14. Banana Uyu

602 117 27
                                    

Pagi-pagi sekali, Nara sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia kini sedang menyiapkan bekal untuk sarapan di sekolah nanti. Kentang dan brokoli rebus menjadi menu sarapan hari ini.

Ia teringat dengan ucapan Bunda.

"Sayur itu bagus buat kesehatan, terutama buat kulit."

Bunda yang keheranan pun bertanya pada putrinya, "tumben mau bawa bekal sayuran gitu, kamu diet?"

"Emang Nara gemuk, ya?"

"Kamu itu berisi, gak kurus gak juga gemuk, Bunda cuma heran aja, tumben banget kamu mau bawa bekal. Kirain mau diet." Kata Bunda

"Nara gak diet, cuma pengen bawa bekal aja. Terakhir bawa bekal waktu MOS."

Bunda tersenyum menggoda, "bukan karena kakak kelasmu itu? Siapa namanya? Asahi? Jihoon?"

"B-bunda a-apa, sih." Kata Nara gelagapan.

Nara merasakan panas pada pipinya, pasti pipinya memerah. Entah kenapa setiap Bunda membahas kedua kakak kelasnya itu, Nara menjadi malu dan juga gugup.

Bunda memasang wajah lucu untuk menggoda putrinya, "anak bunda udah besar, udah tau mana yang ganteng, sekali dapat langsung dua,"

"Tiga, deh, sekalian Haruto juga boleh." Sambungnya.

"Haruto sahabat aku, Bun."

"Masa? Gak percaya Bunda sama kamu, secara Haruto itu ganteng banget, loh, Bunda aja kesemsem." Kata Bunda.

"NARA LAPORIN AYAH, YES!" teriak Nara, kemudian berlari dari dapur.

Bunda menghela napasnya, sabar.

"Punya anak kok begini banget," katanya sambil geleng-geleng kepala.

Nara melihat ayahnya sedang menonton televisi di ruang keluarga. Kacamata yang bertengger di hidung pria paruh baya itu sedikit turun, persis seperti Bu Chaerin ketika sedang mengajar.

"Ayah," panggil Nara.

"Apa, nak?"

"Nara kangen kakak."

Mata pria paruh baya itu teralihkan fokusnya, dan kini menatap putri bungsu nya dengan tatapan sendu.

Sang ayah pun menepuk bagian sofa yang kosong, meminta Nara untuk duduk di sampingnya.

"Ayah juga kangen sama kakak."

"Boleh Nara ketemu kakak?" tanya Nara hati-hati.

Sang ayah pun mengangguk, "nanti ayah jemput, kita ketemu sama kakak, oke?"

Nara tersenyum senang, lalu memeluk sang ayah, "makasih, ayah."

Bunda yang melihat dari kejauhan itu pun rasanya ingin menangis, ia juga sangat merindukan seorang anak yang biasa dipanggil dengan sebutan 'kakak' itu. Ia langsung saja berbalik menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Ayah, kira-kira kakak bahagia gak, ya?"

🎶🎶🎶

"Asahi, nanti kamu sekalian antar kakak sama adikmu, ya," pinta sang Mama.

Asahi hanya mengangguk, ia tengah menikmati sarapan dengan khidmat. Pipinya pun terlihat penuh, sangat menggemaskan.

"Kakak!"

Asahi sedikit terjengit karena teriakan sang adik. Rambut panjang yang diikat dua itu membuat Asahi harus mati-matian menahan gemas atas adiknya.

"Siapa yang kuncir rambut nya?" tanya Asahi.

Music • AsahiWhere stories live. Discover now