19: Nineteen

1.6K 238 19
                                    

Chapter Nineteen.

"Well, waktu aku kecil. Aku suka mengeluarkan sihir secara tiba-tiba. Tapi, sihirnya kadang aneh. Aku pernah membantu Mum membersihkan mulut pasien tapi sihirku bekerja tiba-tiba mulut pasienya kering? Aneh kan?"

Draco mengangguk sambil tersenyum kecil. "Lalu, saat kau diterima di Hogwarts bagaimana reaksi orangtuamu?"

Hermione bergumam sambil mengingat-ngingat, "Aku tidak yakin. Tapi Mum dan Dad sangat terkejut dan nyaris mengatakan Professor Mcgonagall gila. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, aku memang menunjukkan gejala sihir. Jadi ya sudah. Malfoy, kita sudah pernah membicarakan ini. Ugh. By the way, Bagaimana denganmu? Apa kau memilih Hogwarts?"

Draco menggeleng, "Durmstrang. Tadinya aku mau ke Durmstrang. Dorongan Father juga, tapi Mother tidak mau aku terlalu jauh dengan dia. Jadi, aku masuk Hogwarts."

Hermione mengangguk sambil mengambil beberapa cookies dan membagi dua lalu membaginya dengan Draco dan dia. Draco mengangguk sambil mengunyah dan menikmati waktu di tempat makan Muggle.

"Ah, kau dekat dengan adik Weasley kan? Siapa namanya.. ah Ginny."

Hermione menegakkan sandaranya dan mengangguk, "Ada apa?"

"Tidak. Dia kemarin sakit di Hospital Wings. Aku ada perlu dengan Madam Pomfrey, tiba-tiba teringat begitu saja."

"Ah, begitu." Hermione menyesap kopinya lagi menutupi gugup.

"Kau tidak bertemu Potter atau Weasley?" Tanya Draco sambil mengambil beberapa cookies lagi.

Hermione mengangkat bahu, "Aku tidak tahu. Keluarga Potter biasanya lebih suka berlibur, kadang aku juga diajak ikut sih tapi sepertinya aku ingin menghabiskan waktu disini saja. Lalu, Weasley... aku tidak tahu. Mereka belum mengirimku surat sama sekali. Kau sendiri? Tidak bertemu Zabini atau Nott?"

"Belum tahu, biasanya kami akan berkuda di akhir pekan. Tapi karena aku ada kunjungan mungkin akan di tunda. Lagipula Theo dan Blaise juga sedang memiliki agenda-agenda penting lain."

Hermione tersenyum dan mengangguk, "Mau berjalan-jalan?"

Draco menghela nafasnya, "Boleh. Kau yang tentukan."

*
Draco sudah tidak menghitung berapa kali Ia tersenyum, berapa kali Ia diam-diam menggigit bibirnya. Atau berapa kali Ia diam-diam memfoto Hermione dari belakang.

Gadis itu sangat ceria dan cerewet sekaligus. Ia menceritakan segala hal yang Ia tahu, dan Draco dengan senang hati mendengarkan setiap kalimat Hermione.

"Kau tahu.. aku suka sekali membaca di taman yang tenang. Disini. Nah, aku pernah menghabiskan dua buku lalu Mum dan Dad mencariku seharian."

Draco mengangguk dan tersenyum, Hermione membalas senyuman Draco dan menarik lengan Draco.

"Kau suka apa selain makanan manis? Ada makanan italia yang cukup enak disini, taco. Well, ada berbagai varian rasa. Tapi yang sedikit pedas dengan irisan daging sapi sangat enak! Mau coba?"

Draco mengangguk dan membiarkan sebelah tanganya untuk dipegang Hermione sepanjang hari.

Kedai taco yang dimaksud Hermione sedang cukup sepi dan membuat Hermione lebih cepat mendapatkan taco pesanan mereka. Hermione mengajak Draco lagi ke sebuah taman yang cukup tersembunyi untuk makan taco bersama.

Draco sebenarnya tidak pernah makan makanan seperti ini. Lagipula dia sudah terbiasa dengan peri rumah yang selalu membantunya. Untuk berbelanja jajanan seperti ini juga sangat jarang karena Narcissa lebih memilih membuatkanya sendiri atau memerintahkan koki peri rumah terbaik.

Terrible Lie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang