32. Ribut

349 54 15
                                    

"KAMPRET ADA AJA YA KELAKUAN LO PADA!"

Jeongwoo berlari setelah menggebrak meja yang membuat Nara dan Wonyoung terkejut bukan main.

"Lo percaya kalau tadi itu Jeongwoo?" tanya Wonyoung.

Nara menggeleng, "gue rasa si Jeongwoo kerasukan reog."

"UDAH ANJIR WOY TOLONGIN GUE!"

"Won, itu Jeongwoo teriak, ayo kita tolongin."

Nara menarik lengan Wonyoung untuk ke luar kelas. Keduanya mematung begitu melihat tiga orang yang terlibat dalam perkelahian. Tadinya Jeongwoo ingin melerai, namun ia malah ikut terkena pukulan dan cakaran.

"BUSET INI KUKU TAJAM BANGET, SAKIT WOY PIPI GUE DICAKAR!"

BYUURR!

Ketiganya berhenti. Mereka kompak menoleh ke arah pelaku penyiraman.

Wonyoung memasang wajah galak dan sorot mata yang tajam. Sedangkan Nara hanya diam mematung, ia sudah tak sanggup berkata-kata.

"BUBAR LO SEMUA!" teriak Wonyoung.

"Won, mereka bukan kucing," gumam Nara.

BUGH!

"HARUTO UDAH CUKUP!" teriak Nara.

Gadis itu berlari, setelahnya memeluk tubuh kurus Haruto dan kemudian membenamkan wajahnya pada dada bidang pemuda berdarah Jepang itu. Dekapan itu semakin erat, hingga bisa dirasakan kalau degup jantung Haruto kembali normal.

Nara memberanikan diri untuk menatap mata elang milik Haruto. Sembari tangannya ia gunakan untuk mengusap pelan punggung lelaki yang sudah lama tidak tegur sapa dengannya.

"Sabar, gak boleh emosi," lirih Nara.

Haruto bisa melihat sorot kekhawatiran yang dipancarkan dari Nara. Kemudian dengan perlahan, sorot matanya juga melembut, menatap Nara sama khawatirnya.

"Maaf," balas Haruto.

"Ke UKS, ya?"

Haruto mengangguk sebagai jawaban. Langkah ringan itu beriringan dengan langkah tergesa Nara. Haruto tersenyum menang tanpa Nara ketahui.

"Kak, ayo gue antar ke UKS," ajak Wonyoung.

"Gak perlu repot-repot, gue bisa sendiri." Kata Asahi.

Kemudian, pemuda itu bangkit lalu mengusap sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan keras sepupunya. Baru ia sadari, ternyata ia hanya orang baru yang tak akan pernah menang dengan cara apapun.

Seperginya Asahi, Jeongwoo berdecih lalu tertawa remeh. Hal itu membuat Wonyoung terheran. Hingga perempuan itu berinisiatif menyipratkan air pada wajah sedikit luka Jeongwoo.

"Lo pikir gue kucing?"

"Lo harusnya berterima kasih sama gue, berkat gue itu aksi baku hantam nya berhenti," jawab Wonyoung bangga.

"Tapi perih airnya kena muka gue," rengek Jeongwoo sambil menunjuk wajahnya.

"Jangan ngerengek ke gue, sana ke Jihan."

Mendengar nama itu, pipi Jeongwoo bersemu merah. Wonyoung menatap Jeongwoo dengan tatapan geli.

"Jihaaaan, ini laki lo obatin dulu!"

"Aduh, jantung gue mau turun ke lambung,"

🎶🎶🎶

"Sshh, perih!"

"S-sorry,"

Wajah tampan itu sudah dihiasi luka lebam dan darah. Sesekali ia meringis menahan perih akibat pengobatan yang diberikan.

Music • AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang