Bagian 2 - 5 (Mengakui)

8 2 0
                                    

"Gerald, apakah kamu tidak akan pergi ke sekolah?" tanya ibumu yang sedang melihatmu masih berbaring di kasur.

Hari memang sudah siang. Bahkan mentari mulai naik dan menyorot ke arah jendela kamarmu. Pancarannya memenuhi setiap sudut ruangan. Perlahan, kamu membuka mata dengan sangat berat. Kemudian melamun sejenak, selayaknya seseorang yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Kamu berbalik menghadap ke arah ibumu. "Aku akan sekolah, Bu. Namun beri waktu sebentar lagi."

"Baiklah. Ibu sudah selesai membuat kue donat. Tolong kirimkan ke warung, ya! Ibu akan menyiapkan sarapan untukmu," ucap ibumu seraya pergi dari kamarmu.

Kamu beranjak dari kasur dengan malas, lantas segera kamu berjalan menuju dinding dekat pintu untuk mengambil handuk. Setelah keluar dari kamar, sejenak kamu diam mematung. Terlihat ada tamu, yaitu seorang wanita paruh baya dan seorang gadis cantik dengan rambut terurai panjang. Kamu seakan terkejut dengan kedatangan mereka berdua.

"Hei, kamu sudah bangun, rupanya. Ayo cepat kemari!" perintah ibu kepadamu untuk segera bergabung dan mengobrol bersama mereka.

Kamu dan tamu tersebut tampak saling melempar pandangan. Lalu kamu pun berjalan mendekati sebuah pintu yang tak lain adalah pintu menuju kamar mandi. Kemudian kamu membukanya.

"Aku akan mandi terlebih dulu, Bu."

Kamu pun memasukinya. Setelah berada di dalam kamar mandi, secara diam-diam dirimu menempelkan kuping pada pintu. Gerak-gerikmu seakan ingin menguping pembicaraan yang mereka lakukan kepada ibumu. Samar-samar mereka membicarakan persoalan hari kemarin, yaitu alat pendengar Luella yang rusak. Dapat ditebak bahwa mungkin Luella sudah meyakinkan ibunya bahwa yang bersalah bukan dirimu, melainkan David.

Tidak lama mendengarkan mereka, kamu pun mengakhiri aktivitas mengupingmu dan bergegas untuk mandi. Setelah selesai, kamu segera berpakaian sekolah dengan rapi. Tidak lupa mengenakan jam tangan berwarna hitam di tangan kirimu. Setelah semuanya beres, kamu kembali ke ruang tamu. Namun sepertinya langkahmu tidak menunjukkan ke arah mereka. Melainkan ke arah dapur dan membawa keranjang baki berisikan kue donat.

"Bu, aku akan mengatarkan dagangan ke warung," ucapmu seraya berjalan pergi.

Langkahmu dihentikan oleh ibumu. Dia mengambil keranjang tersebut dan disimpan di atas meja. Kemudian menarikmu untuk duduk menemui mereka. Dia mengatakan bahwa kamu harus mendengarkan apa yang mereka katakan. Akhirnya kamu pun menuruti apa yang diinginkan olehnya.

Tampak kalian duduk saling berhadapan. Kamu menunduk seakan tidak berani menatap mereka. Lalu percakapan dimulai ketika ibumu menyerahkanmu untuk berbicara lebih intim lagi. Dia mengambil kembali keranjang tersebut dan meninggalkanmu bersama mereka. Suasana mendadak menjadi hening kembali. Tidak lama setelah itu, kamu menawarkan sesuatu.

"Apakah kalian mau minum?"

"Tidak, Gerald. Kami datang kemari ingin bertanya sesuatu kepadamu, perihal pengakuanmu hari kemarin," sahut wanita tersebut, yang tidak lain adalah ibu Luella.

"Apa yang ingin ditanyakan?" Kamu berbicara sangat datar.

"Mengapa kamu berbohong? Jika pun memang David yang melakukannya, mengapa kamu tidak mengakuinya saja? Bukankah lebih baik menjadi orang yang jujur. Kamu berani bohong dan akibatnya malah menyusahkan dirimu sendiri," jelasnya.

Kamu terdiam.

"Gerald, kamu adalah saksi," tambahnya.

"Sebaiknya kalian tidak perlu repot-repot datang kemari hanya untuk menjelaskan soal ini. Sudah kubilang, aku akan menggantinya," ucapmu tegas.

"Ini bukan persoalan mau diganti atau tidaknya. Melainkan kejujuran dan kesalahan yang kamu tutupi."

"Kalian sudah tahu siapa pelakunya, lalu mau apa dariku? Apakah aku harus mengutarakan sebuah kejujuran ini kepada pihak sekolah? Begitu? Apakah semuanya akan kembali normal dan murid-murid di sekolah kembali memandang baik kepada kami? Tidak, bukan? Jadi untuk apa kalian berdua capek-capek datang ke sini hanya untuk itu?"

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now