28: Twenty Eight

3.9K 246 14
                                    

Chapter Twenty Eight

Draco menguap beberapa kali, tampak sekali sangat bosan. Hari kelulusan tidak seperti yang Ia dambakan. Semalam Ia menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama Hermione di Menara Astronomi sampai lupa waktu, sebenarnya Draco tidak memiliki masalah apabila Ia tidur larut, mengingat persiapanya hanyalah mengenakan tuksedo, menata sedikit rambutnya, atau menurut Hermione rambut Draco yang acak-acakan juga sudah sangat tampan. Kurang lebih hanya memerlukan waktu tiga puluh menit dengan mandi.

Tapi, bagaimana dengan Hermione?

Ia tentu akan sibuk menata rambutnya, memoles wajahnya dengan make up meskipun menurut Draco sendiri, Hermione tidak perlu memoles wajahnya berlebihan. Ia sudah terlalu cantik dan selalu cantik dimata Draco. Lalu, Hermione akan sibuk dengan hal-hal lain.

Draco sudah mengundang Narcissa dan Lucius untuk hadir, tentu saja selama Draco mengalami perawatan di Swiss, hubunganya dengan Lucius menjadi lebih baik. Bahkan Lucius memberinya beberapa tips untuk menjadi laki-laki dewasa yang siap. Tidak jarang juga, Lucius mengajak Draco dalam acara bisnisnya yang tentu akan diwariskan ke Draco meskipun Draco juga berencana menjadi Healer.

Sementara Narcissa tentu sangat tidak sabar dengan acara kelulusan putra semata wayangnya yang selalu dibanggakan Narcissa. Meskipun Ia sakit, Ia selalu berhasil mendapatkan nilai yang sempurna. Narcissa tidak bisa lebih bangga dari apapun daripada putra semata wayangnya.

Karena masih mengantuk Draco memutuskan untuk membasuh wajahnya sekali lagi. Blaise dan Theo sudah menanti di depan sembari melambaikan tangan.

"Aku membawa kamera." Blaise menunjukkan kamera yang sudah ada di tanganya. Sementara Theo mengangguk-angguk saja.

"Terimakasih sudah bersama selama ini, Mate." Ucap Draco sembari merangkul kedua sahabatnya. Theo dan Blaise tersenyum dan menggaruk tengkuk mereka tampak malu.

"Astaga, Malfoy benar-benar berubah. Aku hampir menangis." Blaise berkaca-kaca sementara Theo berusaha mengelap air matanya sedari tadi dan terlihat cuek. Berbeda dengan keduanya Draco mempererat pelukan terhadap keduanya dan tertawa.

"Pans! Fotokan kami bertiga." Pinta Draco kepada Pansy yang memang sedang berada di dekat mereka. Pansy mengangguk mengambil kamera di tangan Blaise dan memfoto ketiganya dengan riang gembira. Meskipun mata Blaise dan Theo sudah memerah karena satu kalimat dari Draco Malfoy.

"Ayo, kita bisa foto berempat." Tawar Draco mengajak Pansy. Pansy tersenyum dan mengangguk menyetel timer kamera dan berpose di bawah Trio Slytherin.

Tidak apa-apa, batin Pansy. Melihat Draco sebagai sahabatnya dan bersama dengan mereka sebagai sahabat tentunya sudah lebih dari cukup. Setelah itu mereka berempat menuju aula besar bersamaan.

*
Hermione, selamat atas kelulusanmu. Aku minta maaf masih terlalu pengecut untuk mengatakan secara langsung bahwa aku sangat bangga padamu. Aku minta maaf belum bisa melupakan perasaanku terhadap Draco begitu saja. Bagaimanapun aku mencintainya dari dulu dan dia adalah cinta pertamaku. Mohon untuk abaikan perasaanku dan berbahagialah dengan Draco. Aku akan berusaha untuk melupakan dia juga. Semoga topi ini berguna untukmu.
With love, Ginny Weasley.

Hermione tersenyum tipis mengangkat sebuah topi rajut buatan Ginny berwarna merah muda. Ia tahu persis segala sesuatu yang berkaitan dengan Weasley selalu berhubungan dengan rajut yang membuat suasana menjadi hangat.

Hermione sebenarnya sedih harus kehilangan sosok Ginny dalam hidupnya beberapa waktu terakhir. Tapi bagaimanapun Hermione tidak bisa menolak. Ia jatuh cinta dengan Draco teramat sangat. Hermione tersenyum dan menyimpan surat Ginny di kopernya.

Terrible Lie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang