakson mobil dari arah kejauhan.

"Apakah yang akan datang keluarga Luella?" tanyamu panik.

"Sebaiknya kita pergi sekarang juga, sebelum masalah besar datang."

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang