Bagian 2 - 3 [Jahil]

11 5 0
                                    

Kamu terbangun. Perlahan-lahan kamu membuka mata dan menatap langit-langit, melamunkan sesuatu. Namun selain itu, bisa saja kamu menunggu seluruh rohmu kembali masuk pada tubuhmu. Sepertinya hal yang kamu senangi adalah keheningan, kesendirian dan ketenangan. Bukan begitu?

Ini sudah pukul 07.12 pagi. Kamu bersiap-siap berangkat ke sekolah, mengenakan sepatu dengan tergesa-gesa sambil menggantungkan roti di mulutmu. Setelah selesai memakaikan sepatu, segera kamu menutup pintu dan hendak pergi. Sebelum itu, seorang wanita paruh baya memanggil namamu.

"Gerald!"

Kamu menengok. "Ya, Bu."

"Tolong antarkan donat ini ke warung bu Ida, ya."

Rupanya wanita paruh baya itu adalah ibumu. Dia memberikan sebuah keranjang berisikan kue donat. Sangat beragam rasa. Terlihat donat itu ditaburi dengan tepung gula.

"Baik, Bu. Aku mau sekalian berangkat ke kampus."

"Hati-hati, Nak."

Kamu pun pergi dengan membawa keranjang tersebut sambil menghabiskan roti sepanjang perjalananmu. Setelah itu, kamu sampai di warung bu Ida yang dimaksudkan oleh ibumu.

Kamu melangkahkan kaki menuju kelas. Koridor sekolah cukup sepi, karena sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Diam-diam kamu mengintip keadaan di kelas melalui jendela kaca, untung saja tidak ada guru di sana. Lalu tanpa ragu kamu memasuki kelas dan duduk di bangkumu.

Gadis yang ada di depanmu, Luella, membalikkan badan dan bertanya, "Mengapa baru datang?"

"Bukan urusanmu," jawabmu sinis sambil mengeluarkan buku gambar dan pensil dari dalam tas.

"Mengapa jawabanmu cetus, Gerald?"

"Jangan ganggu!" perintahmu yang mulai fokus.

Luella pun berbalik badan kembali. Sesekali dia menatap ke arahmu, tetapi dirinya tidak berani berbicara sepatah kata apa pun. Herannya, mengapa sikapmu kembali berubah seperti awal lagi? Padahal hari kemarin kamu sudah memperlihatkan sikap yang baik.

David berjalan menghampirimu. Dia sudah memperhatikan kalian berdua berbicara, saat kamu tiba di kelas. Kemudian dirinya duduk di atas mejamu dan mulai bertingkah tidak sopan dengan menjambak rambut Luella sampai kepalanya tertarik ke belakang. Dia merintih kesakitan, tetapi hal itu membuat David tertawa bak pentas komedi. Kamu melihat kejadian itu dengan jelas. Namun yang kamu lakukan hanya diam.

"Ada apa, sih, denganmu?" tanya Luella.

"Tidak ada apa-apa. Kamu yang mulai memancingku untuk melakukannya," jawab David.

"Maksudnya?"

"Dasar bodoh! Begitu saja tidak mengerti," celanya.

"Sebaiknya kamu bersikap sopan, ya."

"Apa? Sopan?"

David tertawa tanpa henti, dan Luella mendelik kesal. Kamu hanya melirik tingkah laku temanmu yang terus menjahilinya. Dia menarik rambut Luella berulang kali, bahkan dirinya mengambil alat dengar milik gadis itu. Dengan senangnya, David memainkan alat dengar itu dan dia melempar-tangkap ke atas.

"Alat apa ini?"

"Kembalikan!" ucap Luella mencoba meraih barang miliknya.

David mulai memasangkan alat pendengar tersebut pada telinganya. Kemudian dia mencoba berbicara untuk mengetes seberapa tajam suara yang akan didapatkannya. Setelah beberapa kalimat diucapkan, dia langsung melepasnya dan melemparkan benda tersebut ke sembarang arah. Luella pun terkejut dan segera mengambil barang miliknya.

Kesalahan Mematikan (TAMAT) Where stories live. Discover now