E - 23

2K 284 91
                                    

Jimin menyandarkan punggungnya dibalik pintu jantungnya bergemuruh begitu kencang. Tidak! Ini bukan karena perlakuan jaehyun padanya tapi ia bisa melihat ada jungkook disana berdiri mematung tak jauh dari tempatnya dan jaehyun berdiri.

Kenapa?

Sejak kapan?

Ia menyadari keberadaan pria itu saat jaehyun memeluknya itulah kenapa tangisnya kembali pecah saat itu juga. Ingat perkataannya pada jisoo saat di rumah sakit tadi.

Ia tidak benar-benar ingin melepas jungkook untuk pergi bersama wanita itu tapi ia hanya ingin menggertaknya saja. Mencoba memperlihatkan bahwa ia tidak takut ditinggalkan.

Walaupun sampai saat ini jimin masih belum mengatakan keputusannya pada siapapun. Karena, jimin hanya akan membicarakannya langsung pada jungkook.

Jimin menarik nafasnya perlahan lalu mendekati jendela menyikap sedikit tirai dan mengintip keluar. Jaehyun sudah pergi hanya tinggal menyisakan jungkook yang masih betah berdiri ditempat yang sama.

"Sejak kapan dia pulang dari kanada?" Jimin bertanya-tanya seraya menyalakan ponselnya melihat tanggal hari ini.

"Sudah satu bulan ternyata" gumam jimin pelan tak percaya kalau ia sudah melewati hari tanpa kehadiran jungkook dihidupnya, tanpa kabar apapun.

Kenyataan bahwa bertahun-tahun ia hidup bersama jungkook, melewati banyak hal bersama hingga ketergantungan satu sama lain kini hanya tinggal kenangan menjadi sebuah cerita masa lalu.

Ia rindu masa itu, masa dimana semuanya berjalan baik-baik saja. Keluarga kecilnya hidup dalam kebahagiaan. Sampai akhirnya semuanya hancur begitu saja karena sebuah pengkhianatan.

"Jimin"

Panggilan itu menyadarkan jimin dari lamunannya, kemudian tersenyum kearah wanita paruh baya yang sangat ia sayangi. Ibunya.

"Apa terjadi sesuatu? Kenapa melamun?" Tanya minyoung

"Ya, aku bertemu jisoo tadi kami berbicara sebentar dengannya" ucap jimin sebisa mungkin untuk mengatakan hal yang sejujurnya pada ibunya itu.

"Wanita yang..."

Jimin mengangguk tau apa yang akan ibunya katakan selanjutnya makanya ia dengan cepat menghentikannya. Ibunya yang mengerti bahwa jimin tak ingin ia melanjutkan ucapannya.

"Yasudah bersihkan dirimu, lalu istirahat nanti eomma akan memanggilmu lagi saat akan memasak makan malam" titah minyoung yang diangguki oleh jimin sebelum akhirnya ia melenggang pergi menuju kamarnya.

Begitu sampai dikamarnya jimin melangkah mendekati jendelnya lagi dan bernafas lega "syukurlah sudah pergi" gumamnya saat tau kalau jungkook sudah tidak ada didepan rumahnya lagi.

Sedangkan jungkook akhirnya pria itu memutuskan untuk pulang, mungkin besok ia akan kembali lagi kesini atau ke sekolah seoyoon, tak bisa dipungkiri ia sangat merindukan putrinya itu.

"Loh katanya mau menemui seoyoon kenapa cepat sekali pulangnya?" Itu seokjin yang datang dari arah dapur dan menemukan jungkook sudah duduk merenung disofa ruang keluarga.

Jungkook menoleh kearah ibunya itu dan mengangguk lemah tak bersemangat "aku kesana tapi tak sempat menemuinya, mereka sedang bersama orang lain, bu" ucapnya menunjukan senyuman lirih.

Sebagai seorang ibu, Seokjin sangat prihatin dengan keadaan putranya saat ini tapi sebagai seorang wanita hal ini memang pantas terjadi pada jungkook. Kesalahannya sangat fatal.

"Kau harus bisa merubah semuanya, entah itu dirimu sendiri, keluargamu, keadaan yang terjadi menjadi lebih baik walaupun tidak akan seperti semula setidaknya kau berusaha untuk tidak mengulangi hal yang sama dengan memperbaiki semuanya" tutur seokjin memberikan pendapatnya.

EQUANIMITY Where stories live. Discover now