E - 5

2.8K 288 132
                                    

Jimin pulang kerumah pagi-pagi buta sekali, pukul setengah lima pagi lebih tepatnya ia sampai dirumah. Setelah membujuk dokter jung yang sebenarnya belum memperbolehkannya pulang namun apa boleh buat sifat keras kepala jimin yang terus meminta pulang tak bisa membuat dokter tampan itu menahannya lebih lama.

"Paman terima kasih sudah mengantarku pulang" ucap jimin pada supir pribadi milik dokter jung yang dengan baik hati mengantarnya pulang.

"Sama-sama nyonya, kalau begitu saya pamit" jimin mengangguk seraya membungkuk sebelum akhirnya mobil itu melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.

Kakinya yang masih terasa lemas berjalan mendekati pintu utama rumah miliknya. Sebelum membukanya dan masuk kedalam, jimin meremat gagang pintunya erat seraya memejamkan matanya.

Alasan ia pulang di pagi buta seperti ini adalah untuk menghindari jungkook dengan segala pertanyaan yang mungkin akan ia jawab dengan kebohongan.

Setelah mengatur nafas beberama detik jimin menormalkan kembali raut wajahnya agar tak terlihat ia baru saja keluar dari rumah sakit. Dia membuka pintu rumahnya secara perlahan dan masuk kedalam dengan langkahnya yang lunglai.

Namun baru saja beberapa langkah berjalan dari pintu masuk langkahnya terhenti begitu suara tegas milik suaminya mengintrupsi dirinya diikuti lampu ruangan yang menyala hingga menerangi setiap penjurunya.

"Darimana saja jimin?"

Jimin tau ini akan terjadi suaminya pasti tidak akan tinggal diam mengetahui ia tidak pulang kemarin. ekspetasi terkadang tidak sesuai dengan realitanya. Ia membalikan tubuhnya dan menatap kearah jungkook yang perlahan berjalan mendekatinya dengan tatapan tajam milik suaminya itu.

"Baru pulang di jam segini? Tidak memberi kabar apapun padaku? Bahkan ponselmu tidak aktif! Aku ke boutiquemu kemarin dan wendy mengatakan kau sudah pulang, aku mencarimu semalaman. Sebenarnya apa yang kau lakukan diluar sana?" Jungkook mencerca jimin dengan pertanyaannya yang beruntun.

Jimin memejamkan matanya seraya menyelipkan helaian rambutnya ke daun telinga. Sesungguhnya ia tak sanggup menatap jungkook lebih lama seperti biasanya, padahal mata bulat bercahaya dan tajam diwaktu bersamaan milik suaminya itu adalah bagian paling ia sukai pada wajah tampan suaminya sebab mata itulah yang terus memancarkan cinta dan kaaih sayang jungkook yang pria itu tujukan padanya.

Akan tetapi, mata favoritnya itu kini sudah terbagi bukan hanya untuknya saja tapi untuk orang lain juga. Kemarin jimin bisa melihat bagaimana tatapan cinta yang hanya tertuju padanya itu, suaminya berikan pada orang lain.

Perasaan sesak itu kembali menekan hatinya. Jimin menangis saja rasanya, meluapkan segala penderitaanya selama ini tapi ini bukan saatnya tidak selagi jimin masih bisa mengendalikannya.

Dengan sekuat tenaga jimin berusaha kembali menatap wajah rupawan milik jungkook yang masih setia menatapnya dengan raut yang sulit sekali diartikan. Tatapan yang jimin berikanpun tidak menunjukan apapun selain tatapan kosongnya tak ada lagi binar kebahagiaan disana.

"Bekerja" jawab jimin begitu singkat dan dingin, entah mendapat keberanian darimana jimin kembali mengeluarkan sifat acuh tak acuhnya. Tapi rasa penasaran ingin mengetahui apa jungkook akan terganggu dengan perubahanya mendorong jimin kembali bersifat seperti itu.

"Pekerjaan apa yang kau mak....

"Aku lelah jungkook, bertanyanya nanti saja" ujar jimin memotong perkataan suaminya dan itu sukses membuat jungkook termenung untuk sesaat. Ini kali pertama setelah mereka menikah jimin kembali bersifat acuh padanya. Dan itu membuat amarah jungkook naik seketika.

"Jangan membuatku marah jimin, kenapa kau bersikap seperti ini lagi? Tidakkah kau merasa bersalah karena tidak pulang semalaman, aku menunggumu dengan perasaan khawatir terjadi sesuatu padamu tapi kau bersikap seperti itu padaku, aku suamimu jimin" ucap jungkook dengan nada yang kentara sekali jika pemuda itu tengah menahan amarahnya agar tidak berteriak pada istrinya sendiri.

EQUANIMITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang