19. Roof Top

528 101 13
                                    

Nara sudah sampai di sekolah bersama Haruto. Mereka berdua berjalan beriringan melewati koridor. Tangan yang saling bergandengan itu menjadi pusat perhatian.

"Enak banget bisa gandengan sama orang ganteng!" sarkas Nara.

Haruto yang mengerti maksud Nara pun beralih merangkul bahu gadis itu, "kalau rangkulan gini juga enak, yang penting sama orang ganteng!"

Mereka berdua tertawa dalam hati, pagi-pagi begini sudah sarkas pada orang lain.

Sesampainya di kelas, mereka duduk di tempat masing-masing.

"Ra, nanti gue ada latihan basket. Mau nungguin?"

Nara mengangkat bahunya, "nanti gue juga ada latihan band."

Haruto mengangguk, lalu membenamkan wajahnya di atas meja. Berbeda dengan Nara yang saat ini tengah menjelajahi sosial media.

"SELAMAT PAGI!"

"Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka, tak mandi," sambung Yuna.

"Jorok Yuna gak mandi ke sekolah." Kata Jeongwoo dari depan pintu kelas.

"Maaf aja ini mah, gue gak mandi juga tetap cantik." Balas Yuna.

"Nyenyenye! Tetap aja jorok!"

"Ayo ribut, gue gak suka ketenangan."

Nara memutar bola matanya malas. Ia memilih untuk mengobrol dengan Wonyoung yang sudah duduk di tempatnya.

"Won, tadi Kak Jihoon kasih ini ke gue," Nara menunjukkan kotak kuning itu pada Wonyoung. "Kira-kira maksud nya apa, ya?"

Wonyoung mengernyit heran, "isinya apa?"

"Kalung," jawab Nara.

Entah sejak kapan kotak itu sudah ada di tangan Wonyoung, "firasat gue, sih, kayaknya Kak Jihoon mau ngomong sesuatu ke lo, tapi dia takut."

"Takut kenapa? Gue bukan hantu, kok."

Wonyoung berdecak, "bukan begitu maksud gue, Ra. Kak Jihoon mau ngungkapin sesuatu lewat kalung ini."

Nara akhirnya mengangguk paham, "gue pakai bagus, gak?"

"Sini," Wonyoung memakaikan kalung itu di leher jenjang Nara. "Cantik banget sahabat gue!"

Mereka berdua tertawa, lalu mengobrol ringan hingga bel masuk berbunyi. Yuna dan Jeongwoo duduk di tempat masing-masing.

Haruto yang sedari tadi menyimak pembicaraan Wonyoung dan Nara pun mengerti apa maksud Jihoon. Ia hanya menunggu apa yang akan Jihoon lakukan selanjutnya.

🎶🎶🎶

Asahi tidak bisa fokus pada mata pelajaran kali ini. Pensil di tangannya pun sudah mulai tumpul akibat coretan yang ia buat di kertas bagian belakang buku catatannya.

Sejak beberapa hari lalu, ia selalu memikirkan satu hal yang sama. Sejak Jihoon blak-blakan soal perasaannya pada Nara, ia menjadi sedikit lega dan agak marah. Lega karena akhirnya ia memiliki peluang besar, marah karena baginya Jihoon terlihat seperti memainkan hati orang lain.

Rumah Hyunsuk selalu menjadi saksi akan kisah squad yang beranggotakan 12 orang itu. 12 orang dengan kepribadian berbeda, dengan cerita yang berbeda, dan juga nasib yang berbeda.

Kini, Asahi menopang dagunya di atas meja, memperhatikan materi yang dijelaskan oleh pengajar. Ia sedikit bosan, sebab materi yang dibahas adalah materi Minggu lalu.

"Ujian Tengah Semester akan diadakan Minggu depan, pastikan kalian semua belajar dengan giat." Ujar guru matematika di kelas ini.

"Iya, Pak!" sahut para siswa-siswi serempak.

Music • AsahiWhere stories live. Discover now