Fingertip 31

92 17 2
                                    

Jangan lupa vote sebelum / sesudah membaca, terima kasih.

Selamat membaca :)

Setelah tiga jam berjalan, kami berdua akhirnya melihat sebuah pasar di depan kami. Aku sangat lega, karena sudah bebas dari hutan yang serasa seperti neraka itu.

Hm... kira kira sudah tiga hari ini aku tidak makan enak, hiks.

Kenapa sampai sekarang aku masih terjebak di sini, sih?

Apa jangan jangan Zion tidak mencariku, ya?

Ah, sepertinya itu tidak mungkin deh. Namun, memikirkan kemungkinan tersebut selalu membuat perasaanku menjadi kacau.

Aku tersentak saat Sean menggenggam tanganku erat. Ngomong ngomong, dia kelihatannya pria yang baik kok.
Jadi aku berpikir kalau tidak apa apa mengikutinya. Lagi pula dirinya bilang akan membalas budi kepadaku kan? Hehehehe.

Kalau dilihat dari pakaian dan perhiasan yang dia kenakan sih sepertinya dia itu bangsawan. Jadi kepo nih, kira kira hadiah apa ya yang akan dia berikan?

"Kau bisa naik kuda?" tanyanya tiba tiba. Aku menggeleng dengan jujur.

Ukh, melihat kuda di depanku ini saja membuatku sangat takut, apalagi menaikinya. Rasanya kakiku sudah lemas saja.

Sean pun mengulurkan tangannya kepadaku untuk naik. Sementara aku masih ragu ragu apakah harus naik atau tidak. Habisnya kuda ini terlihat sangat menakutkan, sih.

Dengan warna hitamnya dan bulu bulu di kepalanya, membuatku takut sekaligus tak tega untuk menaikinya.

"Tidak apa apa. Jangan takut, aku akan melindungimu," ucapnya yang sedang merendahkan tubuhnya untukku.

Aku mendongak untuk melihatnya. Bahkan jarak kami sangat dekat saat ini, membuatku cemas tentunya.

Aku ini cewek normal, tahu. Jika sedekat ini dengan seorang laki laki apalagi yang tampan, tentu saja hatiku jedag jedug tak karuan.

Maka aku putuskan untuk segera menerima uluran tangannya saja dari pada berlama lama mempertahankan posisi seperti ini.

"T-terima kasih," ujarku pelan, namun ternyata sampai di telinganya juga.

"Sama sama. Pegangan yang erat," suruhnya, kemudian menyentakkan talinya untuk menggerakkan kuda ini.

Kami pun mulai bergerak. Kutatap setiap kedai yang dilalui sembari memegang baju Sean, takut jika aku akan jatuh. Kan tidak lucu kalau nanti aku terjatuh dan malah masuk ke dunia lain seperti saat itu?

Uhh, tidak lagi!

"Pegangan yang erat, aku akan mengebut," perintah Sean sedikit menyentak. Aku pun segera melingkarkan tanganku di perutnya.

Mau bagaimana lagi, kawan. Seperti di drama yang pernah aku tonton dulu, aku harus melilitkan tanganku di perutnya agar tidak terjatuh dari kuda.

Saat ini, dapat kurasakan otot-otot di perutnya yang ukh~

Skip saja ya kawan.

Tak berapa lama, aku pun tak sengaja tertidur. Entah bagaimana keadaan tubuhku nanti, aku serahkan saja kepada yang di atas, hehehe.

*
*
*

"Lyra!" Diriku tersentak ketika Sean memanggilku dari depan.

Aduh, kenapa dia membangunkanku, sih! Baru kali ini diriku tidur nyenyak selama tiga hari ini, loh!

"Ada apa?" tanyaku malas sembari menguap. Sungguh tidak ada etika diriku ini, hiks.

"Hei, tutup mulutmu saat menguap," peringatnya yang terdengar jelas di telingaku.

Ohohoho, jadi dia memperhatikanku selama ini?

"Apa kita sudah sampai?" tanyaku yang malah menghiraukan peringatannya. Hehehe, jangan ditiru ya kawan.

Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Tak jauh di depan kami saat ini, terdapat sebuah bangunan megah.
Juga, terdapat berbagai macam kedai di sebelah kanan dan kiri jalan yang kami lalui saat ini. Dan situasinya mirip seperti pasar.

Namun sepertinya jalan ini menuju ke arah gerbang bangunan megah berwarna ungu tersebut. Desainnya juga sangat bagus untuk zaman seperti ini.

Wuihh, apakah ini semacam kastil atau istana yang pernah aku lihat di kehidupanku sebelumnya?

Ini nampak jauh lebih bagus dan nyata dari pada yang pernah kulihat di televisi dahulu.

"Apa ini rumahmu?" tanyaku takjub. Ternyata dia memang benar seorang Bangsawan, ya.

Apakah dia itu sepupunya Pangeran? Atau adik sang Raja?

Wah, jadi ngiri nih!

"Woi Sean, mungkin kita salah jalan. Kalau begitu ayo kembali," ucapku malah melantur. Habisnya aku tidak yakin sih kalau dia itu keluarga Kerajaan.

Kalau memang benar dia keluarga kerajaan, maka matilah aku kawan.
Kenapa? Ya karena aku sudah memperlakukan keluarga Kerajaan seperti rakyat biasa lah.

Kalian tidak tahu saja, aku selalu menyuruhnya melakukan ini itu walaupun tahu kalau dia itu sedang sakit. Aduh, aku jadi berpikir kalau dia membawaku kesini sebenarnya dengan tujuan untuk balas dendam.

"Tenang saja. Walaupun aku keluarga Kerajaan, kau tidak akan dihukum karena sudah menolongku malam itu," ujarnya seolah dapat mendengar isi pikiranku.

Hih, jadi tambah ngeri hiks.

Zion!! Tolong aku, huaa!!!

"Ahahaha... bukan begitu kok maksudku, hehehe. Apakah kau sedang tidak nyaman oleh pelukanku saat ini? Apakah aku harus melepaskan tanganku dan berhenti merepotkanmu? Apakah aku harus turun dari kuda ini dan berjalan saja?" tanyaku beruntun, berusaha menyenangkannya.

Siapa tau pas di Istana nanti dia akan berubah pikiran untuk tidak mengadukanku kepada sang Raja, kan?

Mari berdoa dulu, kawan.

"Yang Mulia?"

Seorang pria bertopi dan berjubah raksasa datang dari kejauhan. Dapat dilihat dari wajahnya saat ini kalau dirinya sangat panik.

Sesampainya di depan kami, dirinya membantuku dan Sean untuk turun dari kuda, kemudian memberi salam hormat kepada Sean.

Hm... kok suasananya agak aneh, ya. Aku merasakan hawa hawa yang tidak enak, nih.

"Prajurit!" teriaknya memanggil beberapa prajurit dari dalam Istana. Dikarenakan posisi kami yang saat ini tepat di depan gerbang, membuat banyak orang berbisik bisik tak sedap.

"Menghilang kemana saja anda selama tiga hari ini? Istana sangat berantakan sejak anda menghilang, Yang Mulia Raja."

Hah? Apakah aku salah dengar?

TBC.

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FINGERTIP✅Where stories live. Discover now