22. Idaman Bunda

518 104 17
                                    

Nara dan Asahi tiba di tempat tujuan. Kedua insan itu sama-sama merasa canggung, terlebih lagi Nara yang sejak tadi terus mengingat kejadian di taman pada siang hari tadi.

Mata mereka sibuk menjelajahi seisi mall. Karena toko alat musik berada di lantai 3, mereka harus menaiki eskalator untuk sampai di sana.

Masing-masing dari mereka membuang muka, menghindari tatapan satu sama lain. Padahal Asahi sangat ingin menatap wajah cantik itu dari depan, juga ia ingin memuji betapa indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini.

Setibanya di lantai 3, mereka melenggang ke toko alat musik. Mereka memasuki tempat itu dan disambut hangat oleh beberapa pegawai. Sejenak melihat-lihat, akhirnya apa yang dicari pun ketemu. Di ujung sana terdapat drum dan komponen-komponennya yang tersusun rapi. Berbagai macam alat musik juga tersusun rapi sedemikian rupa.

Asahi mengikuti ke mana Nara melangkah. Di sana juga terdapat seorang pegawai yang sedang merapikan beberapa barang yang baru dikeluarkan dari kardus besar.

"Cari apa, kak?"

"Stik drum ada?"

"Oh, ada. Sebentar, kak." Pegawai itu terlihat mengambil beberapa stik drum dengan berbagai merk.

Asahi hanya diam memperhatikan interaksi antara pembeli dan penjual. Sesaat kemudian, ia akhirnya bicara.

"Kak, bagusan yang mana?" tanya Nara pada Asahi.

"Semua bagus," jawab Asahi. Ya, mau bagaimana lagi? Semua memang bagus dan merk stik drum di toko ini berbeda dengan merk stik drum milik studio musik sekolah.

Lantas gadis itu memukul lengan Asahi dengan tangan kosong, "kalau ditanya itu jawabnya yang benar!"

Asahi meringis dibuatnya, pemuda itu mengusap lengannya sendiri, kemudian menunjuk stik drum yang dipegang pegawai toko, "itu bagus."

"Mbak, ini gak bakal patah, kan?" tanya Nara dengan polosnya.

Pegawai toko pun terkekeh, "ini paling bagus, dek. Kuat juga jadi gak akan patah."

"Ya udah, yang itu aja."

Pegawai toko membawa Nara ikut ke kasir, sedangkan Asahi kini sedang melihat-lihat gitar.

"Kak, ayo ini gue udah selesai."

Mereka pergi dari toko tersebut, kemudian berjalan sebentar mengelilingi mall.

"Ra, makan dulu mau gak?" tanya Asahi.

"Makan apa?"

Asahi terlihat berpikir, "ramen mau?"

"Mauuuuu!"

Lalu, diusaplah rambut hitam Nara yang hari ini diikat satu dengan ikat rambut, membuat sang empu bersemu merah menahan gejolak aneh di hatinya. Sedangkan si pelaku malah menarik bibirnya membentuk seulas senyum hingga terlihat lesung pipinya.

Melihat tingkah Nara yang menggemaskan hari ini membuat Asahi semakin jatuh lebih dalam. Lalu, tangan pemuda itu dengan reflek menggandeng tangan yang lebih muda.

Sungguh, hari ini Asahi merasa bahagia, begitu pula dengan Nara. Hari ini, mereka seperti merasa kehilangan beban.

Setelah sampai, mereka memilih untuk menempati bagian paling ujung. Mereka duduk berhadapan. Memanggil waiters, lalu memesan. Mereka menunggu sekitar 15 menit untuk mendapatkan ramen.

Selagi menunggu, Nara memperhatikan Asahi yang sibuk memainkan ponsel. Ponsel Nara kehabisan baterai. Hal itu membuatnya bosan.

"Kenapa?" tanya Asahi setelah ia merasa diperhatikan oleh gadis di depannya.

Music • AsahiWhere stories live. Discover now