17 : Manusia atau hantu?

109 22 13
                                    

Sudah dua hari semenjak kejadian Januar mengobati jari telunjuknya yang tertusuk duri kaktus, Syafira enggan untuk bertemu dengan Januar. Padahal tugas yang diberikan harus dikumpulkan hari ini. Sejenak Syafira menghela nafas nya, memangku wajahnya dan berpikir bagaimana cara nya agar bisa mengumpulkan tugasnya tanpa harus bertemu dosen itu.

"Gimana ya?", gumamnya.

"Apanya yang gimana?", Rachel menghampiri Syafira yang sedang duduk di bangku depan kelas.

"Hmm... ini nih, tugasnya.", balas Syafira dengan malas.

Rachel mengrenyit kebingungan, memang ada apa dengan tugasnya? Susah kah? Atau kebanyakan jadi belum selesai?.

"Kenapa tugasnya? Ada yang susah?", tanya kembali Rachel.

Syafira tiba-tiba mengerucutkan bibirnya sambil menatap sahabatnya yang sedang menyeruput segelas manggo squash. "Enggaa Hel, tugasnya udah selesai kok.", balas Syafira.

"Lah, terus kenapa lu bete gitu? Tinggal kasihin ke Pak Januar tugasnya.", balas Rachel.

"Nah itu masalahnya! Gue males ketemu dia. Hell... hehehe..."

Rachel yang melihat Syafira bergelendotan di tangannya langsung memalingkan wajah. Sudah manggil-manggil begini pasti ada maunya. "Apaa? Kudu gue yang kasihinnya?. Ogah! Ogah gue, yang punya tugas lu kok gue yang kasihinnya.", balas Rachel dengan cepat.

Syafira langsung melepas pelukannya dan sedikit menjauh dari Rachel. Bibirnya kembali mengerucut sebal. "Ahh! Lu mah Hel! Gak setiakawan banget! Sahabat gue bukan sih!", protes Syafira.

Rachel menatap Syafira lalu menghela nafasnya. "Heh! Bukannya gak setia kawan, ntar apa kata Pak Januar kalo gue yang kasihin tugasnya, sementara itu tugas lu. Nanti dikira lu ada apa-apa lagi sama Pak Januar.", jelas Rachel.

"Ahh! Apa beneran lu ada apa-apa sama dosen baru itu?!", teriak Rachel.

Buru-buru Syafira menutup mulut Syafira dengan kedua tangannya. Nah kan, Rachel selain mulutnya yang blak-blakan suaranya juga kayak toa mesjid.

"Heh! Lu gak usah teriak juga kali!", ucap Syafira lalu memukul Rachel dengan buku tugasnya.

"Aww! Ya jangan salahin gue! Salahin mulut gue! Kenapa juga teriak!", balas Rachel.

Hah... sudahlah susah berdebat dengan Rachel, ujungnya juga Rachel menang.

"Hel, gue belum cerita kan pas acara lamaran nya Adam sama Kakak gue kemaren lusa?", tanya Syafira.

"Huum! Nah lu belum cerita, gimana tuh acaranya? Lu kuat liatnya? Kagak nangiskan? Awas aja samp-"

"Shttt! Dah gue kuat kok. Gue gak nangis juga. Nih mata gue gak sembab kan. Nih yang mau gue ceritain bukan tentang itu. Tapi yang lain.", jelas Syafira.

"Hmm... yaudah cerita sini."

"Lu bakal kaget Hel."

"Kaget? Kenapa emang? Acaranya batal?"

"Ish! Bukan itu!"

"Yaudah lu ceritain elah."

"Jadi... Papa gue, kenal sama Pak Januar. Dan Pak Januar itu dulunya mahasiswa Papa gue! Kemaren dia dateng ke acara lamaran Kakak gue!", jelas Syafira.

"What?! Serius lu!"

"Kan.. kan.. kaget lu."

"Ya jelas. Gue taunya dulu Papa lu dokter kan? Kok bisa jadi dosen?", tanya Rachel.

"Hmm... kalau di ibaratin ya kayak Pak Januar lah, gitu pokoknya."

"Terus? Udah gitu doang ceritanya?"

temps est révoluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang