Fingertip 35

85 16 4
                                    

Pandangan Lyra menjadi kosong untuk sementara waktu setelah mendengar kenyataan tersebut. Dirinya jadi berpikir, ini masuk akal kenapa ia tidak diperbolehkan pulang oleh Sean. Jadi itulah alasannya.

"Apa kau mengejek kami?" Lyra tersadar kembali ketika salah satu wanita di hadapannya yang berbicara.

Lyra menyipitkan matanya, tampak curiga.

"Tunggu. Apakah kalian... istri dari raja Sean?" tanya Lyra ragu ragu lagi.

Semua kompak menjawab, "Tentu saja!"

Diam diam, Lyra menghitung jumlah wanita yang berkumpul disini sekali lagi. Delapan! Dan ia juga tidak salah menghitung.

Astaga!

Hal tersebut membuat Lyra ingin pingsan di tempatnya sekarang juga.

*
*
*

Setelah mengetahui dua fakta yang mengejutkannya sekaligus, Lyra bergegas mengusir para Istri Sean dan berniat untuk bertemu dengannya sekarang juga.

Saat ini, dirinya tak habis pikir, kenapa ia mau membantu Sean saat itu. Apakah dirinya terlalu baik hati? Ataukah nasibnya yang memang terlalu sial di hari itu?

Entahlah, Lyra tak mau memikirkannya sekarang. Ia hanya mau kejelasan dari mulut Sean sendiri pada saat ini.

Setelah sampai di depan ruang kerja Sean, Lyra mengatakan niatnya kepada pengawal yang berjaga, untuk bertemu dengan Sean.

"Ada hal penting yang harus aku bicarakan dengan Yang Mulia. Tolong katakan bahwa ini hal darurat," bisik Lyra kepada pengawal yang berjaga di depan pintu.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya dirinya diperbolehkan untuk masuk.

Setelah memberikan salam kepada Sean, Lyra dipersilakan untuk duduk.

Sean menyesap tehnya dengan santai, sementara Lyra mengepalkan tangannya tidak sabar.

"Kudengar kau sudah melihat niatku tentang aku yang ingin menikahimu, itu benar kan?"

Lyra menjadi bengong mendengar pernyataan lugas dari pria di depannya ini. Dirinya tak menyangka Sean akan sesantai itu mengatakannya.

Namun dirinya masih mencoba untuk menahan amarahnya saat ini.
"Oh? Hahaha... telinga Yang Mulia panjang juga ya ternyata," jawab Lyra.

"Baguslah."

"Kalau boleh tau, apa maksud Anda dengan pernikahan ini?!" tanya Lyra berusaha selembut mungkin.
Ia tak habis pikir dengan tingkah laku mengejutkan dari pria di depannya ini.

"Rencanaku adalah membiarkanmu membuka hatimu untukku, kemudian menikah denganmu jika kau sudah siap. Namun kau sudah mendengar niatku. Jadi, aku akan segera menikahimu dalam beberapa hari ini."

"Hah? Apa kau sudah gila?!" bentak Lyra yang sudah berdiri dari kursinya. Sudah habis kesabaran dalam dirinya saat ini. Kepalan tangannya semakin erat, tidak sabar untuk meninju pria di depannya yang sangat menjengkelkan ini.

"Aku tidak mau!" tolak Lyra tegas. Matanya memerah, seperti mau menangis. Dan melihat pria di depannya yang masih saja santai, membuat Lyra semakin marah.

"Apa yang bisa kau lakukan? Kau adalah milikku," tegas Sean membalas perkataan Lyra dengan santainya.

"Jaga bicaramu! Aku sudah menikah!"

Mendengar ucapan yang satu itu, tampaknya berhasil membuat Sean menjadi murka. Dirinya berdiri, kemudian mendekat ke arah Lyra.

"Ah, apakah itu Zion dari wilayah Vixen? Aku ingat bahwa akulah yang mengangkatnya menjadi pemimpin di wilayah Vixen."

FINGERTIP✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora