E - 26

2K 288 114
                                    

"Aku ingin menyampaikan ini" jimin membuka map coklat yang membuat perasaan semu orang menjadi tak karuan dan mengeluarkan surat yang ada didalamnya.

Saat melihat logo di ujung map coklat itu seketika membuat tubuh seokjin, yoongi dan jungkook melemas. Sedangkan jisoo hatinya seolah dihunus pedang tajam hingga rasanya sakit sekali karena ia menjadi penyebab wanita lain menghadapi hal yang sangat dihindari oleh semua orang.

"Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena mengundang kalian secara mendadak aku harap kalian mengerti" ucap jimin mendapat usapan kecil namun lembut dari ibunya dipunggung sempitnya.

"Tidak nak, tidak apa-apa kami mengerti" namjoon menyahut yang diangguki oleh jimin.

"Terima kasih, ayah" sahut jimin.

"Kau bisa melanjutkannya jimin" itu taehyung tau bahwa yoongi masih syok dengan apa yang terjadi walaupun jimin belum mengatakannya.

"Tentu, sejujurnya ini adalah keputusan paling berat yang pernah aku lakukan sampai aku harus memikirkannya beribu-ribu kali, untuk mengambil keputusan ini aku mencoba melihat dari sudut pandang kedua orang tuaku, mertuaku, kakak iparku, terutama putriku karena sudut pandangnya lah yang selalu menjadi pertimbangan bagiku sebab dari keputusan yang ku ambil ini akan mempengaruhi kehidupannya" ucap jimin seraya mengatur nafas dan menahan air matanya.

Jimin menelan ludahnya kasar seolah tercekat didalam tenggorokannya sebelum melanjutkan pembicaraanya. Dalam hati jimin terus menguatkan dirinya.

"Setiap manusia mempunyai batas kesabarannya aku juga begitu kesabaranku terus diuji dengan harapan bahwa semuanya akan kembali seperti semula tapi ternyata semakin ku biarkan semuanya semakin tidak terkendali. Buah kesabaranku tidak menghasilkan apapun"

Tepat setelah jimin menghentikan ucapannya mata sipit dan bulat itu bersitatap memancarkan luka dan kesedihan yang mendalam. Jimin menjadi orang pertama yang melepas pandanganya bersama jungkook membuat hati pria itu mencelos seketika. Jisoo menyaksikan itu dengan mata kepala sendiri begitu bodohnya ia karena akan menjadi penyebab terpisahnya dua insan yang saling mencintai itu. Jisoo merasa begitu bodoh karena tidak menghentikan perasaanya sejak awal hingga ia terbutakan.

"Taehyung aku tidak sanggup menjadi saksi kehancuran adik-adikku sendiri" bisik yoongi seraya meremat tangan taehyung yang menggenggamnya.

"Aku tau tapi nantinya kau akan menjadi penguat bagi ibu dan jungkook, jadi teruslah menjadi yoongiku yang kuat" balas taehyung berbisik.

"Aku mencintai jungkook sangat bahkan rasanya seperti kehilangan setengah jiwaku jika aku kehilangannya, memikirkannya saja sudah sangat menyakitkan bagiku. Akan tetapi itu dulu, sekarang aku tau ternyata ada tingkat tertinggi dari mencintai yaitu merelakan karena cinta tidak harus memiliki"

Jimin menyerahkan kertas dari dalam map coklat itu kehadapan jungkook yang kebetulan duduk bersebrangan dengannya hanya meja yang menjadi sekat diantara keduanya.

"Karena itupula aku menyadari sesuatu, aku memang mencintai jungkook tapi aku tidak suka pengkhianatan, aku juga tidak suka diduakan dan aku juga tidak ingin berada dalam hubungan yang tidak sehat lagi seperti ini. Maka dari itu..." jimin menghentikan ucapanya beralih menatap jungkook yang juga tengah menatapnya seraya menggelengkan kepalanya tanda pria itu menolak keinginannya.

"Jungkook... ayo kita berpisah hari ini, detik ini juga aku menggugat cerai dirimu atas diriku"

Jisoo refleks menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, tak menyangka jimin akan menggugat cerai jungkook tepat dihadapannya. Jika diluar sana langsung menggugat hanya diantara dua belah pihak berbeda dengan jimin yang langsung melibatkan perkara utamanya. Yaitu dirinya dan Jungkook.

EQUANIMITY Where stories live. Discover now