24: Twenty Four

1.4K 213 37
                                    

Chapter Twenty Four

Sepanjang ingatan Draco, jarang sekali ada orang yang berhasil mengelabuhinya. Malfoy dianugerahi sihir yang luar biasa serta memiliki ketajaman yang luar biasa. Bahkan Lucius bisa mengetahui isi hati Narcissa terkadang tanpa Narcissa bilang apa yang Ia mau.

Draco menarik nafas dalam-dalam dan berusaha membersihkan fikiranya. Untuknya Hermione sangat sempurna. Sebagai kekasih, teman cerita dan support system yang baik. Setidaknya, Hermione menjadi salah satu alasan Draco ingin percaya bahwa ada perasaan yang membuatmu hangat yaitu cinta.

*
Hermione tidak segera menjawab dan berpikir lebih keras dari sebelumnya. Ia tau Draco sangat cerdik dan hati-hati. Ia bisa tahu jika Hermione mungkin tidak mengatakan yang sebenarnya seperti saat ini Draco menatapnya lurus dan tanganya menopang sebelah wajahnya.

"Well, semua orang punya rahasia bukan?" Jawab Hermione hati-hati. Ia menambahkan senyuman tipis dan mengelus pipi Draco perlahan.

Draco terdiam dan mengangguk, "Baiklah."

*
Hermione kembali ke asrama dan terkejut melihat Ginny duduk di sebelah kasurnya. Biasanya Ia tidak tidur disini dan kamar sangat sepi. Ginny tidak tersenyum dan hanya mengangguk melihat Hermione yang tampak bingung.

"Apa kau sudah lebih baik?" Tanya Ginny akhirnya setelah mereka berdiam cukup lama.

Hermione mengangguk dan menata kasurnya. "Ada apa Gin?"

Ginny tidak segera menjawab justru menyenderkan badanya di bantal dan menghela nafas, "Kau benar-benar berkencan dengan Malfoy?"

Hermione mengangguk, "Aku tidak mau meneruskan itu lagi, Gin. Aku.. tidak merasa itu adil juga untuk Draco. Aku tidak berfikir aku akan melakukanya.."

"Tapi kau dekat denganya karena kau berfikir kau akan melakukan itu, Hermione." sahut Ginny pelan. Hermione terdiam, Ia tidak segera menjawab dan segera menunduk mendengar perkataan Ginny yang dirasanya memang benar.

"Hermione kau tahu.." ucap Ginny pelan sebelum Ia menegakkan posisi duduknya terlihat lebih serius. "Tadinya aku berfikir untuk memberi tahu Malfoy soal itu. Soal yang kita rencanakan untuk membuatnya sakit hati, jatuh, dan tersiksa. Seperti yang kau rasakan saat melihat Ron, Harry diperlakukan tidak adil olehnya."

Hermione melotot dan menggeleng-gelengkan kepalanya nyaris tidak percaya. Ginny mengisyaratkan agar Hermione tidak membantahnya dulu.

"Draco adalah cinta pertamaku, Hermione." bisik Ginny nyaris terdengar terisak. "Aku tidak tahu bagaimana persisnya perjalanan kisah kami, tapi... dia memberikanku roti saat Weasley hampir bangkrut. Itu adalah hari ulang tahun Draco. Aku mulai terobsesi, sangat ingin bersama dengan Malfoy tidak peduli apapun lagi. Aku minta maaf Hermione, mungkin aku akan mulai menjauh darimu. Tadinya aku mungkin memiliki rencana untuk menghancurkanmu atau apapun itu. Tapi, aku melihat sendiri Malfoy benar-benar menyayangimu."

Ginny beranjak dari kasurnya dan mulai merapihkan diri, "Sampai jumpa, Hermione."

*

Draco baru saja meregangkan otot-ototnya dan menegak air di aula besar. Beberapa pandangan perempuan liar menatapnya dan tertunduk malu-malu saat Draco menatapnya balik. Draco menghela nafas, bukankah harusnya semua orang tahu kalau Ia sudah memiliki kekasih? Kenapa semua orang keras kepala sekali sih?

Satu rahasia keluarga Malfoy, mereka sangat setia. Lihat saja Lucius yang sangat mencintai Narcissa dari awal mereka berkencan sampai sekarang mereka tidak pernah ada masalah terkait perempuan lain. Meskipun Lucius selalu bisa mendapatkan perhatian dari berbagai macam perempuan yang mampir di meja kerjanya. Tapi Ia selalu lebih memilih menendang mereka keluar dan kembali ke Narcissa.

Terrible Lie.Where stories live. Discover now