E - 17

2.5K 261 40
                                    

Jimin mengembalikan kesadarannya buru-buru dan mundur menjauhi jisoo yang masih diposisi yang sama. Mata hazelnya menatap sang kakak ipar penuh tanya dengan apa yang terjadi.

"Apa ini?" Tanya jimin yang ditujukan pada yoongi.

"Aku membawanya kesini agar ia meminta maaf padamu dengan bersujud apa lagi?"

Jimin memutar matanya malas ia muak sekali harus berhadapan dengan wanita yang menghancurkan rumah tanggannya. Meskipun dalam hal perselingkuhan pria dan wanita sama-sama melakukan kesalahan. Tapi, perselingkuhan tidak akan terjadi jika salah satunya tidak membukakan ruang.

Dalam hal ini jimin benar-benar muak pada keduanya karena keduanya sama-sama bersalah. Bertemu dengan jungkook saja sudah tidak mau apalagi dengan wanita ini. Dan lagi karena wanita ini pula putrinya harus mendengar kenyataan pahit yang membuat malaikat manisnya terluka dihari istimewanya. Amarahnya kembali sekarang.

Jisoo pun tak memiliki keberanian untuk mendongak melihat keberadaan jimin. Apalagi sekarang ia merasakan aura gelap disekitarnya. Dia merasa terintimidasi dengan kehadiran jimin dan yoongi. Jantungnya semakin berdebar ketika jimin kembali bersuara dengan nada yang sarkas.

"Kenapa kau harus mengantarnya kesini? Antarlah dia ke neraka sekalian. Aku muak melihat wajah so lugunya itu"

Yoongi tersenyum miring mendengar perkataan adik iparnya itu ia pastikan menusuk hingga keulu hati jisoo. Lalu ia mendekati jisoo dan menarik rambut wanita itu hingga menengadah mengarah pada jimin yang menatap hina kepada jisoo.

"Tidakkah kau ingin melakukan sesuatu kepadanya?" Tanya yoongi mengompori jimin.

"Seperti ini!"

Jisoo menutup matanya siap menerima tamparan dari jimin tapi hingga beberapa detik ia tidak merasakan apapun disekitaran wajah bagian kirinya. Begitu ia membuka mata perlahan hingga pandangannya semakin jelas wajah jimin yang tersenyum remeh penuh penghinaan kepadanya membuatnya ingin menangis saja sekarang.

"Apakah kau menunggunya?" Tanya jimin memainkan sebelah alisnya tanpa melepas senyuman sinisnya "sayang sekali aku tidak ingin menodai tanganku dengan menyentuhkannya dengan kulitmu bisa-bisa tanganku iritasi" lagi jimin berucap penuh penghinaan.

"M-maafkan aku, ku-- kumohon maafkan aku" jisoo berucap lirih.

Seketika raut wajah jimin berubah datar mendengar permintaan maaf jisoo padanya. Kemudian ia mensejajarkan tubuhnya dengan jisoo.

"Maaf kau bilang? GILA!" pekik jimin kencang sampai semua karyawan termasuk wendy yang menjadi saksi bisu ada disana terpaku serta terkejut dan takut karena ini kali pertama mereka melihat jimin penuh dengan amarah. Sebab yang mereka tau atasan mereka itu sangat ramah dan tak pernah marah sekalipun apalagi berteriak kencang.

"Kau pikir dengan permintaan maafmu akan mengembalikan keluargaku seperti semula sebelum kau masuk dan menjadi orang ketiga begitu? Tidak akan!" Jimin berucap penuh penekanan.

"Yang harus kau lakukan sekarang adalah PERGI DARI HADAPANKU DAN JANGAN MENAMPAKAN LAGI WAJAH JIJIKMU ITU KEPADAKU. AKU SUDAH MUAK! SANGAT MUAK!" Jisoo memejamkan matanya telinganya sampai berdengung karena teriakan jimin yang tak main-main didekat kupingnya.

Jimin kembali berdiri tegak wajahnya masih mengeras saat pandangannya bertabrakan dengan mata sipit milik yoongi "kau bisa melakukan apapun padanya. Aku tak ingin memiliki urusan dengan wanita jalang ini lagi. Kau mau kirim dia ke neraka sekarangpun aku tidak peduli yang terpenting jauhkan dia dariku dan seoyoon" katanya sebelum akhirnya berbalik meninggalkan boutiquenya sendiri setelah berada diluar dan jauh dari boutiquenya langkahnya melemah tak percaya ia melakukan itu barusan.

EQUANIMITY Where stories live. Discover now