FINGERTIP 8

276 38 6
                                    

Selamat membaca😁

Sementara itu di dalam kamar, Lyra merasa kesal lantaran tangannya  yang sakit sehabis ditarik oleh Zion tadi.

"Maumu apa sih?" tanya Lyra sebal. Lain halnya dengan Flyra yang sudah senyam senyum tidak jelas di depan suami tercintanya tersebut. Lyra yang melihatnya hanya bergidik ngeri.

"Duduk," perintahnya kepada Lyra yang masih kesal. Lyra tak menjawab ucapan Zion, namun kakinya melangkah ke arah kursi terdekat, kemudian duduk disana dengan patuh.

"Jadi, untuk apa kau menyuruhku datang ke sini?" tanya Lyra melupakan kekesalannya tadi.

Zion melemparkan sebuah kertas kepada Lyra, dan ditangkap oleh Lyra dengan mudahnya.

"Baca surat itu."

Lyra pun membacanya dengan saksama, diikuti oleh Flyra yang sudah ikut membaca di belakangnya.

"Ah, sebentar lagi ulang tahun Ayah akan tiba!" teriak Flyra tepat dibelakang Lyra.

"Berisik!" teriak Lyra kepada Flyra, namun Flyra hanya cengar cengir tak berdosa.

"Siapa yang berisik?" tanya Zion yang tiba tiba merasa aneh dengan kelakukan istrinya belakangan ini. Dari tadi ia hanya diam mengamati wajah serius istrinya ketika membaca surat, dan ia bahkan tak bersuara sama sekali.

Lyra membeku mendengar pertanyaan Zion yang tegas dan dingin, seakan membekukan seluruh ototnya hingga kaku.

Pada akhirnya, yang bisa Lyra lakukan adalah cengengesan sendiri.

"Oke, kita akan menghadiri pesta ulang tahun ayahku!" putus Lyra bersemangat, karena ia ingin bertemu Ayahnya di kehidupan ini.

Sementara Zion menaikkan alisnya, dan Flyra hanya terdiam sembari menunduk, membuat Lyra merasa tidak enak sendiri.

"Apa?" tanyanya entah kepada siapa. Lyra merasakan hawa yang berbeda diantara mereka bertiga sekarang.

"Kau tidak pernah menemui Ayahmu sejak menikah denganku lima tahun terakhir," jawab Zion mewakili Flyra yang masih terdiam menunduk.

Sementara Lyra tersentak, ia paham mengapa Flyra tak mau menemui Ayahnya lagi. "Well, aku harus memaafkan Ayahku karena aku bukan anak yang durhaka, kau tahu?"

"Dan ini adalah saatnya untukku meminta maaf kepadanya," lanjut Lyra bijak, sembari melihat ke belakang, tepat ke arah Flyra.

Sementara Zion hanya mengangguk sebagai balasan. "Kapan kita akan berangkat?" tanya Zion.

Lyra terdiam sebentar untuk berpikir.

"Um... lusa," jawabnya sembari menimbang ucapannya sendiri.

"Baik, lusa siang kita berangkat," putus Zion final, dan Lyra hanya mengangguk sebagai balasan.

"Baiklah, aku pergi dulu sekarang!"

Tiba tiba, Lyra berhenti di tempatnya berdiri saat ini. "Nanti malam jangan begadang! Aku tak mau kantung matamu itu ikut bersama kita."

Kemudian, Lyra keluar dari ruangan Zion dengan langkah tergesa, tak sabar ingin memarahi Flyra di ruangannya sendiri.

*

*

*

"Dia itu Ayahmu, bodoh! Kenapa kau tidak mengingat hal itu?" cerocos Lyra sesaat sesudah ia mengunci pintu dari dalam.

Flyra masih menunduk, tak berani menatap Lyra yang sedang marah di depannya.
"Jawab, Fly!" sentak Lyra sekali lagi.

"Kau tahu itu bukan kesalahan Ayahmu, bukan? Dia hanya ingin membahagiakanmu dengan cara menikahkan kau dengan si Zion sialan itu! Seharusnya kau menyalahkan dia, bukan Ayahmu!" Lyra berbicara pelan namun penuh penekanan, supaya tidak ada yang mendengarnya berbicara sendirian.

Sementara itu, Flyra sesekali mendongak untuk melihat wajah marah Lyra. "Apa? Aku benar, bukan? Seharusnya kau berterima kasih kepada Ayahmu karena sudah rela berkorban demi kebahagianmu! Dan seharusnya kau membenci Zion, bukannya Ayahmu!" ucap Lyra yang masih tak bisa berhenti untuk menasihati kembarannya.

"Maaf." Akhirnya, kata itulah yang terucap di bibir Flyra.

Lyra memijat pelipisnya yang masih terasa pening beberapa waktu yang lalu. Lyra pun memutuskan untuk berbaring di tempat tidurnya dan membelakangi Flyra.

"Lusa, kau harus bisa meminta maaf kepada Ayahmu, karena lusa adalah waktu yang tepat mengambil alih tubuhmu," ucap Lyra lemah, kemudian meninggalkan Flyra untuk tidur.

"Selamat malam, Lyra," lirih Flyra sebelum benar benar menghilang dari hadapan Lyra.

Mata Lyra yang semula menutup, kini membuka. Ia pandang sekeliling ruangan dengan tatapan kesal. "Dasar bocah tengik!"

========

HALO!!! Siapa yang kangen saya?🤭

Maaf ya kemaren aku belum bisa up, byasalahhh.
Karena kemaren aku tidak up, maka hari ini aku akan double up yesss.

Oh iya, kalau sampai nanti malem aku belum up, spam aja di komen. Siapa tau aku masih sibuk atau malah aku yang lupa😣😣😣.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak sebelum scroll ke part selanjutnya. Sampai jumpa💜

FINGERTIP✅Where stories live. Discover now