E - 13

2.7K 279 66
                                    

Jimin menatap kedua mertuanya dengan tatapan yang syarat akan kesedihan dan rasa bersalah karena sudah menutupi masalah sebesar ini. Kalian tau sendiri alasan mengapa jimin menutupinya dari semua orang.

Begitu tubuhnya berhadapan dengan kedua mertuanya jimin menundukan kepalanya sambil menyatukan kedua tangannya. Tapi namjoon dan seokjin refleks menurunkan kedua tangan jimin.

"Tidak nak! Jangan melakukan hal itu pada kami" seokjin berujar pelan seraya mengusap pipi jimin yang masih menundukan kepalanya

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyembunyikannya dari ayah dan ibu. Aku memiliki alasan melakukannya, dan alasan itu adalah seoyoon" jimin berkata jujur. Kepalanya masih menunduk, merasa buruk karena sudah mengecewakan kedua mertuanya.

Seokjin membawa jimin dalam pelukannya kemudian mengusap lembut surai jimin "harusnya kamilah yang meminta maaf padamu, karena tidak menyadari penderitaan yang putraku berikan padamu selama ini" ucap seokjin setengah berbisik suaranya hampir tercekat menahan isakan yang kapan saja bisa keluar.

Jimin balas memeluk seokjin lebih erat lagi seolah ingin menyalurkan segala keputusasaan dan kesedihan yang selama ini ia pendam sendiri. Ia kembali menangis dalam pelukan ibu mertuanya tanpa mengeluarkan suaranya sedikitpun agar semua orang disana tidak semakin mencemaskannya.

Meskipun begitu seokjin tau kalau jimin tengah menangis lagi sekarang, terasa dari bagaimana bergetarnya tubuh menantu kesayangannya, dan pakaian dibagian bahunya yang basah.

"Maaf bu, maafkan aku" jimin berbisik lirih "ayah dan ibu tidak salah, jangan meminta maaf padaku" Sebelum pelukannya terlepas jimin mengusap air matanya lebih dulu

Seokjin meraih kedua tangan jimin "apa kau akan meninggalkan ibu? Jika kau pergi siapa yang akan menemani ibu masak nanti?" Omel seokjin terdengar seperti merajuk tapi percayalah seokjin mengatakan yang sesungguhnya.

Jimin tersenyum kecil tak bisa memungkiri kalau iapun sangat suka memasak bersama dengan ibu mertuanya itu.

"Maafkan aku tapi ini sudah menjadi keputusanku, aku butuh waktu untuk diriku sendiri. Dan juga aku akan membawa seoyoon. Ibu bisa mengunjunginya atau membawanya kapan saja untuk ibu ajak belanja, liburan apapun itu. Tapi, jangan menahanku untuk tetap tinggal disini berikan aku waktu untuk memikirkan semuanya dan memikirkan keputusan apa yang akan kuambil. Biarkan aku pulang bersama orang tuaku sekarang"

Seokjin tak bisa mengatakan apapun selain mengangguk menuruti keinginan jimin, iapun tidak dalam posisi yang bisa menolak keinginan jimin maupun menahan menantunya untuk tetap tinggal dirumah putranya lagi.

"Aku tidak akan menahanmu, kau berhak atas dirimu sendiri nak. Jika ini sudah menjadi keputusanmu aku akan menerimanya. Kau sudah menganggapku seperti ibumu sendiri bukan? Maka datanglah padaku jika kau membutuhkanku mengerti"

Jimin menganggukan kepalanya "aku mengerti ibu, jaga dirimu baik-baik, jangan terlalu banyak mengomel pada ayah nanti cantiknya ibu akan luntur, jangan kelelahan, bersenang-senanglah sama seperti saat aku masih ada disini hubungi aku kapanpun jika ibu memasak bersama kita bisa melakukan panggilan video" jawabnya lirih matanya kembali berkaca-kaca selain ibu kandungnya, seokjin merupakan sosok wanita dan ibu yang paling berharga baginya. Jimin sangat merasakan bagaimana besarnya kasih sayang ibu mertuanya selama ini padanya.

Setelah mendapat kecupan dikedua pipinya yang didaratkan oleh ibu mertuanya, jimin beralih menghadap ayah mertuanya, Namjoon.

"Ayah, maaf karena sudah mengecewakanmu" ucap jimin, dari tatapan namjoon padanya sudah menjelaskan bahwa ayah mertuanya itu sudah mengerti karena sudah mendengar dari pembicaraannya dengan ibu mertuanya beberapa saat yang lalu. Karena itupula jimin hanya mengatakan permintaan maafnya.

EQUANIMITY Where stories live. Discover now