Bagian 2 - 8 (Ini Memang Kesalahan)

13 3 0
                                    

"Lihat! Kertas ini ada di saku bajunya Luella. Dia menuliskan nama kalian berdua. Apakah kalian berdua ada hubungannya dengan kematian Luella?" tanya Pak Toni kepadamu dan juga David sambil memberikan selembar surat dengan sedikit noda merah pada tulisannya. Kamu tidak menjawab. Hanya melamun, seperti mengosongkan pikiran.

"Bapak tahu, sebelumnya kami memang bermasalah dengan Luella," sahut David, terdengar tanpa ada keraguan.

"Apakah kalian berdua merundungnya lagi?" David diam. "Sudah saya duga, kalian pasti merundungnya lagi. Ada apa dengan kalian, hah? Kenapa kalian sangat senang berprilaku buruk kepada orang lain?"

"Penjarakan saya, Pak!" lirihmu.

"Apa maksudmu?"

"Saya yang menyebabkan Luella bunuh diri, Pak. Sayalah yang membuatnya kehilangan nyawa. Saya tidak menolongnya, Pak. Saya membiarkannya tersiksa." Kamu menangis.

"Apa yang terjadi? Apa yang kalian berdua lakukan?" Pak Toni mulai penasaran.

"Saya menyiksanya," sahut David dengan pelan.

Pak Toni menggebrak meja. Dia mendengus, dan mulai berjalan menghapirimu. Dia menamparmu keras. "Apa kamu tidak punya otak? Kamu menyiksa seorang gadis lemah, Gerald. Apakah kamu tidak berpikir, bahwa yang kamu lakukan itu membuatnya melakukan bunuh diri?"

"Saya menyesal, Pak. Saya menyesal."

"Ini bukanlah kesalahan Gerald. Saya yang menyiksanya, Pak. Saya yang membuat Luella meninggal."

"Kalian berdua ini ... sangatlah keterlaluan!" Pak Toni menekankan.

"Saya mengaku, saya yang merencanakan kejahatan ini. Gerald tidak mengetahui dan dia hanya ikut menjadi antek rencana saya terhadap Luella," ungkap David.

Pak Toni menampar keras pipi David. Dia mengeraskan giginya, mungkin gemas dengan kelakuan kalian berdua. "Saya akan memanggil orang tua kalian. Ini kasus bukan main. Sudah pasti akan terkena hukuman. Kalian benar-benar ...."

"Saya menyesal."

"Maafkan kami."

Lantas Pak Toni keluar ruangan dan pergi ke sesuatu tempat. Rupanya dia berpapasan dengan beberapa guru dan mengobrol dengan serius. Sedangkan kalian berdua masih di dalam ruangan, kamu menangis dan sudah pasti menyesali perbuatan buruk yang sudah dilakukan. Namun tidak dengan David. Dia malah berbicara kepadamu, bahwa perbuatannya setimpal dengan apa yang sudah dilakukan Luella. Jelas, hal itu membuatmu sangat marah dengan pernyataannya. Kamu menyebut David sebagai orang gila yang tidak berhati nurani.

Pertengkaran tiada akhir. Kalian berdua saling meneriaki dengan kata, 'orang gila', sampai pada akhirnya kepolisian tiba bersama orang tua kalian. Para polisi melerai pertengkaran di antara kalian berdua, dan kemudian dibawa untuk pemeriksaan lebih lanjut di kantor polisi. Sedangkan orang tua kalian mengobrol dengan pihak sekolah mengenai permasalahan ini.

Selama menunggu giliranmu untuk pemeriksaan. Tanpa sadar ataupun tidak, terlihat kamu sedang mencubit lengan sampai kulitmu terkelupas. Lalu tidak lama setelah itu, David keluar dan kini bagianmu. Kamu pun memasuki ruangan tersebut. Sepertinya kamu sangat gugup, itu dapat dilihat dari cara jalanmu. Bagaimana tidak? Sebentar lagi adalah detik-detik pengakuanmu.

Di dalam, kamu banyak ditanyai perihal hubungan dan kedekatanmu dengan Luella. Awalnya kamu enggan menjawab, tetapi secara perlahan kamu mengungkapkan sedikit cerita, walau dengan terbata-bata. Entah itu karena penuh keraguan, atau penuh ketakutan. Di akhir kalimat, kamu terus memohon ampun kepadanya. Kamu mengaku sebagai penyebab kematian Luella. Alasannya karena kamu tidak dapat menolong Luella dari perundungan yang sudah direncanakan oleh David.

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now