3. Berlatih

67 9 0
                                    

Langit gelap yang dipenuhi bintang siap menyuguhi pemandangan. Gedung-gedung itu tampak menjulang tinggi, tampak sangat mempesona dengan cahaya lampu kerlap-kerlip yang membantu bintang menerangi Bumi.

Orang-orang berlalu-lalang disekitar. Suara tawa gadis paling mendominasi di pendengaran Inoichi. Ketiga gadis itu tertawa dengan lelucon yang di lontarkan temannya.

Tak lama kemudian, keributan muncul. Sontak saja membuat para gadis itu terdiam dengan wajah bingung juga penasaran.

Waktu seolah semakin cepat. Sekarang salah satu gadis tadi sedang berlari kearah seorang pria remaja yang tengah melamun di tengah jalan.

Brak

Keduanya terpental tertabrak benda yang melaju dengan kecepatan tinggi. Inoichi tidak tau benda apa itu. Suasana disini tampak sangat asing, tampak seperti bukan di dunianya.

Tempat ini sangat maju, lebih maju dari desa Konoha. Itu membuatnya selalu merasa gelisah. Sebenarnya ini ada dimana?

Kemudian kegelapan datang. Sangat gelap, bahkan setitik cahaya pun takut untuk masuk. Hampa, itu yang ia rasakan. Seolah tidak ada makhluk yang tinggal disini. Hanya dia, sendirian.

Orang-orang yang melihat gelagat aneh dari Inoichi langsung terheran-heran. Ada apa dengannya? Biasanya tidak pernah sampai seperti ini saat melihat ingatan orang lain.

Mata yang tertutup itu bergerak dengan cepat, deru nafasnya memburu, dadanya naik turun. Sukses membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu dilanda kepanikan.

"Hosh hosh huft...,"

"Ada apa? Mengapa kau sangat aneh saat melihat ingatan mereka?" Tanya salah satu dari orang yang ada di dalam ruangan.

"Entahlah. Rasanya sangat hampa, sangat kosong, seperti tidak ada kehidupan sama sekali." Jawab Inoichi seadanya.

"Kita harus segera melapor pada tuan Hokage." Mereka semua mengangguk setuju. Kemudian pergi dengan pikiran yang kacau.

...

"Hmm... itu aneh." Ucap Hiruzen, Hokage ke-3.

"Tapi aku tidak mungkin salah. Semua ingatan mereka sangat nyata." Ucap Inoichi.

"Huft... kita lihat pergerakan mereka 3 bulan kedepan. Jika memang benar tidak ada yang mencurigakan, aku akan membuat kartu penduduk untuk mereka. Mungkin juga mereka bisa masuk Akademi Ninja," mereka mengangguk mendengar perkataan Hokage.

"Tidak bisa begitu Hiruzen, walaupun mereka masih anak-anak,  tapi bisa saja mereka adalah mata-mata musuh, " ucap Danzo, salah satu petinggi desa.

"Benar juga, " gumam Hiruzen.

"Maaf Tuan Hokage, tapi aku 1000% yakin kalau mereka bukan mata-mata." ucap Inoichi.

"Baiklah agar lebih aman aku akan menyuruh Itachi yang mengawasi anak-anak itu." putus Hiruzen.

"Tapi Itachi sedang mengurus tentang Kudeta Uchiha, " tolak Danzo.

"Mengapa kau ribut? Itachinya saja tidak protes. " ucap Hiruzen.

"Bubar!"

...

"Cakra adalah kekuatan yang ada di setiap makhluk hidup, memungkinkan mereka untuk menggunakan Ninjutsu dan Genjutsu. Cakra mengalir dalam tubuh seperti darah dengan pusat cakra di bagian perut pada Manusia." Jelas Itachi.

Rey mendengarkan dengan antusias. Sedangkan Reyna mendengarkan dengan raut wajah yang di tekuk masam.

"Apa perbedaan antara antara Ninja dan warga biasa?" Tanya Rey.

"Jika Ninja seperti ku sudah membuka titik cakra yang ada dalam tubuh yang memungkinkan aku untuk menggunakan Ninjutsu, Genjutsu, atau menambah kapasitas cakra." Jawab Itachi.

"Bagaimana cara membuka titik cakra?" Tanya Rey.

Itachi tersenyum. "Itulah yang akan ku ajarkan pada kalian. Pertama-tama dengan cara..."

Lakukan teknik pernafasan perut. Sikap tubuh dan fikiran harus rileks, tidak perlu konsentrasi berlebih, cukup alihkan perhatian pikiran ke perut. Lakukan minimal 10 menit. Kalau dasarnya sudah kuat maka akan timbul aliran hawa hangat di perut. Kemudian kamu akan merasakan udara yang menjadi sejuk.

Kemudian lakukan teknik pernafasan dada. Semua sama seperti pernafasan perut. Jika kalian berhasil maka kalian akan merasakan rasa hangat di bagian dada.

Lalu lakukan teknik pernafasan diafragma. Pindahkan pertatian pikiran ke ulu hati. Jika kalian berhasil, maka akan terasa tekanan di area ulu hati. Dan akhirnya, jika kalian berhasil dengan tiga proses di atas, maka kalian akan merasa ada sesuatu yang mengalir dari perut ke seluruh tubuh, perasaan hangan yang menenangkan.

"Selanjutnya aku akan mengalirkan cakra ku pada tubuh kalian untuk membantu kalian menerobos titik cakra," ucap Itachi.

Mereka berdua berhasil membuka cakra dalam waktu 40 menit. Ternyata prosesnya panjang dan susah ya guys:) pantes aja masih banyak anak Akademi yang masih belum membuka cakra mereka.

Bisa di bilang Rey dan Reyna adalah anak yang lumayan pintar. Lumayan loh:)

"Aku akan mengajarkan Henge no Jutsu, Bunshin no Jutsu, berjalan di pohon,  berjalan di atas air, air panas, air terjun, dan beberapa pelatihan dasar soal Shuriken Jutsu dan Taijutsu." Jelas Itachi.

"Tapi sebelum itu, aku akan mengajarkan cara mengontrol cakra dengan menempelkan daun ke seluruh wajah kalian. Alirkan cakra pada daun, jangan terlalu banyak karena jika kalian mengalirkan terlalu banyak cakra maka daun akan hancur, dan jangan terlalu sedikit juga karena jika terlalu sedikit maka daun tidak akan menempel pada wajah." Jelas Itachi.

"Baik."

"Selagi kalian menempelkan daun ke wajah kalian, aku akan mengajari Sasuke teknik melempar Shuriken yang baru," ucap Itachi membuat Sasuke memekik senang.

"Kenapa kak?" Tanya Rey saat melihat raut wajah kakaknya yang murung.

"Kayaknya kita gak usah jadi Ninja aja deh," ucap Reyna membuat Rey melotot kaget.

Apa katanya tadi? Jangan menjadi Ninja? Tentu ia pasti akan menolak mentah-mentah. Menjadi Ninja adalah impiannya sejak di dunia sebelumnya. Dia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini. Jika dibayangnyan, pasti akan sangat menyenangkan bisa bertempur dengan teman-teman, kan?

"Kalo lo gak mau jadi Ninja ya gak papa. Gue tetep bakal jadi Ninja, dengan atau tanpa lo." Ucap Rey.

Reyna menghela nafas pelan. Adiknya ini memang keras kepala. Dia hanya tidak ingin ia atau adiknya terluka akibat pertempuran aneh dengan semua kekuatan ajaib.

Shinobi atau Ninja, semua itu tidak pernah lepas dari yang namanya pertarungan. Memangnya apa yang ada di dalam otak adiknya itu? Merasa akan menyenangkan jika bisa menjadi pahlawan? Atau otaknya memang benar-benar tidak berfungsi dengan baik sejak masuk Dunia ini?

Reyna tidak mau melihat adiknya mati, bahkan jika adiknya terluka sedikit saja dia sudah panik bukan main. Adiknya yang berumur 15 tahun itu memang memiliki sifat kekanak-kanakan, dia ceroboh, bodoh, dan selalu membuat khawatir.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Jawab dong! Jangan cuma baca!

Mampus!Where stories live. Discover now