Fingertip 29

89 18 1
                                    

HAPPY READING

Lyra masuk lebih dalam ke hutan tanpa ia sendiri sadari. Matahari sudah tenggelam beberapa menit yang lalu, dan ia sangat menyesali keputusannya untuk mengikuti jalan yang dikatakan oleh orang yang dia tanya tadi.

Sekarang, dirinya hanya akan mengikuti instingnya saja, berharap semoga masih ada sedikit keberuntungan pada dirinya yang terlihat sangat menyedihkan saat ini.

"Awh!"

Lyra memandang penuh kebencian kepada rating pohon yang baru saja diinjaknya. Ia berjongkok untuk melihat keadaan kakinya.
Dirasa tidak terjadi sesuatu yang serius dan hanya tergores saja, Lyra menghela napas lega.

Dirinya mengambil rating yang lumayan panjang tersebut, memegangnya erat erat. "Berani sekali dirimu yang kecil ini melukai kakiku, rasakan ini!"

Lyra melempar rating itu ke depan dengan ganas, berniat untuk membalas dendam. Namun sepertinya keberuntungan tak membelanya lagi.

Terdengar suara pekikan tajam saat Lyra melemparkan dahan pohon itu ke depan.

Sontak, Lyra mendelik kaget. Ia mundur dan bersembunyi di balik pohon besar seperti orang yang sedang ketakutan.

"Siapa disana?" tanya Lyra lumayan keras. Dirinya sudah menyiapkan dahan pohon yang lumayan besar untuk perlindungan. Siapa tau kalau suara itu adalah suara penjahat-penjahat seperti di novel yang pernah dibacanya dulu.

"Ada orang di sana? Tolong bantu aku," jawab suara diseberang sana. Suara itu adalah suara laki laki, membuat Lyra malah semakin waswas.

"Jawab pertanyaanku dulu. Satu ditambah satu hasilnya berapa?" tanya Lyra ditengah kepanikannya.

"Apa kau gila? Cepat tolong aku–Akh!"

Lyra semakin mengencangkan genggamannya pada rating pohon yang ada ditangannya. "Jawab saja dulu!" balas Lyra berteriak, masih tak mau kalah.

"Dua!" jawab laki laki tersebut balas berteriak.

Puas dengan jawaban laki laki tersebut, Lyra pun mulai mendekati sumber suara. Tak jauh di depannya terlihat siluet merah yang sedang bergerak gerak.

Semakin dekat dengan pria tersebut, Lyra dapat melihat bahwa baju yang dikenakan oleh pria tersebut bukanlah berwarna merah, tapi kuning.

"Ya Tuhan, kau berdarah!" pekik Lyra heboh. Dirinya merasa bingung apakah harus takut ataukah harus kebingungan ketika melihat seseorang yang berlumuran darah seperti ini.

Ini sama saja dengan membuat traumanya yang sudah hampir dilupakannya kini kembali lagi di ingatannya.

Sontak, Lyra merasa bahwa dirinya ingin muntah.

"Hei tenanglah. Bantu aku dulu," desak pria tersebut dengan susah payah.

Pikiran Lyra kosong. Ia hanya menuruti perintah pria itu dan sibuk dengan pemikirannya. Perlahan, Lyra membopong tubuh pria tersebut. Kemudian berjalan seperti mayat hidup.

"Hei, siapa namamu?" tanya lelaki tersebut. Ia menyenggol Lyra dengan keras, menyadarkan Lyra ke dalam kehidupannya lagi.

"Apa?" tanya Lyra yang malah bengong.

"Siapa namamu?" ulang pria tersebut masih berusaha untuk mengimbangi langkah Lyra yang membopongnya.

"Mari kita rawat lukamu dulu," jawab Lyra yang masih merinding melihat wajah dan tubuh lelaki di sampingnya ini yang berlumuran darah.

Mata Lyra menyipit melihat sesuatu yang tak jauh di depan mereka saat ini.

"Apakah itu sebuah gubuk?"

Pria disampingnya langsung mengikuti arah pandang Lyra saat dirinya mengatakan hal tersebut.

"Ya, mari kesana."

Mereka berdua pun melangkah lebih cepat agak sampai di gubuk tersebut.

"Apakah ada orang di dalam?" Lyra berteriak dengan keras di depan gubuk tanpa pintu di depannya saat ini.

Sementara pria yang dibopongnya tadi sudah duduk di kursi dengan nyaman.

"Hei Nona, ayo masuk dulu. Tidak ada siapapun di gubuk ini," sela pria tersebut ketika Lyra masih sibuk berteriak tidak jelas.

Lyra mengangguk, menurut saja. Ia membopong tubuh pria itu lagi, kemudian masuk ke dalam gubuk tersebut dengan waspada.

Kebetulan di dalam gubuk ini terdapat sebuah ranjang, walaupun lusuh dan hanya terbuat dari bambu saja.

Setelah menidurkan pria itu di ranjang, Lyra pamit sebentar untuk mencarikannya tanaman yang bisa dijadikan obat untuk perawatan.

Lyra pun berusaha mencari dedaunan dan air yang bisa dirinya jadikan obat di tengah kegelapan seperti saat ini.

Untungnya tak jauh dari gubuk, terdapat air yang mengalir deras. Namun karena pemandangan yang sangat gelap, Lyra jadi tidak bisa mengidentifikasi apakah itu sungai, danau, atau malah air terjun.

Tapi ia dapat menduga itu sebagai air terjun, karena terdapat suara air yang mengalir deras dari atas.

Lyra pun mencari akal. Dirinya mengambil batang pohon pisang yang berlapis, kemudian menjadikannya sebagai wadah untuk air.

Setelah beberapa jam dirinya keluar untuk mencari bahan yang ia butuhkan, Lyra kembali ke gubuk lagi.

Kenapa ia tidak tersesat?
Ahahaha, itu karena dirinya sudah menandai setiap pohon dengan kain pria tersebut yang berwarna merah, sehingga memudahkannya untuk mengidentifikasi jalan.

"Aku kembali," kata Lyra yang masuk di dalam gubuk, kemudian mulai mengekstrak dedaunan tersebut sebisanya.

Namun rupa rupanya, pria tersebut sudah tidur duluan, meninggalkan Lyra yang duduk tak jauh di depannya dengan mata menyipit.

Lyra menghela napas kesal., namun dirinya juga tak tega untuk tidak menolong pria itu dan membiarkan pria tersebut begitu saja. Ayolah, dirinya tak setega itu.

Tak lama kemudian, ia mengoleskan ramuan yang sudah dirinya buat ke seluruh luka di tubuh lelaki tersebut. Setelahnya, ia juga mengikuti pria tersebut dan tidur tak jauh di bawah ranjangnya.

Sementara itu di kediaman Vixen, Nora melaporkan hilangnya Lyra kepada Zion yang sudah sangat panik saat ini.

"Kenapa kau bisa lalai seperti ini? Dimana terakhir kali kau bersama dengannya?" bentak Zion kepada Nora yang bernotabe sebagai kepala pelayan Lyra itu.

Di depannya, Nora sudah bersujud dan berlinang air mata. Dia menjawab pertanyaan dari Zion dengan amat ketakutan. "Tolong maafkan kelalaian saya, tuan Zion, saya benar benar menyesal karena sudah kehilangan nona Flyra di tengah festival tadi."

Saat ini dirinya sangat marah. Tanpa menunggu waktu lagi, Zion langsung mengerahkan para pengawalnya untuk mencari Lyra di seluruh wilayah.

Dirinya juga ikut mencari Lyra. Di tengah kepanikan, ia meninggalkan tugasnya dan memilih untuk mencari Lyra, apa pun konsekuensinya.

TBC.

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FINGERTIP✅Where stories live. Discover now