FINGERTIP 11

242 37 5
                                    

Lyra menatap takjub kediaman mewah dari duke Kerwin. Ia tak menyangka bangunan mewah sudah ada pada zaman seperti ini.

"Wah, lihat itu!" tunjuknya kepada para pelayan yang sedang berusaha menggantung sebuah hiasan di dinding. Lyra tertawa senang, kemudian berjalan menghampiri mereka dengan perasaan bahagia yang meledak ledak.

"Bolehkah aku membantu kalian?" kata Lyra sambil menyatukan kedua tangannya seolah memohon. Para pelayan yang semula sibuk dengan hiasan, kini dengan cepat menunduk hormat kepada Lyra.

"Salam nona Flyra. Tapi anda tak perlu repot repot memasangkan hiasan ini."

Salah satu pelayan tersebut menjawab. "Hei kau cepat naikkan hiasannya," ucapnya sembari mengangkat tangannya untuk memerintah bawahannya.

Sementara itu Lyra berdecak tak senang karena permintaannya ditolak. Tanpa aba aba, dia naik ke kursi dan mulai memasang hiasan di dinding.

Para pelayan yang sedang berkumpul pun menjadi heboh karena takut kalau terjadi sesuatu kepada wanita yang majikan mereka sangat sayangi tersebut.

Karena tidak mau ada yang di salahkan, kepala pelayan pun dengan cepat memerintah bawahannya untuk memanggil duke Kerwin.

Tak lama kemudian seorang pria paruh baya datang bersama salah satu pelayan yang sudah memanggilnya. Pria itu nampak terkejut melihat Lyra dari kejauhan.

Wajah tuanya yang semula kusam menjadi cerah karena bahagia. "Ira?" tanyanya pelan.

Lyra tak menoleh, namun Flyra yang semula tertawa melihat tingkah Lyralah yang menoleh. Ia terkejut mendengar panggilan kesayangan yang sudah lama tidak ia dengar, kini terdengar lagi di telinganya. "A-ayah," gumam Flyra lemah.

Flyra mendekat. Ia menggenggam tangan Ayahnya, namun ia hanyalah sebuah roh. Jadi ia tak bisa memegang tangan Ayahnya. Yang bisa ia lakukan kini hanya tersenyum sedih sembari melihat Ayahnya yang sedang berjalan menghampiri Lyra dengan ekspresi rindu yang amat besar.

"Ira?" panggil duke Kerwin sekali lagi, kali ini Lyra menoleh.

Flyra berdiri di belakang duke Kerwin. "Dia Ayahku," ujarnya memberitahu.

Setelah mendengar ucapan Flyra, Lyra mendelik sempurna. Segera, Lyra turun dari kursi yang ia pijaki, dan mengelap bajunya yang kotor sembari tersenyum panik.

Kini duke Kerwin sudah berdiri tepat di depan Lyra. Ia menatap sendu ke arah putri kesayangannya tersebut.

Lyra cengengesan, kemudian melambaikan tangannya.

"Em... hai." Hanya itu yang Lyra lakukan, membuat Flyra menepuk jidatnya merasa kesal sendiri.

Sementara itu duke Kerwin malah tertawa lepas setelah mendengar sapaannya. Ia memegang kedua bahu Lyra dan berkata dengan penuh semangat, "Kau sudah kembali, Nak!"

Lyra cuma bisa tertawa canggung ketika di perlakukan seperti ini.

Duke Kerwin mengajaknya bicara panjang lebar, sehingga Flyra harus membimbing Lyra untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tampak asing untuknya.

"Kemarilah Nak, aku ingin memelukmu," ucap duke Kerwin sembari merenggangkan tangannya.

Lyra menggosok tangan kirinya untuk meminta persetujuan dari Flyra. "Well... apakah boleh?" tanya Lyra yang ditunjukkan untuk Flyra.

Namun duke Kerwin yang mendengarnya merasa bingung. Ia pikir dialah orang yang ditanyai. "Tentu saja, kemarilah," ajaknya lagi.

Lyra bisa melihat Flyra mengangguk dengan semangat. Dengan pelan, Lyra mulai berjalan mendekat dan memeluk duke Kerwin. Perasaan hangat tiba tiba muncul di hatinya saat ia memeluk pria paruh baya di depannya ini.

Flyra juga berusaha mendekap duke Kerwin, walaupun hasilnya sia sia saja. Namun dia tetap bahagia karena Ayahnya tidak marah atau membencinya walaupun ia telah terang terangan mencampakan Ayahnya sendiri selama bertahun tahun.

"Aku pulang, Ayah," kata Flyra sembari tersenyum tulus.

Duke Kerwin melepaskan pelukan mereka duluan. Ia menyapu tetesan air mata di wajahnya dengan kasar. "Ah maaf, aku terbawa suasana."

Lyra hanya tersenyum kecil menanggapi. "Bagaimana kabar... Ayah?" tanya Lyra masih merasa agak canggung.

Duke Kerwin tertawa mendengar ucapan Lyra yang selalu terdengar lucu di telinganya. "Aku baik baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Seperti yang Ayah lihat sekarang, aku baik baik saja~" balas Lyra disertai nada di akhir kalimat, membuat duke Kerwin geleng geleng kepala.

"Pelayan!" panggil duke Kerwin tegas.

Para pelayan yang tadinya berkumpul untuk bergosip, kini kelabakan dan segera berlari mendekat untuk menjawab perintah duke Kerwin.

"Iya, Tuan," jawab mereka semua kompak.

"Bersihkan kamar Flyra secepat mungkin, jangan sampai ada satu debu pun yang tertinggal," perintah duke Kerwin sambil menatap tajam para pelayan yang kini tengah menunduk takut.

Para pelayan yang sudah diberi tugas oleh duke Kerwin pun segera melaksanakan perintahnya.

Kini, duke Kerwin kembali menatap Lyra dengan tatapan hangatnya, berbeda dengan tatapan tajam yang diberikannya tadi.

"Kau pasti lelah sekarang, mau minum teh bersama?"

===========
Hallo all~ maaf ya, kemarin aku cuman sempet ngerevisi setengah part doangg, dan ini aja aku sempet sempetin ngerevisi dan up juga😭😭.

Maaf ya kalau kesannya aku nggak on time. Karena memang jadwal yang akhir akhir ini sangat menumpuk dan ada efek lupa tentu saja😤.

Baiklah, semoga chapter kali ini bisa memuaskan pembaca, agar saya juga senang☺

Sebelum membaca bab selanjutnya, vote dulu yuk untuk mendukung saya. 😀✨

FINGERTIP✅Where stories live. Discover now