E - 4

2.4K 260 90
                                    

"Apa kau ingin mampir dulu kedalam?" Tanya jisoo, kepada pemuda bongsor dihadapannya. Pemuda itu jungkook mereka baru saja piknik ditaman yang tak jauh dari rumah jisoo.

"Lain kali saja, kaupun harus menidurkan chaeyeon
juga beristirahatlah, aku pergi ya" pamit jungkook seraya mengusap pipi jisoo lembut.

Jisoo menghela nafas seraya membenarkan chaeyeon yang tertidur dalam gendongannya "yasudah, hati-hati dijalan jangan mengebut arrachi" pesannya yang diangguki oleh jungkook.

"Tidur nyenyak putri ayah" bisik jungkook ditelinga chaeyeon kemudian mengecup pipi gembilnya. Sebelum akhirnya berbalik dan melangkah masuk kedalam mobilnya.

Jisoo melambaikan tangannya dengan susah payah karena sebelah tangannya menahan tubuh chaeyeon agar tidak terjatuh.

"Oh astaga apa ini?" Jisoo refleks berbalik begitu mendengar suara orang yang berada dibelakangnya. Begitu berhadapan matanya membulat terkejut akan kedatangan sosok itu diwaktu yang salah.

"Eo-eomma!"

*****

Jimin melangkah dengan tungkai yang begitu lemas namun harus tetap berjalan memasuki boutique miliknya. Ia tak peduli orang-orang menatapnya bingung ia hanya ingin segera sampai diruangannya itu saja tak lebih.

Beruntungnya seoyoon ingin pergi menginap dimansion utama, membuat jimin memiliki waktu untuk meluapkan tangisnya disini sekarang ia tak ingin pulang kerumahnya.

Wanita cantik bertubuh mungil itu masuk kedalam ruangannya begitu saja mengabaikan asisten pribadinya yang memanggil-manggilnya semenjak ia datang.

Tak kuat lagi berjalan jimin menjatuhkan dirinya kelantai menangis sejadi-jadinya kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangansetelah itu tangannya meremat dadanya kuat. Hatinya begitu sakit dan sesak.

"Hiksss sakit sekali, kenapa kau setega itu padaku" jimin memukul-mukul dadanya berulang kali berharap sakit itu hilang namun semakin sakit saja begitu mengingatnya lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hiksss sakit sekali, kenapa kau setega itu padaku" jimin memukul-mukul dadanya berulang kali berharap sakit itu hilang namun semakin sakit saja begitu mengingatnya lagi.

Tangisannya semakin lirih, wendy yang awalnya mengira itu bukan atasanya akhirnya berubah cemas begitu menajamkan indra pendengarannya dan suara tangisan itu berasal dari ruangan atasannya.

Wendy beranjak dari kursinya dan mengetuk pintu "hwejangnim, apa anda baik-baik saja?" Tanyanya sedikit mengeraskan suaranya namun tak mendapat jawaban sedikutpun dari dalam.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gumam wendy mencoba berfikir karena ia tak mungkin masuk kedalam jika tanpa izin dari jiminnya langsung. Ia tau batasan.

"Tuhan bantu aku" ucap wendy seraya menyatukan kedua tangannya berharap tuhan mendengarkan keinginannya sekarang.

Wendy khawatir sekali jika terjadi sesuatu pada jimin, karena ini kali pertama ia melihat atasanya begitu kalut dan kacau.

Derap langkah seseorang seperti menjadi jawaban bahwa doanya dikabulkan, wendy segera membuka matanya dan mendapati pria tinggi berkulit sedikit coklat tengah berjalan kearahnya atau mungkin kepintu dibelakangnya.

EQUANIMITY Where stories live. Discover now