26: Twenty Six

1.6K 205 17
                                    

Chapter Twenty Six.

Hermione tahu manusia memiliki macam-macam perasaan. Dari senang dan sedih. Siklus dalam hidup dimulai dari bahagia sedih bahagia sedih begitu terus. Dalam satu tahun terakhir, hatinya dibuat seperti roller coaster melihat Ron yang lebih memilih Lavender daripada dia yang selalu ada. Kemudian, beberapa bulan terakhir Ia mulai kesal karena perilaku Draco Malfoy yang semakin semena-mena. Lalu, Ia jatuh cinta dengan Draco Malfoy yang pada awalnya hanya karena tantangan bodoh yang berasal dari perasaan cemburu dari Ron yang disakiti oleh Draco. 

"Kau berhasil mematahkan hatiku, Hermione."

Seolah mantra kalimat dari Draco selalu berdengung dalam pendengaran Hermione. Ia selalu merasa sesak dan tidak nyaman setiap  mengingat itu lagi. Seharusnya hari itu menjadi hari yang menyenangkan buatnya, Ia dan Draco kembali merasakan kencan lagi setelah sekian lama tidak. Hermione menyadari ada yang aneh dari Draco. Tapi tidak pernah tahu bahwa yang aneh adalah Draco sudah tahu soal kebohongan Hermione. 

Hermione tidak berhasil mengejar Draco yang meninggalkanya di halaman, Draco menghilang sangat cepat. Hermione tidak berhenti menangis. Bahkan sampai Ia tiba di asrama, sampai keesokan harinya, Hermione tidak bisa berhenti menangis. Menyesali salah satu keputusan terberat dalam hidupnya.

*

"Kau mau masuk kelas?" Tawar Lavender yang sudah bersiap dengan rambut dikucir satu dan beberapa buku dalam pelukanya. Ia sebenarnya sudah tahu penyebab Hermione menangis tidak berhenti. Hanya saja, Lavender rasa Ia tetap perlu menanyakanya.

Hermione mengangguk dengan pelan, "Aku mau mencuci muka dulu."

Lavender mengangguk, "Biar aku tunggu. Aku akan siapkan barang-barangmu." 

Hermione tidak menjawab dan menarik handuk dengan asal untuk bersiap ke kamar mandi. Seharusnya Ia memang tidak perlu untuk ke kelas karena seluruh semangat hidupnya menguap begitu saja. Tapi, bukan tindakan bijaksana jika Ia tidak pergi ke kelas. 

*

Manik mata Hermione menyisir seluruh kelas, seharusnya hari ini Gryffindor bersama dengan Slytherin. Tetapi Ia tidak berhasil menemukan Draco Malfoy di seluruh penjuru kelas entah Ia yang terlalu mahir bersembunyi atau memang tidak muncul. Hermione menghela nafas, Ia semakin merasa buruk. 

Pansy dan Daphne masuk beberapa saat setelah Hermione masuk. Hermione melirik ke arah Slytherin dan tidak menemukan Draco lagi-lagi. 

"Dimana Draco?" tanya Pansy saat melihat Blaise hadir sendirian tidak bersama Theo ataupun Draco disebelahnya. Blaise tidak menjawab dan menyusuri pandanganya ke sekeliling kelas dan berhenti di Hermione sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. 

Hermione menghela nafas, Blaise sudah tahu. Dan Ia yakin pandangan Blaise kepadanya juga akan berubah. Hermione nyaris menangis lagi tetapi tidak jadi, tertahan oleh Professor Snape yang sudah masuk dan memulai kelas.

*

Draco tidak pernah hadir di aula besar. Dalam acara apapun, Draco tidak pernah hadir. Tidak juga di kelas yang seharusnya Draco hadiri. Tidak, Draco tidak pernah ada disana. Hermione nyaris frustasi karena tidak menemukan Draco sama sekali. Ia pada awalnya akan menanyakan kepada Blaise Zabini atau Theodore Nott tetapi mereka berdua juga tidak pernah hadir. 

Seolah ditelan bumi, Draco, Theo, dan Blaise tidak pernah muncul lagi. 

*

"Granger." panggil Astoria saat Hermione berjalan di koridor seorang diri. Pandangan matanya masih sayu dan tubuhnya terasa lemas. Ia hanya menoleh dan berusaha tersenyum sangat tipis. 

Terrible Lie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang