FINGERTIP 10

256 42 2
                                    

Sad ending?🤔😆

Selamat membacaa~

"Hei, kenapa kau mengacuhkan suamiku?"

Lyra tidak menanggapi ucapan Flyra di sebelahnya. Ia tetap berjalan santai, sembari mendengar celotehan Flyra yang membuat kupingnya nyut nyutan.

"Ekhem." Lyra berbalik dan mendapati Zion yang berdehem di belakangnya.

Lyra mengangkat alisnya, tak berniat untuk membuka suara.

Sementara Zion yang merasa canggung sendiri, menggaruk leher belakangnya. "Kita berangkat?"

"Iya," ucap Lyra singkat. Setelah itu, mereka berdua berangkat ke wilayah Pirate tanpa membuang waktu lagi.

Suasana di kereta sangat hening. Lyra hanya diam mengamati bangunan di luar jendela sembari mendengarkan celotehan Flyra yang mengajaknya bicara.

"Lyra!" teriak Flyra jengah, karena Lyra mengabaikannya sedari tadi.

"Apa?" sahut Lyra berbisik, takut bahwa makhluk yang berada di sampingnya mendengar apa yang dia bicarakan.

"Kau mau diam sampai kapan? Setidaknya ajaklah suamiku mengobrol!" sentak Flyra sekali lagi, sementara Lyra hanya meringis, merasa kesal sendiri.

Lyra baru tahu kalau Flyra sangat cerewet dan bersemangat jika membahas suami tercintanya tersebut.

Lyra melihat sekelilingnya, mencoba mencari topik pembicaraan untuk dibicarakan dengan Zion.

"Waw, bangunan itu sangat cantik dan bergaya untuk ukuran eropa jaman sekarang. Apa nama bangunan itu? Aku snagat ingin kesana!" Lyra menunjuk bangunan yang mereka lewati barusan.

Zion mengalihkan pandangannya ke arah Lyra, membuat jantung Lyra berpacu cepat.

"Kau buta? Itu Gereja," ucap Zion kejam.

Lyra tertawa terbahak bahak mendengar umpatan Zion kepadanya.

Di kehidupan sebelumnya, ia sangat suka menjahili orang, apalagi orang yang mempunyai sifat keras seperti makhluk di sampingnya saat ini. Mungkin mulai saat ini sampai kedepannya, ia akan sering menjahili Zion sepuasnya.

"Ya, aku buta karenamu, Sayang," jawab Lyra mencoba menggoda Zion, dengan menyenggol bahu pria tersebut dengan mesra.

Zion mendelik melihat kelakuan Lyra, kemudian mencoba bergeser lebih jauh dari Lyra. Melihat tingkah suaminya, Lyra tertawa sekali lagi karena tingkah Zion yang menurutnya sangat lucu.

"Kau tidak buruk juga ternyata," kata Lyra sambil menaik-turunkan alisnya, menggoda Zion lagi.

"Tentu saja aku tidak buruk. Aku kan tampan," ucap Zion sambil membusungkan dadanya dan tersenyum penuh percaya diri, membuat Lyra lagi lagi tergelak.

Flyra yang melihat mereka berdua merasa senang dan sedih.

Senang karena Zion sudah mau berbicara dengan tubuhnya, dan sedih karena bukan dirinya sendirilah yang berinteraksi dengan Zion.

Mereka berdua pun mengobrol sepuasnya, membuat keadaan di dalam kereta tak hening seperti sebelumnya.

***

**

*

Malam.

Zion menatap sang Istri yang tidur pulas di sampingnya dengan senyuman tipis. Tak pernah terpikir olehnya sebelumnya, bahwa ia akan merasa senang bersama Istrinya seperti saat ini.

Sebelum hari ini, Zion tak pernah mengobrol santai bersama Flyra. Biasanya, ia hanya akan berbicara seperlunya saja, bahkan jika di ingat-ingat hampir tidak pernah. Namun entah kenapa hari ini Zion merasa sangat cocok dengan Istrinya yang saat ini berada di sampingnya.

Zion membelai anak rambut yang menutupi wajah Lyra, sembari tersenyum manis tentunya. Rasanya Zion tak ingin Istrinya terbangun, supaya ia dapat terus mengawasi wajah damainya saat tidur seperti ini. (mati dong wkwk)

Perlahan namun pasti, Zion menyusul Lyra dan tertidur setelah puas memandang wajah Istrinya tersebut.

Keesokan paginya, sang kusir membangunkan Zion dari tidurnya.

"Duke Zion, kita sudah sampai," ujarnya sembari menepuk tangannya sendiri, takut Zion marah jika ia menyentuh lengannya.

Perlahan, Zion terbangun karena suara tepukan yang berada di sampingnya. Ia mengucek matanya, memastikan bahwa orang yang berada di sampingnya itu adalah sang kusir.

Setelah nyawanya terkumpul, barulah Zion menyuruhnya pergi. Zion pun mengalihkan pandangannya dan melihat Lyra masih tertidur pulas di sebelahnya.

"Lyra, bangun," kata Zion dengan sura parau, khas orang bangun tidur.

Lyra menguap lebar di depan wajah Zion. Ketika ia membuka matanya, betapa terkejutnya Lyra saat melihat Zion berada tepat di depannya. Sontak, Lyra menutup mulutnya dan membenturkan dahi mereka secara tidak sengaja.

"Awh!" pekik Zion sembari memegang dahinya.

"Yak! Apa yang kau lakukan di depan wajahku? Kau ingin menciumku kan?" ucapnya percaya diri, sementara Zion cuma menyengrit bingung.

"Sudahlah, aku mau ke dalam, Bye!" bentak Lyra kasar, kemudian berjalan keluar meninggalkan Zion.

"Lah? Kenapa dia yang marah? Harusnya kan aku yang marah?" gumam Zion tiba tiba merasa kesal sendiri.

Flyra yang masih menunggu Zion hanya tersenyum tipis di sampingnya. Menyadari Lyra yang sudah hilang ditelan bumi, Flyra menyusul Lyra ke dalam kediaman duke Kerwin dengan santai.

 Menyadari Lyra yang sudah hilang ditelan bumi, Flyra menyusul Lyra ke dalam kediaman duke Kerwin dengan santai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Haloo terima kasih sudah membaca. Semoga kalian tetap suka dengan cerita ini walaupun gaje kayak yang bikin😝.

Have a nice day buat kalian semua, dannnnn tetap semangat buat yang daringgg (kayak aku misalnya🤩).

Sampai jumpa besok minggu🌻

FINGERTIP✅Where stories live. Discover now