Bagian 5

155 30 5
                                    

"Hei, hentikan!"

Elsa yang ingin kembali mengangkat tangannya untuk kembali memukul Aqila langsung terhenti karena suara yang jelas-jelas ditujukan padanya. Aqila yang tadinya menunduk sambil memegangi pipinya ikut mendongak, hal pertama yang dilihatnya adalah tangan Elsa yang berada di udara siap untuk memukulnya lagi. Setelahnya Aqila baru menatap ke sumber suara yang terdengar melindunginya itu.

"Kak Ganda?!" Elsa berkerut bingung mendengar ucapan Ganda.

Ganda melepas earphone yang hanya tergantung ditelinga kirinya. Kakinya melangkah ke arah Elsa dan tersenyum miring yang membuatnya terlihat lebih menawan. Matanya tak lepas dari sosok Elsa yang masih kebingungan menatapnya. Elsa adalah gadis yang sama yang diberi nomor ponsel oleh Ganda kemaren.

"Jangan ganggu yang ini!" perintah Ganda jelas memperingati Elsa dengan tegas.

"Emang kenapa? Kakak suka ama dia?" tanya Elsa penasaran.

Ganda tampak tertawa sumbang. "Dia milik teman gue! Cari mangsa lo yang lain aja!" ujar Ganda yang membuat Elsa kebingungan.

"Sampah!" umpat Aqila dan menatap nyalang Ganda dan Elsa bergantian.

Aqila berkata demikian karena ucapan Ganda yang terdengar menjengkelkan. Bagaimana bisa dia melarang Elsa untuk merundungnya dan meminta untuk merundung yang lain saja? Kalau begitu apa bedanya Ganda dengan mereka? Mereka sama-sama sampah yang memandang rendah orang lain.

Ganda, Elsa, dan Hellena serentak menatap Aqila dengan tatapannya licik. Bisa Aqila simpulkan tatatan mereka itu seakan meremehkannya. Aqila hanya bisa membalas tatapan mereka satu persatu agar tidak dipandang rendah oleh mereka. Tentu Aqila merasakan sebuah kata yang disebut takut, tapi ia hanya berusaha agar tak dipandang sebagai pengecut.

"Woi! Setidaknya lo beruntung karena lo milik Abril! Lo seharusnya berterima kasih sama gue!" tekan Ganda sambil memutar-mutar tali earphone-nya. Benar-benar sangat mengejek Aqila.

"Udahlah! Kita cari yang lain aja! Enggak seru!" Kini Hellena yang sedari tadi diam mulai kembali bersuara.

"Brengsek! Apa yang akan kalian dapatkan dengan mem-bully orang, hah? Apa nilai kalian bertambah? Atau membuat umur kalian bertambah panjang? Enggak 'kan? Lebih baik kalian berhenti menindas orang-orang, Brengsek!" Rasanya dengan meluapkan semua yang tertahan di dalam hatinya selama ini, Aqila merasa lebih lega setelah mengucapkannya. Bagaimana dulu dia hanya bisa diam saat orang-orang merundung dan merendahkannya hanya karena ibunya yang mempunyai gangguan jiwa.

"Haiisss! Sialan! Lo---"

"Ganda!" Abril berjalan ke arah mereka dengan menatap Ganda marah. Di sebelahnya juga tampak Breggy berjalan dengan santai.

Ganda terdiam menatap Abril yang sedari tadi tidak melepaskan Ganda dari tatapan tajamnya. Memang selama ini Ganda juga suka merundung orang yang lebih lemah darinya. Sering kali juga Abril dan Breggy memperingatinya, tapi ucapan mereka dianggap bercanda saja oleh Ganda karena dua orang temannya itu memperingatinya dengan pelan.

Kali ini tampak berbeda, tatapan Abril benar-benar membuat Ganda terdiam. Tidak main-main jika Abril sudah menatap demikian itu berarti dia sangat marah. Breggy kali ini juga berbeda, matanya ikut menatap Ganda marah dan sesekali menatap Elsa dan Hellena bergantian.

"Drama apa lagi ini?!" Aqila menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan semua yang dilihatnya. Aqila sampai mendengus kesal karena merasa kalau Abril sama dengan mereka dan hanya sok baik dihadapan Aqila.

"Ck!" Ganda berdecak dengan teguran Abril dan tatapannya. Tanpa aba-aba Ganda pergi dari kelas itu tanpa mempedulikan siapapun.

"Kamu enggak apa-apa, Qila?" tanya Abril pada Aqila yang sudah duduk dengan memasang wajah angkuhnya.

Abstrak (End✅)Where stories live. Discover now