14: Fourteen

1.7K 261 24
                                    

Chapter Fourteen.

Hermione tidak percaya Draco Malfoy saat ini duduk di sebelahnya bersama dengan Theodore Nott dan Blaise Zabini. Mereka pindah ke pinggir lapangan Quidditch untuk mengganti suasana baru untuk belajar. Ron dan Harry tentu saja agak keberatan tapi Lavender bilang tidak apa-apa lagipula di ruangan terbuka.

Suasana benar-benar canggung kecuali tiga ular yang terlihat sangat menikmati momen. "Draco, kau sudah belajar ramuan kan?"

Draco mengangguk, "Tentu saja. Nanti kalian bisa mempelajari catatanku."

Lavender kemudian teringat Ia sedang mencatat catatan ramuan yang tadi diberikan Hermione. "Kenapa tidak sekarang saja? Aku juga sedang mencatat ramuan. Ini dari Hermione."

Hermione terdiam. Ia memaki dalam hati karena catatan itu juga berasal dari Draco. Ia nyaris menggunakan mantra untuk memasuki pikiran Lavender untuk segera mencabut perkataanya tapi tidak bisa. Sementara Draco justru mengangkat bahu dan tidak mengatakan apapun, syukurlah batin Hermione.

"Sama saja." Sahut Draco tiba-tiba. Membuat Hermione benar-benar panik dan nyaris membuat jantungnya copot. Draco menoleh ke arah Hermione dan Hermione memberikan tatapan memelas.

"Maksudku, catatan Granger juga pasti lengkap juga. Dia juga pintar di ramuan. Bukan begitu?"

Hermione tersenyum lega dan mengangguk, Ron kemudian mengangguk setuju. "Tentu saja, Malfoy. Hermione pintar dalam semua hal."

Draco menyeringai, "Tidak semua, Weasley. Aku masih juara bertahan di terbang dan ramuan."

Ron memicingkan matanya sementara Lavender memegangi tanganya berusaha untuk menahan Ron berkata lebih jauh. Harry justru lebih cuek lagi dengan membaca buku-buku mata pelajaran lain.

"Potter, kau tidak belajar bersama kekasihmu? Seeker Ravenclaw?" Sahut Blaise yang memang jauh lebih ramah daripada Draco ataupun Theo.

"Cho sepertinya lebih menyukai metode belajar sendiri."

Blaise hanya mengangguk. Tidak berkomentar lebih jauh. Sebenarnya tadi Ia iseng saja untuk menggoda Draco. Tapi siapa sangka Hermione Granger justru menanggapi ajakanya untuk serius belajar bersama? Slytherin dan Gryffindor. Blaise mendengus jika Pansy melihat ini Ia pasti akan murka dan memaki Blaise dan Theo bertubi-tubi. Kecuali Draco. Selalu ada pengecualian untuk Malfoy.

Hermione terlihat gugup dan berusaha menghafal beberapa materi Transfigurasi di hadapanya, Ia dibantu oleh Harry tapi Hermione yakin seribu persen matanya jatuh kepada Draco yang justru dengan angkuh hanya memainkan dedaunan sambil bergumam entah apa yang digumamkan.

Blaise sebenarnya hanya main-main saja. Ia tidak peduli masalah NEWT lagipula Ibunya tidak terlalu peduli masalah itu. Blaise Zabini akan meneruskan bisnis orang-tuanya dan sudah. Ia tidak perlu khawatir apapun lagi. Blaise sebenarnya baru saja ingin mengajak Draco dan Theo untuk kembali tapi Ia menemukan sesuatu yang menarik. Hermione tidak berhenti memandangi Draco Malfoy.

*
"Aku yakin kau tidak buta, Draco."

Draco mendengus dan mengunyah roti dengan kasar. Sedari tadi Blaise terus berbicara soal Hermione. Bahkan berkali-kali Ia menyatakan betapa gembira dan tertariknya Blaise dengan Hermione-Draco. Theo justru mengangkat bahu dan membaca beberapa catatan Draco. Setidaknya Ia hanya mau terlihat lebih pintar ketika nanti Pansy melihat hasil ujianya.

"Blaise, hentikan. Aku tidak percaya soal cinta atau apapun itu. Jadi sudah."

Blaise menggeleng, "Kau bukan tidak percaya. Kau hanya tidak mau percaya."

Draco menghela nafas. Ia tidak mau membahas lebih jauh dan memilih diam. Ia memutuskan untuk mendekatkan diri ke arah Theo dan membantu Theo belajar. Blaise menghela nafas.

Terrible Lie.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora