13: Thirteen

1.8K 257 49
                                    

Chapter Thirteen.

Draco menghela nafas. Ia sudah meninggalkan Hospital Wings sedari tadi. Madam Pomfrey mengizinkanya untuk meninggalkan Hospital Wings dan membersihkan pikiranya dulu. Draco mendengus, Ia tidak pernah tahu Ia mengalami gejala kecemasan di usia semuda ini. Draco berjalan tanpa arah sampai Draco berhenti di depan dapur.

Bayangan Hermione melewati pikiranya beberapa saat. Draco menunduk. Sepertinya Ia butuh sesuatu yang hangat.

Draco terbatuk beberapa kali sampai beberapa peri rumah kaget. Draco hanya menunduk dan meminta segelas kopi hangat. Draco akhir-akhir ini lebih memilih untuk menghabiskan waktu minum kopinya di dapur daripada harus di aula karena terlalu bising. Apalagi, Ia memang sedang membutuhkan ketenangan. Kelasnya sudah habis dan Draco bisa bersantai sedikit.

"Draco Malfoy?"

Draco menoleh dan menaikkan alis, tadinya Ia mengira itu adalah Hermione. Tapi ternyata Ginny Weasley yang baru saja memanggilnya. Ia tersenyum lebar ke arah Draco. Draco hanya mengangguk, "Weasley."

Ginny tanpa diminta mendekat begitu saja ke arah Draco yang memang sudah menghabiskan kopinya. Draco sebenarnya cukup bingung dengan kehadiran Ginny yang tiba-tiba bahkan Ia berani mendekatinya dan mengajaknya berbicara. Ginny melepaskan ikatan kucirnya dan menatap Draco.

"Apa kau tidak mengingatku? Aku melihatmu beberapa kali di aula besar melihat meja Gryffindor."

Draco menelan ludahnya. Sebenarnya memang benar Ia beberapa kali menatap meja Gryffindor. Tapi bukan Ginny yang Ia tatap. Draco memutuskan untuk menggeleng dan melangkahkan kakinya terburu-buru. Ginny masih bersikeras mengikuti Draco.

"Kau benar-benar tidak mengingatku?"

Draco menggeleng, "Tidak. Kau mungkin salah orang. Aku permisi, Weasley. Aku harus pergi."

Dasar aneh.

*

Hermione baru meletakkan buku-bukunya dan merasa ingin istirahat. Ia menelungkupkan badanya di ranjang berusaha untuk lebih rileks. Beberapa kali pikiranya tertuju kepada Draco yang terlihat sangat tidak nyaman dan langsung berlari keluar kelas. Hermione menghela nafas. Ia teringat ini hanyalah bagian dari rencana-nya dengan Ginny. Ia tidak boleh terlalu larut dalam emosi.

Ginny tiba-tiba menerobos kamarnya dan duduk di pinggir ranjang Hermione. Hermione merasa terganggu dan mengangkat sedikit wajahnya untuk bisa melihat Ginny.

"Ada apa?"

"Sungguh. Bagaimana rencanamu dengan Malfoy? Apa dia sudah mulai ada perasaan denganmu?"

Hermione menghela nafas. Lagi-lagi ke topik yang dihindarinya. "Aku ingin mundur saja, Gin."

Ginny menggeleng, "Tidak boleh begitu. Kau sudah hampir membuat Draco jatuh cinta, saat ini kau hanya perlu untuk memikirkan cara menyakiti hatinya, Hermione."

Hermione menghela nafas dan menutup telinganya dengan bantal. Tidak mau mendengarkan apapun.

*
Ginny adalah anak bungsu Weasley dan perempuan sendiri. Keluarga Weasley tidak dianugerahi kekayaan yang melimpah tetapi memiliki hati yang baik. Terutama Molly dan Arthur Weasley yang sering sekali berteman dengan Muggle.

Bahkan gudang The Burrow masih dipenuhi oleh barang-barang Muggle yang menarik. Tidak sekali dua kali Arthur memodifikasi barang-barang Muggle yang bisa digunakan menjadi sihir. Seperti mobil sihir yang digunakan Ron untuk menjemput Harry di tahun kedua. Dan lain sebagainya.

Ginny merasa cukup dengan keluarganya. Sampai Ia bertemu keluarga Malfoy ketika Ia berumur tujuh tahun. Ginny yakin keluarga Malfoy adalah keluarga yang sempurna untuk Ginny. Narcissa dan Lucius dianugerahi kulit cerah yang sempurna, paras rupawan, badan yang tinggi, dan kekayaan yang melimpah tanpa henti.

Terrible Lie.Où les histoires vivent. Découvrez maintenant