Bagian 1 - 5 (Terakhir?)

20 5 3
                                    

Pintu rumah terbuka. Kamu membuka sepatu dan langsung memasuki ruangan. Saat berjalan melewati dapur, di sana terlihat ibumu sedang menyajikan masakan. Tampak seperti oseng kangkung, lengkap dengan kerupuk kakap dan juga mendoan tersedia di atas meja makan.

Masakan rumah memang paling nikmat, dibanding masakan di luar atau masakan siap saji. Bukan berarti masakan mereka tidak enak, melainkan masakan rumah dapat membuat hubungan bersama keluarga menjadi lebih dekat. Suasana rumah pun akan terasa hangat. Selain itu, harga pun relatif murah.

Langkah kakimu langsung menghampirinya. Kamu duduk di kursi sana dan menyimpan tasmu di kursi sebelah kanan. Kamu menuangkan air ke dalam gelas, kemudian meminumnya sampai tidak tersisa.

"Sebaiknya mandi terlebih dulu, sebelum makan. Pulang sekolah badanmu penuh keringat," kata ibumu.

"Aku bolos sekolah, Bu," ungkapmu mengabaikan perkatannya.

"Apakah kamu sudah bertemu dengan David?" tebaknya.

Sontak kamu menatapnya. Ibumu bagaikan seseorang yang memiliki keahlian membaca pikiran. Seorang manusia tidak dapat mengetahui pikiran orang lain. Namun fakta lain mengatakan bahwa, memang banyak orang yang sudah memahami tingkah laku dan ekspresi, saat bertatap muka secara langsung. Karena dia adalah ibumu, orang yang paling dekat denganmu. Sudah pasti memiliki itu terhadapmu.

"Dari mana Ibu tahu?" tanyamu.

"Ibu mendengar kabar bahwa dia mulai belajar kembali, karena sudah menjelang ujian."

"Ya. Aku tidak menyangka akan berpapasan dengannya. Ibu jangan cemas, aku tidak akan mengulangi kesalahan itu."

Ibumu hanya menebarkan senyuman. "Cepatlah mandi, lalu setelah itu kita makan bersama. Kamu pasti sudah lapar."

"Ibu benar."

Hari sudah malam. Kamu berbaring di ranjang seraya memainkan permainan, Snake II, pada ponsel Nokia 2300. Permainan pertama, ularmu mencapai nilai 3955. Namun saat bermain untuk kali kedua, getaran ponselmu mengalahkan ularmu sebelum mencapai nilai 100.

"Ah, sial. Belum apa-apa, sudah kalah," umpatmu kesal.

Kamu menutup permainan tersebut dan melihat halaman pertama layar ponsel. Ada sebuah pesan masuk. Segera kamu membuka pesan tersebut dan di sana tertera nama 'David'. Isi pesan tersebut menyampaikan bahwa, dia mengajakmu untuk datang menonton balap motor. Namun setelah membaca pesan itu, kamu mengabaikan dan tidak membalas pesannya. Kemudian ponselmu langsung dimatikan dan menyimpannya di nakas. Segera kamu pun pergi tidur.

🌹🌹🌹

Di sekolah, kamu fokus membuat lukisan seorang gadis yang sedang duduk di bangku taman pada selembar kertas gambar berukuran A4. Kepalanya menunduk, lalu kedua tangannya terlihat sedang menutupi wajah. Namun pada lukisan itu, terlihat ada sosok lain. Seorang pria berdiri menatap pada sosok gadis itu dengan gaya kedua tangan dimasukan pada saku celananya.

Sepertinya kamu menggambarkan sosok pria sedang menatap seorang gadis--duduk bersedih di bangku taman. Begitukah maksudmu? Namun sentuhan terakhir kamu berikan titik hujan di sana, seakan menggambarkan suatu kenyataan yang ada melalui cara yang lebih dramatis. Kelihatannya tempat yang sudah kamu gambar seperti tidak asing lagi.

Tidak lama setelah itu, seseorang datang membuka pintu kelas. Semua murid sontak menatap padanya. Terbilang aneh, jika seorang siswa menjadi pusat perhatian dalam satu kelas. Akan tetapi tidak dapat memungkiri bahwa nyatanya memang ada hal seperti itu. Lalu dirinya berjalan menghampirimu dan duduk di bangku depan. Dia, David. Kini sedang menatap lukisan itu dan sesekali melihat ke arahmu yang tetap fokus menyelesaikan lukisan itu.

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang