13 : Tamu tak diundang

134 24 11
                                    

Pagi-pagi sekali Januar sudah rapi. Setelah selesai berolahraga pagi kurang lebih tiga puluh menit lamanya Ia segera membersihkan diri bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit lalu setelahnya Ia akan pergi ke kampus menemui Syafira. Selesai merapikan kemejanya yang sedikit kusut Januar turun ke lantai dasar, Ia melangkah menuju dapur dan sudah ada si mbok disana.

"Den makan dulu, si mbok sudah masakin makanan kesukaan Aden.", ucap si mbok.

Januar tersenyum simpul. Ia melihat beberapa makanan kesukaanya sudah tertata di meja makan. Tanpa berlama-lama Januar pun duduk lalu bersiap menyantap makanan kesukaannya.

Januar tipikal orang yang makan cepat. Kurang lebih sepuluh menit Ia menyelesaikan sarapan paginya. Setelah meneguk air mineral Ia pun segera membawa kunci mobil lalu melangkah menuju garasi, namun saat Ia baru akan beranjak dari kursinya tiba-tiba seorang perempuan datang menghampirinya.

"Hai Januar!", sapanya sambil melempar senyum.

Januar mengerutkan dahinya heran. Januar sudah berpesan pada si mbok dan bapak untuk tidak membiarkan perempuan ini masuk ke rumahnya. Dari arah belakang si mbok lari tergesa-gesa sambil memohon maaf pada Januar.

"Maafkan si mbok den, sudah si mbok larang tapi Nengnya memaksa.", ucap si mbok.

"Tidak apa-apa mbok.", balas Januar.

Januar pun mengajak perempuan itu menuju ruang santai di depan kolam renang. Sebenarnya Januar tidak minat berbicara dengan perempuan yang kini berdiri di sampingnya. Namun apa boleh buat.

"Apa kabar Januar? Gak rindu aku?"

Ketika telinga Januar mendengar rentetan kata yang keluar dari mulut perempuan disampingnya ini Januar langsung menoleh menatap tak suka. "Ada keperluan apa berani datang ke rumah ku?", tanya nya dengan dingin dan mengintimidasi.

"Ohh ayolah Jan! Aku kan sudah meminta maaf, begitu juga dengan Mama dan Ayah, kita lupakan masalah itu!", ucap perempuan disampingnya.

"Jika kau hanya ingin membahas masalah itu sebaiknya kau pulang saja sebelum aku menyeret mu keluar dari rumahku.", balas Januar dengan tatapan yang menusuk pada perempuan disampingnya.

"Tapi Jan-"

"Oke ini pilihan mu Rena.", dengan berat hati Januar menyeret tangan perempuan itu untuk keluar dari rumahnya.

"Oke! Lepas! Aku bisa jalan sendiri!", teriak perempuan bernama Rena itu sambil meronta melepaskan cengkraman dari tangan Januar. Setelah lepas dari cengkraman Januar, Rena melangkahkan kakinya keluar dengan perasaan dongkol dan marah.

°°°

Rencana Januar untuk pergi ke rumah sakit menjadi urung. Ia menjalankan mobilnya menuju rumah Malik dan Wendy. Pagi ini mood nya menjadi buruk karena Ia kedatangan tamu tak diundang. Sebelum benar-benar pergi ke rumah Malik terlebih dahulu Januar sudah menghubunginya, memastikan jika mereka berdua belum berangkat ke rumah sakit. Tapi ternyata Malik dan Wendy sedang berada di rumah Papa mertuanya, Januar yang memang sudah dekat sekali dengan Malik pun tahu keberadaan rumah Papanya dan tak sungkan untuk datang bertamu.

Sampailah Januar di tujuan. Ia memarkirkan mobil di depan rumah Papa mertua Malik. Januar pun segera keluar dari mobil dan disambut oleh Malik. "Hey! Ada apa nih? Tumben mau main.", ucap Malik mendekat ke arah Januar.

Januar geleng-geleng kepala lalu berucap "Haduh! Pagi ini kacau banget Lik! Perempuan itu dateng lagi kerumah!"

"Hah! Seriusan?", tanya Malik tak percaya. Sementara Januar membalas ucapan Malik dengan anggukan. "Gue serius Lik!"

temps est révoluWhere stories live. Discover now