Bagian 1 - 3 (Kesedihan)

39 12 13
                                    

Cuaca saat ini begitu sulit untuk diprediksi. Begitu pula dengan perubahan suhu udaranya. Ada kalanya suhu terasa begitu panas menyengat. Ada saatnya pula suhu menjadi dingin hingga membuat tubuhmu menggigil. Namun, ketika menghadapi perbedaan suhu tersebut, terutama suhu dingin—ada kalanya kamu pasti akan merasakan dinginnya suhu begitu berlebihan. Tubuh pun menjadi sering menggigil tidak karuan. Padahal, bisa saja orang di sekeliling merasakan hal yang biasa-biasa saja.

Tampak beberapa pasang mata tertuju ke arahmu yang sedang berjalan melewati koridor sekolah. Samar-samar, terdengar berbagai suara bisikkan suatu hal negatif tentangmu yang dikaitkan dengan kematian Luella. Kelihatannya, dirimu memilih untuk mengabaikan cemoohan mereka seraya tetap melewati mereka dengan santai.

Lalu pandanganmu tertuju pada seorang guru yang tengah berdiri di dekat kelasmu. Kamu menghela napas menyadari itu, seakan mengetahui hal yang akan terjadi. Benar saja. Sebelum memasuki kelas, guru tersebut memintamu untuk datang ke ruangannya. Alhasil, kamu pun mengikuti perintahnya.

Setelah berada di ruang guru tersebut, kalian berdua duduk saling berhadapan dengan tatapan serius. Terlihat ada sebuah nama terpampang di sana, Allura Alberta. Seorang guru BK.

"Menurut pernyataan David, kamu memang ikut merundung Luella. Hanya saja pada saat terakhir Luella dirundung secara fisik oleh David, kamu hanya menyaksikannya saja. Benar?" Kamu terdiam dan menunduk. "Gerald, mengapa kamu tidak menahan David?"

Kamu mengangkat kepalamu. "Apakah aku dipanggil kemari hanya untuk ini?"

"Bukankah masalah ini belum selesai, Gerald? Kamu bahkan menolak untuk dibawa ke tempat rehabilitasi. Kamu juga menolak untuk diinterogasi," jelasnya.

"Bisakah Anda tidak membahas soal Luella lagi?"

"Kita butuh kesaksian dan penjelasanmu, Gerald. Kamu sangat dekat dengan David, bukan? Ini bisa meringankan kasusmu. Apa yang kalian berdua lakukan harus ada alasannya."

"Aku minta maaf. Aku tidak bisa membahas tentangnya lagi," ucapmu dan beranjak meninggalkan ruang guru itu dan menutup pintu dengan kasar.

Guru itu hanya bisa menatap pasrah atas kepergianmu dari ruangannya. Saat kamu berada di luar ruangan, sendirian—kamu pun langsung menangis. Kemudian kamu memukul dinding dengan amat keras, memperlihatkan luapan rasa kekesalan dan kesedihan atas kejadian itu.

Suara pukulan tanganmu membuat Allura keluar dari ruangannya. Dia melihatmu terus meluapkan emosi dengan pukulan per pukulan pada dinding. Terlihat Allura sangat panik mendapatimu bersikap seperti itu. Sontak dia langsung menahan tubuhmu, mungkin agar tidak melakukan hal itu secara berlebihan.

"Hentikan, Gerald! Berhentilah!" tahannya.

Namun tenaganya tidak dapat melawan besarnya tenagamu. Alhasil kamu menangkis lengan Allura sampai dirinya terjatuh dan menyisakan sedikit goresan luka pada sikutnya.

"Ah," lirihnya.

Kamu menatap guru itu. Kemudian melarikan diri meninggalkannya seakan tidak melakukan dosa apa pun. Selepas berlari menuju lapangan sekolah, kamu menghampiri murid yang tengah bermain basket. Lalu secara tiba-tiba, kamu mendorong tubuh salah satu dari mereka sampai dirinya terjatuh dan memukul wajah pria tersebut dengan keras. Sontak orang-orang di sana mencoba menahanmu. Setelah berhasil memisahkanmu darinya, mereka semua menatap ke arahmu.

"Hei! Apa kamu benar-benar tidak waras? Lihatlah wajah Bima! Kamu memukulnya sampai babak belur. Seharusnya berada di rumah sakit jiwa," kata salah seorang tim di sana. Namun sejenak kamu terdiam dan berusaha mengatur napasmu.

"Pukul aku!" perintahmu dengan nada yang datar.

Sesekali pria itu menengok ke arah teman-teman di sekitarnya. Mungkin mereka tidak memahami maksudmu.

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now