Bagian 2 - 2 [Berteman]

16 5 0
                                    

Suara ponsel berbunyi. Kamu melihat nama kontak tertera di sana. Terdapat foto profil seorang gadis dengan rambut terurai, ada senyuman manis di garis bibirnya. Kamu pun langsung mengangkat telepon tersebut.

"Ada apa?" Kalimat pertama pada awal sapaanmu. "Aku tidak bisa. Hari ini ada kelas tambahan untuk olimpiade fisika. Jadi, jangan ganggu aku!"

Kamu menutup telepon tersebut secara sepihak dan menyimpan ponsel itu di samping buku. Tangan kirimu memijat kening secara perlahan, seakan merasa pusing atau bahkan bingung melihat materi di buku paket itu. Kemungkinan kamu kesulitan berkonsentrasi dalam hal belajar. Padahal, suasana kelas mulai hening. Hanya kamu seorang yang ada di sana. Lalu tak lama kemudian, seseorang datang menghampirimu.

"Apakah kamu siap untuk kelas tambahan?" tanyanya.

Kamu menengok dan mencoba bersikap santai. "Mari langsung mulai saja pelajarannya, Bu."

"Baiklah! Kita mulai dari materi trigonometri. Buka bab 8 dari buku paketmu." Lantas kamu pun mengikuti arahannya.

Sudah satu setengah jam kamu belajar materi tersebut. Guru itu pun membolehkanmu pulang. Dengan raut wajah malas, kamu memasukkan semua bukumu di tas. Setelah itu melangkah pergi dari kelas.

Kamu duduk di bangku yang ada di depan kelas sambil mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Setelah itu mengisap sedikit demi sedikit batang rokok tersebut. Nampak kamu menikmatinya, seperti sebuah pembalasan untuk melepaskan rasa penat.

Di tengah-tengah aktivitasmu, seseorang datang dan duduk di sampingmu tanpa ragu. Dia tersenyum dan bertanya, "Apakah tidak masalah, jika merokok di area sekolah?"

Kamu menengok dan menyadari bahwa anak baru itu sedang bersamamu, dengan cepat kamu membuang rokok tersebut ke lantai, lalu menginjaknya sampai rokok tersebut padam. "Diamlah!"

"Apa? Boleh katakan sekali lagi?"

"Budek," celamu dengan perlahan.

"Tunggu, aku pakai alat pendengar dulu."
Segera gadis itu mencari alat bantu dalam tasnya. Setelah mendapatkannya, dia langsung memakaikan itu di telinganya. "Hei, ayo katakan sekali lagi."

Kamu mengabaikannya dengan mengambil tasmu dan beranjak pergi dari sana. Gadis itu pun mengikutimu dari arah belakang. Dia berusaha mendapatkan perhatianmu dengan terus mengajakmu berbicara, tetapi kamu tidak memedulikannya.

"Apakah kamu takut aku melaporkannya kepada guru?" tanya gadis itu, "Tenanglah! Aku tidak akan memberitahu siapa pun perihal masalah ini. Jangan khawatir!"

Gadis itu sudah cukup ramah dalam hal berbicara. Namun mengapa dirimu tidak ingin menerima keberadaannya? Bahkan untuk menjawab pertanyaan pun, kamu tidak mengizinkan gadis itu mendengarkan suaramu.

"Tidak bisakah kita berteman baik?" tanyanya seraya menghalangi jalanmu.

Kamu berjalan ke arah sini, dia pun mengikutimu. Kamu berjalan ke arah sana, dia pun sama. Kamu meremas tas ranselmu, mengekspresikan bahwa ada rasa kesal melihat sikapnya. Dirinya mulai memasang raut wajah yang tegang, saat mendapati pandanganmu tajam menatapnya.

"A-apa kamu mau memberitahu namamu padaku?" tanya gadis itu gelagapan.

"Bisakah kamu tidak mengangguku?"

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now