FINGERTIP 5

307 49 2
                                    

Hai hai, selamat membaca~

Hari ini Lyra memutuskan untuk menemui suaminya, duke Zion. Pagi pagi sekali Lyra sudah membuatkan sarapan mewah untuk Zion, dengan paksaan Flyra Tentunya. Jika tidak, mana mau ia memasak sepagi ini.

Di dalam dapur, Lyra memasak nasi goreng dan beberapa ayam panggang untuk menu utama. Dengan sedikit pengetahuan yang ia dapatkan sewaktu menjadi idol dulu, Lyra dapat membuat steak dan ayam panggang khas Indonesia.

Setelah kurang lebih dua jam ia berkutat dengan dapur, Lyra bernapas lega karena semua masakannya sudah matang. Dan ia hanya tinggal bersiap untuk menjemput suami tersayang Flyra.

Lyra memutuskan untuk mandi dan berdandan terlebih dahulu, sebagai first impression-nya kepada Zion.

"Oke, aku siap!" katanya sembari berkaca di depan cermin. Setelah merasa dandanannya sudah rapi, Lyra mengutus Nora untuk memanggil Zion ke ruang makan duluan.

"Nora, tolong kau panggilkan Zion untuk sarapan bersamaku di ruang makan sekarang, aku akan menyusul," katanya beralasan, sementara Nora mengangguk sebentar, kemudian pergi untuk memanggil Zion di kamarnya.

Di lain tempat...

Seorang pelayan mengetuk pintu kediaman seseorang, membuat pria yang berada di dalam ruangan menoleh.

"Masuk," ujarnya singkat dan tanpa rasa ingin tahu siapa yang telah mengetuk pintu kamarnya.

Pelayan yang sudah mendapatkan izin majikannya tersebut segera membuka pintu dan memberi hormat.

"Ada apa?" tanya pria tersebut tanpa menoleh dari tumpukan berkas di depannya.

Terdapat kantung hitam di bawah matanya, menandakan bahwa pria tersebut kekurangan tidur. Bibirnya kering dan pucat seakan sudah tak diberi makan selama beberapa hari padahal kemarin malam ia baru saja memakan dua piring nasi tanpa lauk.

"Nyonya Lyra sudah membuatkan sarapan untuk anda, tuan Zion. Dan beliau berharap bahwa anda dapat sarapan bersama dengan beliau saat ini juga," terang Nora panjang lebar.

"Hm, aku akan kesana sebentar lagi," jawab Zion, sementara Nora tampak terkejut. Karena tak biasanya Tuannya ini mengiyakan ajakan Flyra. Kemudian, Nora pergi setelah memberi salam.

Tak lama kemudian, Zion meletakkan penanya. Ia menghela napas panjang.

Matanya merasa lelah karena terlalu lama mengecek dan menandatangani seluruh berkas yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan sarapan adalah pilihan yang tepat untuknya saat ini.

Oleh sebab itu dia mengiyakan ajakan Lyra untuk sarapan bersama.
Setelah selesai mengatur napas, Zion beranjak dari ruang kerja menuju ruang makan untuk sarapan bersama Istrinya.

Sesampainya Zion di meja makan, ia tak melihat Istrinya di kursi manapun. Namun ia tak ambil pusing. Zion menggeser salah satu kursi untuk ia duduki, sembari menunggu Lyra datang.

Sementara itu di kamar Lyra, ia sudah merasa panik dan berdebat dengan Flyra di dalam jiwanya.

"Coba katakan padaku, bagaimana wajah suamimu itu, ha? Aku tak terlalu percaya diri jika bertemu orang baru, apalagi orang penting sepertinya," monolog Lyra dalam hati.

Seakan mengerti, suara lain menjawab dari dalam jiwanya. "Suamiku itu tinggi dan pastinya tampan," jawab Flyra santai, membuat lyra ingin memukul wajahnya, tapi sayangnya itu artinya ia memukul wajahnya sendiri.

"Kalau tampan sih aku sudah tau!" jawab Flyra sembari melotot sendiri.

"Eh? Dari mana kau tahu?" tanya suara lain dalam jiwanya.

Mendengar pertanyaan Flyra, Lyra terkekeh. "Mana mungkin kau mau menikahi pria jelek," ejek Lyra.

Tiba tiba, sebuah ketukan mengagetkan Lyra. "Masuk!" kata Lyra singkat.

Nora pun masuk dengan wajahnya yang tampak berseri seri. "Ada apa, Nora?"

"Ah, itu. Tuan Zion menerima ajakan untuk sarapan bersama anda, Nyonya," ucapnya bersemangat. Sementara Lyra hanya mengangguk sembari membusungkan dadanya.

"Hehe, tidak akan ada orang yang menolak seorang Um-Lyra."
Hampir saja Lyra menyebutkan nama aslinya di depan Nora tadi. Untung saja Flyra sempat memperingatkannya di saat yang tepat tadi.

"Ya sudah, ayo pergi!" ajak Lyra cepat, kemudian pergi dari kamarnya menuju ruang makan untuk bertemu suaminya.

Ditengah perjalanan, Lyra selalu berceloteh dengan Nora, namun hanya dibalas anggukan dan gelengan oleh kepala pelayan itu, membuat Lyra kesal dan bosan secara bersamaan.

Namun, langkahnya terhenti sampai di depan ruang makan. Ia mengintip untuk melihat sosok pria yang berada di sana sendirian, dengan tatapannya yang tajam namun tenang. Kantung matanya yang hitam itu tampak sangat menyeramkan bagi Lyra.

TBC.

FINGERTIP✅Where stories live. Discover now