Bagian 10

129 24 10
                                    

Waktu yang paling dibenci Aqila sudah datang. Di mana, waktu ini adalah waktu yang paling ditunggu anak-anak lain. Waktu istirahat adalah kebencian bagi Aqila, di mana semua orang bisa bermain dengan teman-temannya, bisa makan di kantin, dan sebagainya, tapi bagi Aqila waktu istirahat adalah waktu untuk menyendiri dan berdiam diri. Tidak punya teman, tidak punya uang untuk membeli makanan, dan tidak punya kegiatan lain selain membaca buku pelajaran.

Di sudut sebelah Aqila, Faizul juga terlihat enggan untuk ke luar kelas. Beberapa hari ini Aqila bisa maklum dengan pemuda itu karena biasanya mereka hanya akan diam satu sama lain di dalam kelas sunyi itu, tapi suasana kali ini terasa berbeda, mengingat kemaren Aqila yang mengira baik Faizul karena Abril. Juga karena Aqila yakin Faizul tahu, bahwa kemaren dirinya berniat mencuri.

"Enggak usah cemas. Gue enggak bakalan nyebarin sama orang lain!" Ungkapan Faizul mampu membuat Aqila terdiam sesaat.

Entah bagaimana Faizul bisa mengerti dengan pikiran Aqila yang memang mencemaskan hal itu. Setidaknya Aqila masih bisa bernapas sedikit lega dengan ucapan Faizul. Jika saja orang lain mendengar hal itu, sudah dipastikan kebencian orang-orang akan meningkat pada Aqila. Di mana biasanya mereka juga membenci Aqila karena keangkuhannya.

"Lo beruntung!" ucap Faizul lagi dengan menatap Aqila sekilas.

Kali ini Aqila penasaran dengan maksud perkataan Faizul barusan. Bagaimana bisa Faizul berpikir demikian? Sedangkan Aqila sendiri merasa dirinya mahkluk paling merugi. Beruntung apanya, selama ini hidupnya sudah cukup dengan penderitaan dan kesengsaraan saja. Jika saja Faizul tahu kehidupan Aqila, maka Faizul pasti akan berpikir Aqila adalah orang paling menyedihkan. Mengambil napas panjang, Aqila menidurkan buku yang tadinya berdiri tegak di atas mejanya.

"Lo beruntung karena bisa dapatin kasih sayang dari Abril. Lo pasti berpikir gue baik sama lo karena Abril 'kan? Enggak, gue baik sama lo karena gue juga ingin menyayangi apa yang Abril sayangi!" Suara Faizul tiba-tiba memelan pada ujung kalimat yang diutarakannya barusan.

Untuk perkataan Faizul barusan, Aqila harus berpikir terlebih dahulu. Kata-kata dia terasa ambigu di kepala Aqila. Aqila belum mengerti sepenuhnya dengan hubungan dua orang itu, apalagi ditambah dengan kata-kata Faizul yang seakan Abril sulit untuk menyayangi seseorang.

Aqila kali ini memutar kepalanya menghadap ke arah Faizul yang tampak berpegangan pada sanding mejanya. Wajahnya yang selalu pucat tidak terlihat jelas oleh Aqila karena tudung hoddie-nya. Aqila penasaran dengan maksud ucapan Faizul barusan. Apa beruntungnya disayangi oleh Abril? Aqila sendiri bahkan tidak butuh semua itu.

Aqila ingin bertanya, tapi mulutnya terkunci hanya untuk berbicara dengan laki-laki. Namun, kali ini bukan itu alasan mulut Aqila terkunci, tapi karena melihat tangan Faizul yang semakin mengerat menggenggam sanding meja dan tangan satunya lagi yang memegang bagian kepalanya. Aqila tahu, Faizul sekarang sedang kesakitan, hal itu membuatnya panik.

"Abril! Panggilin Abril ...! To--long!" mohon Faizul dengan terbatah yang membuat Aqila semakin panik.

"Ke--kenapa?" Bodohnya Aqila, dia malah bertanya kenapa. Itulah akibat dari dirinya yang anti sosial membuatnya bingung di saat menghadapi hal yang serupa.

"Aaggghh ... cepat! Panggilin Abril! Bilangin kalau gue mau ... pulang!" erang Faizul cukup keras yang membuat Aqila tersentak dari duduknya dan langsung berdiri.

Tidak butuh ungkapan Faizul dijawab, Aqila langsung berlari ke luar kelas mencari sosok Abril. Di perjalanan Aqila kembali kebingungan untuk mencari keberadaan Abril. Setidaknya tadi Aqila bertanya dulu Abril ada di kelas mana. Salahnya sendiri yang tidak biasa bertanya-jawab dengan orang lain.

Aqila akhirnya mengecek setiap kelas sebelas dan dua belas karena Aqila juga tidak tahu Abril itu kelas berapa. Yang dia tahu hanya Abril adalah kakak kelasnya dan wakil ketua OSIS, itu saja. Bahkan, saat perkenalan anggota OSIS semasa ospek, Aqila tidak mendengarkannya dengan baik. Mengecek setiap kelas akan lebih baik bagi Aqila dari pada harus bertanya kepada orang lain.

Abstrak (End✅)Where stories live. Discover now