25: Twenty Five

1.4K 201 15
                                    

Chapter Twenty Five.

Draco mendengar semua pembicaraan Ron dan Lavender. Tadinya Ia hanya berencana untuk duduk di Menara Astronomi untuk menenangkan diri. Ia baru melangkah hampir ke puncak sampai Ia mendengar,

"Hermione mendekati Malfoy awalnya karena untuk tantangan saja. Dia ingin mematahkan hati Malfoy untuk membalas perilakunya yang buruk."

Draco menghela nafas dan merasa buruk. Sudah bukan yang pertama kali Ia mendapatkan perkataan buruk yang selalu membuatnya terluka. Tapi ini.. Hermione?

Jadi, Astoria benar? Apa yang dikatakan Astoria itu benar? Draco memejamkan matanya. Merasakan debaran jantungnya yang semakin tidak terkendali.

*
Astoria menatap Draco keheranan dengan wajah yang memucat dan tampak sangat kusut. Ekspresinya serius dan Ia tahu ada hal buruk yang terjadi. Ia baru saja masuk asrama dan segera menuju ruang penyimpanan dan mengambil sapu terbangnya.

Astoria menggigit bibir sebelum Ia memanggil Blaise dan Theo untuk segera mengecek keadaan Draco.

*
Draco mengancingkan kemejanya, Ia baru saja selesai mandi dan membersihkan diri. Ia menata rambutnya menjadi lebih baik. Hari ini Ia sudah berjanji kepada Hermione untuk menemaninya ke Diagon Alley untuk membeli beberapa peralatan yang Hermione butuhkan.

"Mate, kau tidak perlu pergi." Usul Blaise hati-hati. Ia mengetahui Draco sangat kacau semalam dan Ia yakin penyebabnya pasti Hermione Granger.

Draco menggeleng, "Tidak apa-apa. Well, kalian mau kemana hari ini?"

"Menunggumu." Jawab Blaise dan Theo kompak.

Draco mengangguk, "Baiklah. Aku pergi dulu."

*
Hermione masih saja takjub dengan Draco yang selama ini mendampinginya. Draco masih selalu bersikap seperti gentleman dan menjaga Hermione. Ia melihat Draco dari kejauhan karena mereka berdua memutuskan untuk bertemu di gerbang.

"Hai, kau terlihat tampan." Puji Hermione sambil mengacungkan jempolnya. Draco hanya mengangguk dan mengajak Hermione untuk segera.

Hermione menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Draco, Ia tidak terlihat terlalu senang dan memiliki beberapa bekas luka. Mungkin latihan Quidditch, pikir Hermione berusaha berfikir positif.

Keduanya berjalan menuju sebuah toko buku, membeli beberapa peralatan Hermione. Membeli pakaian hangat, bahkan menghabiskan waktu untuk makan siang bersama.

"Tadi di ruang rekreasi cukup ramai, ada yang bilang tadi malam ada yang melihat sapu terbang dari lapangan Quidditch. Well, apa ada yang berlatih?" Tanya Hermione saat mereka sudah mau kembali ke Hogwarts.

Draco menggigit bagian dalam pipinya, "Aku tidak tahu."

Hermione mengangguk, "Kau pendiam sekali hari ini. Apa ada yang mengganggumu?"

Draco menggeleng. Ia dan Hermione meneruskan perjalanan mereka sampai di tempat mereka bertemu tadi. Tidak ada siapapun, sudah hampir malam dan Hogwarts masih sepi karena kebanyakan orang memutuskan untuk keluar, pergi dari Hogwarts untuk sekedar menyegarkan pikiran.

*
Draco menghentikan langkahnya. Ia menatap Hermione yang berjarak beberapa langkah di belakangnya. Draco tidak tahan lagi.

Hermione sangat cantik dengan pipi yang kemerahan karena udara mulai dingin, Ia sangat manis saat tersenyum saat bola mata mereka bertemu.

Bagaimana mungkin Ia benar-benar berani menyakiti hatinya? Mematahkan hatinya hanya karena alasan yang tidak sebanding dengan hatinya?

Draco merasa benar-benar kecewa. Ternyata, berpura-pura untuk baik-baik saja memang tidak semudah yang terlihat dan membutuhkan banyak tenaga.

Perlahan Draco melangkahkan kakinya untuk mendekat ke Hermione, menangkupkan wajah Hermione ke dekapan tanganya dan mencium Hermione.

Tidak lama setelah Draco melepaskan ciumanya terhadap Hermione, perlahan-lahan Draco melemaskan tanganya yang mulai menegang.

Ia menatap Hermione yang masih tidak memiliki bayangan apapun. Perempuan yang paling Ia sayangi masih memandanginya dengan tatapan penuh kasih sayang sementara Draco sudah terlalu terluka,

"Hermione, kau berhasil dalam mematahkan hatiku. Selamat." Bisiknya perlahan di telinga Hermione.

***
A/n: I know ini sangat sedikit. But, aku bayangin jadi Draco aja sih. Ini pasti sakit dan kecewa banget buat dia. Part part selanjutnya bakal lebih panjang. Aku sedih banget nulis part 24 sama 25:(

Terrible Lie.Where stories live. Discover now