21 : Confused

108 10 0
                                    




Syafira berlari melangkahkan kakinya menuju danau tempat dimana Ia biasa memancing dengan Adam dan Kakaknya dulu. Sesampainya disana Syafira berdiri di dermaga danau. Ia menangis sejadi-jadinya disana, mengeluarkan semua kekesalan yang Ia rasakan sekarang.

"Aaaaa! Kenapa orang dewasa seenaknya! Kenapa mereka semaunya mengambil keputusan untuk kehidupan seseorang?! Apa pendapat Fira gak dibutuhin disini?! Apa Fira ini boneka yang seenaknya mereka gerakin dan seenaknya mereka suruh-suruh?! Fira benci orang dewasa! Fira benci jadi dewasa!"

Syafira terus berteriak dan menangis mengeluarkan semua kekesalan nya. Ia tidak peduli jika ada orang lain yang mendengarnya, yang ia ingin sekarang hanya mengeluarkan semua emosinya agar ia bisa kembali tenang.

"Syafira..."

Seseorang memanggilnya dari arah belakang. Ia sangat mengenal suara bariton ini. Dengan segera Syafira menghapus air matanya dengan kasar. Tanpa berbalik Syafira menjawab panggilan dari pemilik suara bariton itu.

"Mau apa Anda datang kemari?", tanya Syafira dengan nada dingin nya.

Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Syafira. Suara langkah kakinya menggema saat menginjak dermaga beralas kayu itu.

"Saya tidak akan memaksa kamu untuk menerima lamaran saya. Saya... saya hanya tidak bisa menolak tawaran Papa kamu karena sesuatu hal. Saya tidak berhak menyampaikan ini pada kamu Syafira, biar kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi langsung dari keluarga Kakak mu Wendy. Kamu boleh membenci saya Syafira. Tapi saya hanya meminta kamu untuk tidak lagi membenci Papa mu atau kamu akan menyesal."

Setelah mengatakan itu, Januar segera pergi melangkahkan kakinya menjauh dari area danau. Kembali memberi ruang Syafira untuk menyendiri.


°°°


Hari demi hari berganti. Sudah tiga hari sejak kejadian lamaran mendadak itu berlalu. Suasana dirumah Bunda Aisyah masih belum membaik. Syafira pun sudah tiga hari ini tidak masuk ke kampus. Bahkan Rachel terus menghubungi Syafira karena terlalu khawatir dengan keadan anak itu. Takut sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi pada nya. Seperti hari ini, Rachel kembali menghubungi Syafira menanyai kabar sahabatnya itu.

"Tenang aja Hel, gue gak apa-apa kok."

"Beneran ya Fira? Lu gak kenapa-kenapa?"

"Iya yaampun gue gak kenapa-kenapa. Hari ini juga gue mau ke kampus kok. Mau lanjut ngurusin beasiswa."

"Demi apa?! Gue seneng banget akhirnya lu mau ke kampus! Cepetan yaa Firr gue tunggu lu di kampus! Awas jangan sampe telat lu!"

"Iya iyaaa Rachel bawel, udah ah gue tutup dulu telepon nya ya, sampai jumpa di kampus, bye!"

Syafira menutup telepon nya sambil menggelengkan kepalanya. Sahabatnya yang satu ini benar-benar yang sangat mengerti Syafira. Syafira sangat beruntung memiliki sahabat seperti Rachel yang sangat sayang dan perhatian padanya.


Soal beasiswa itu, setelah Syafira merenungkan nya beberapa hari ini Ia memutuskan untuk lanjut mengikutinya. Soal keterima atau tidak nya itu urusan belakangan yang penting sudah mencoba.

Syafira mengambil tas ranselnya lalu segera keluar dari kamarnya. Seperti biasa di dapur Bunda dan Kak Raisya menyiapkan sarapan pagi. Melihat Syafira turun dari kamarnya Bunda tersenyum senang. Syafira pun duduk di meja makan dan mulai memakan sarapan paginya dengan tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

temps est révoluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang