28. Kak Asa

355 74 14
                                    

Nara merungut sambil memainkan ponselnya. Ibu jarinya sibuk menggulirkan layar pada benda pipih persegi panjang itu. Bibirnya melengkung ke bawah dan jangan lupakan mata yang berkaca-kaca.

Sudah ditinggal sendirian di rumah, ia juga tidak jadi jalan-jalan bersama Airi. Airi mendadak ada acara keluarga pagi ini, mau tidak mau rencana mereka harus batal.

Bunda hanya menempelkan secarik kertas dengan selotip di pintu kulkas. Jangan lupa dengan beberapa lembar uang yang nominalnya lumayan besar.

—Kakak Nara yang cantik, Bunda sama Ayah ada urusan mendadak sama temennya Ayah. Maaf karena ninggalin kakak Nara sendirian di rumah. Bunda juga udah taruh uang di atas kulkas buat kakak Nara beli makan sama jajan. Bunda pulang sore nanti atau mungkin malam. Kakak Nara jaga diri ya di rumah, Airi nya pergi jadi nya Kakak Nara gak jalan-jalan. Bunda baru tau tadi pas udah di tengah jalan, kirain bunda kalian jadi jalan-jalan. Nanti ajak aja Yuna, Yujin, atau Wonyoung main ke rumah. Di kulkas ada susu buat Kakak Nara biar sehat.

Nara sebetulnya tidak masalah jika ditinggal sendiri. Namun, karena semalam baru saja menonton film horror, ia jadi parno.

"Huh, sebel!" celetuknya.

Ia bingung sekarang harus melakukan apa. Televisi dan laptop sudah ia nyalakan. Dua benda elektronik itu menampilkan musik vidio idola favorit Nara, tentunya dengan volume yang besar. Ini ia lakukan agar suasana rumah tidak sepi.

Ia menolehkan kepalanya begitu merasakan ada sesuatu yang lewat. Bulu kuduknya berdiri.

"Siapa itu?"

Tak ada jawaban selain suara musik dari televisi dan laptop. Ia makin parno saat ini. Kemudian, ia berjalan ke dapur dengan cara mengendap-endap. Kakinya mulai gemetar.

Dari sekat tembok ia mengintip. Lalu, ia kebingungan.

"Loh, Bunda gak jadi ikut ayah?"

Hening.

Tepat saat siapa yang Nara lihat itu berbalik, Nara terperanjat.

Sungguh, Nara menyesal telah pergi ke dapur. Kakinya makin gemetar dan terasa lemas. Bibirnya bergetar hebat ditambah dengan air mata yang mulai mengalir.

"A—AYAAAAAAH!!"

🎶🎶🎶

"Kakak mau kemana?" tanya perempuan kecil yang sedang menatapnya.

Asahi mengelus surai lembut adiknya dengan sayang, kemudian tersenyum hangat.

"Kakak mau pergi sebentar, ada urusan," jawabnya.

"MAU IKUUUTT!!!"

"Kakak mau pergi nya lama, kapan-kapan aja kita jalan-jalan, ya?"

"Gak mau! Ayumi mau sekarang ikut kakak!"

Asahi menghela napas. Kemudian, ia berpikir bagaimana cara untuk membujuk adiknya.

"Gini aja, nanti kakak beliin apa yang Ayumi mau, gimana?"

Perempuan kecil itu terlihat menimbang-nimbang dengan lagak seperti orang dewasa yang sedang berpikir.

Asahi terkekeh pelan, "mau gak?"

"Ayumi mau buku mewarnai!" seru Ayumi sambil melompat kegirangan.

"Oke, kalau gitu tunggu di rumah, ya. Kakak mau pergi dulu, nanti jangan lupa bantuin Mama siram tanaman,"

"Oke! Kakak hati-hati, ya."

Asahi benar-benar pergi setelah usahanya untuk membujuk adiknya berhasil. Di teras, sang Papa tengah membaca koran sambil menyeruput kopi hitam buatan Mama.

Music • AsahiWhere stories live. Discover now