CHAPTER 36

2.1K 139 32
                                    

"jangan sebab kamu dicintai dengan terlalu, kamu lupa menghargai."

-----------------

"Fa'ala, Fa'alaa, Fa'aluu,,,, Faa..engh."

Asna meringis menahan malu, setoran hari ini ia lakukan didepan santriwati pesantren untuk acara imtihan. tanpa ia duga hafalannya buyar detik itu juga. ia memeras otak dengan keras.

"engghh fa'altuma." ceplosnya pelan membuat satu ruangan bergemuruh riuh menyoraki Asna.

HUUU...!!

dih.. istri Gus kok bisanya dandan doang.

Iya ih.. modal cantik doang pasti pakai pelet tuh deketin Gus.

Masa sih.. iya aku baru inget kan dia yang bawa preman dua buat disini yang cowok itu loh!

Kenapa dulu Ning pondok Alfalah gak jadi nikah yah Ama Gus Adnan. Kan lebih cocok!

Asna menggertak giginya keras, ia menghela nafas berusaha tidak terpancing. Tapi mulut mereka benar menguji kesabarannya yang sudah diujung tanduk. Ia mengepal tangannya, Asna bangun dari kursi menggebrak meja. Semua suara itu tercekat mungkin diantara kerongkongan hingga tidak ada yang berani angkat bicara.

"Ya Allah nggak salah ini yang namanya istri Gus? Gak ada akhlak yah kayak preman jalanan." Ketus Mecca yang duduk diujung pintu.

Plak!!

"Lain kali mulutnya disekolahin. Mau satunya biar impas?" Ujar Asna bengis.

Mecca yang terkapar duduk di kursi memeggang pipinya yang memerah padam,"dasar berandalan. Wanita murahan yang numpang hidup doang." Ujar Mecca menyulut emosi.

Asna menarik kerudung Mecca, "apa tadi kamu bilang?" Bentaknya tepat di air muka Mecca yang memelas.

"CUKUP ASNA ALFIYAH!"

  Suara itu membuat semua yang ada di aula Belakang itu menoleh ke sumber yang sama. Sosok pria berpeci hitam dengan koko senada, berdiri tegap dengan tatapan tajam. Asna menunduk ragu, ia merasa dijebak diposisi yang sulit. Seakan-akan semua permasalahan ada di dalam dirinya.

"Tapi dia yang mulai Mas?" Ujarnya berusaha membela diri.

"PULANG!"

"Aku nggak salah mas." Ia masih berusaha meyakinkan dan menjelaskan semuanya.

"Jangan membela diri, mata aku tidak bisa berbohong Asna. Kenapa kamu terus berulah. Sampai kapan aku harus menasehati kamu terus?" Ujar Gus Adnan menatap tajam Asna yang sudah nanar. Asna menutup mulutnya tidak percaya, Seorang Adnan membentaknya didepan banyak orang. Asna melenggang berjalan ke arah keluar ruangan.

"Assalamualaikum.."

Gus Adnan memberi jalan untuk Asna, perempuan itu tak menatap balik dia sedikitpun. Gus Adnan mengikuti langkah istrinya yang berjalan di koridor.

"Tunggu Asna!" Gus Adnan menggandeng tangan Asna, tapi si empu menepisnya.

"Aku bisa sendiri. Makasih."

"Asna kamu marah sama aku? Aku nggak berniat bentak kamu tapi kamu emang keterlaluan sikapnya.." ujar Gus Adnan membuat Asna menatap mata prianya dengan nanar.

"Menurut kamu? Emang kamu peduli dengan penjelasan aku. Emang kamu peduli sama usaha aku selama ini buat belajar biar sepadan sama kamu yang seorang Gus. Kamu Egois Mas!"

Gus Adnan menaikkan alis, "terus kamu fikir sabar aku kurang luas ngehadepin kamu yang kekanak-kanakan. Yang selalu berbuat seenak hati kamu." Sahutnya membuat Asna mengernyitkan dahi.

"Kekanak-kanakan yah? Yaudah emang kamu nikahin bocah terus sekarang mau apa? Mau nyari yang sholehah, yang dewasa?" Tanya Asna.

Gus Adnan diam membeku ditempat, tampaknya ia salah ikut tersulut emosi. Harusnya saat satu api yang satu harus mampu jadi air. Batu bertemu batu hanya akan meretakkan satu sama lain.

"Silahkan, aku pulang sama Haris Diki besok. Aku baru sadar ternyata sabaar aku nggak kuat ngehadapin kamu."

"Asna...Asna!"

------------

Tampaknya bagi kehidupan Diki dan Haris di pesantren tiada hari tanpa takzir. Sepertinya sudah makanan sehari-hari, sekarang mereka menggosok toilet cowok berdua. Bisa dibayangkan bagaimana kotornya dan semerbak bau yang membuat mereka berdua menahan mual sedari tadi.

"Ettdah, baru ge kelar takziran satu ada lagi." Ujar Haris.

"Gue sumpel yah mulut lu. Bisa diem kagak. Daritadi ngomong doang kerja kagak." Ketus Diki yang mengepel Toilet.

"Lah gue bersihin kaca Ege!" Ujarnya smabil kesana -kemari menggoyangkan sapu tangan.

Tok!!!

Kepala sapu itu berhasil mendarat dengan mulus mengenai kepala dan pundak Haris, "eh pe'a biji mata lu soak ini gua capek ngepel kaki lu gerak Mulu njir. Capek gua!"

"Lah ini namanya ujian orang Sholeh kek kita ini." Kali ini pujian itu malah disahut nyinyiran oleh Diki yang jengah.

"Ujian bapak lu kayang. Ini kan biang keroknya elu. jangan sok iyeh lu dah!"

"Hehe emang iya yah?" Jawabnya menggaruk kepala dengan nyengir.

"Lagian tadi ada pak kyai yang lempar sandal malah lu bentak, Ege. Bego dipiara udah gede mau lu sekolahin hah?"

Haris menutup telinganya dan menyimpan mulut Diki dengan Sapu tangan miliknya, "berisik lu suara satu udah kek suara emak-emak sekampung!" Ujarnya.

Diki melotot, ia melepehkan sapu tangan dari mulutnya dan menggulung lengannya.

"Wah minta dibogem ini mah. Ya maaf kata gua dulu mantan atlet bola."

"Wih bola apa ni? Keren beud."

"Bola bekel!!!!"

"Jiah.."

"Yah bola basket lah lu gak liat tinggi gua udah kek Enggrang. Sini lu gua Gibeng Ampe miring. Gedeg Gua."

Haris menutup wajahnya dengan tangan, "eh Asna Dik."

"Jangan ngalihin pembicaraan yah gua gak mempan."

"Beneran Ege!" Teriak Haris.

  Mereka menatap kearah depan pintu menatap Asna yang sudah berdiri di pintu toilet Asrama putra. Matanya memerah, badannya bergetar hampir saja tersipuh di depan mereka. Diki dan Haris langsung memapah Asna duduk di Kursi panjang koridor.

"Wah.. Mau sunat Dua kali dah kayaknya si Agus." Greget Haris.

"Demen beud buat ratu kita mewek. Mana kalau nangis udah kagak ada bentukannya lagi." Ledek Diki yang dibalas tampilan Asna.

"Sue!" Tukas Asna sesenggukan.

"Eh, Mecca aku untung kuat anaknya."

Asna melirik sinis ke arah Haris, "lu dkeetin Mecca gua mundur jadi sahabat lu.dia gak baik Ege!" Ujarnya.

"Jangan bawa bawa Mecca Napa Na."

"Lah ini semua gara-gara dia terserah lu deh. Yang ngejalanin lu juga tapi gua nggak setuju yah."

"Sebenarnya kenapa si?" Tanya Diki memijat kepalanya pening.

"Besok kita balik nggak perlu disini lagi. Nggak ada bantahan, cepet rapihin barang kalian. Gua ke ndalem dulu."

"Tapi Na."

"Ikut gua atau gak sama sekali . Terserah kalian gua nggak maksa. Tapi gua harap kalian masih peduli sama gua."

------------

Assalamualaikum semuanya maaf yah telat update dikarenakan author habis kontrak dari pekerjaan jadi agak sibuk nyari kerja hihi. Tetap semangat kalian yah. Jaga kesehatan. Semoga suka.
Keep voment yah.

Regards
Rafzyanrm

Jodoh Dalam DoaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant