CHAPTER 30

3.3K 177 19
                                    

' mungkin yang diam terlalu lelah mengeluh. dan mungkin saja yang bersuara terlalu lelah untuk menyimpan. kita sama, hanya berbeda cara. '

-rafzyanrm-

---------------

Gus Adnan dengan sarung dan kemeja modelan Koko beranjak dari ndalem. Ia meninggalkan ponselnya dan mencari Asna, wanita itu sulit dimengerti. Sekejap baik, sekejap ngambek. Gus Adnan mengacak rambutnya dan membenahinya dengan memakai peci hitam. Sudah larut malam dan seluruh sudut asrama hanya menyisakan beberapa abdi ndalem dan santri yang bermurojaah. Iris matanya menyapu seluruh koridor hingga kelas, ia benar-benar khawatir sekalipun dikawasan pondok yang bisa dibilang nihil tindak kriminalitas.

"Ya Allah kamu kemana si Asna?"

Gus Adnan merutuki kebodohannya. Ada bagian diruang hati Gus Adnan yang mencelos, mungkin ia memang mulai suka. Ia sudah berusaha menjadi suami bagi Asna. Bukankah ini keinginan Asna? Ia pikir istrinya akan bahagia jika salah satu permintaannya ia turuti. Gus Adnan bersungguh-sungguh mengajari dengan hati kepada mbak Ashila sebab Asna yang ingin ia bahagiakan. Tak ada maksud mendua, ruang hatinya sudah penuh tidak ada lagi tempat. Sekalipun untuk sisa kenangan masa lalu, wanita itu mengubah hidupnya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti sebab ada yang menepuk bahunya dari belakang. Gus Adnan sumringah dan menghela nafas panjang. Ia segera berbalik dan menyambut dengan senyum lebar sosok didepannya pasti istrinya. Ia suka sekali dikejar dan lalu datang secara mendadak.

"Kamu tuh ya sayang..?" Kata-katanya menggantung terhenti, ia terhenyak beberapa detik.

"Sayang?" Tanya seseorang didepannya dengan muka merah padam.

"Eh, gak bukan kirain aku Asna. Maaf yah mbak Ashila." Ujar Gus Adnan buru-buru meralat.

Mbak ashila membenarkan tatanan jilbabnya dan mengangguk, "Gus Adnan ada apa tengah malam di asrama putri?" Tanya Mbak Ashila menyeringai.

"Ehem, nyari istri saya. Mbak ashila lihat?" Tanya Gus Adnan.

Mbak ashila meringis, "tadi aku melihat Asna dipinggir gerbang. Gus Adnan mau yah istrinya bergaul Ama lelaki yang cuma teman. Siapa yang menjamin mereka nggak ada apa-apa. Salah satunya mungkin?" Ujar mbak Ashila sembari menutup mulut.

"Apasih maksudnya mbak? Mereka berteman jauh sebelum saya datang ke kehidupan Asna."

"Yah cuma mengingatkan, toh apa salahnya berprasangka. Aku baru kenal Ama Gus aja, Asna cemburu. Masa Gus gak cemburu Asna Deket sama lelaki lain yang cuma temen." Mbak ashila menekankan suaranya ditiap kalimat yang diucapkannya, seolah meracuni isi otak Gus Adnan.

"Gak adil dong yah, masa iya yang satu minta dijauhin dari cewe. Eh satunya malah bareng Ama cowok. Harus tegas jadi suami tuh Gus." Timpalnya kembali.

Gus Adnan memijit keningnya pelan, ia tampak tak bisa berfikir. Otaknya berhenti bekerja seolah ada mantra yang memaksa mengambil alih fikirannya. "Ya sudah, sekarang Asna dimana yah mbak?" Tanya nya kembali dengan muka masam.

"Dipinggir perbatasan asrama putri. Gus mau kesana?"

"Saya duluan yah mbak." Ujar Gus adnan tanpa menjawab sepatah katapun untuk pertanyaan dari mbak Ashila.

Mbak ashila menatap punggung Gus Adnan yang mulai menghilang diujung koridor, ia tersenyum menyeringai.

Ia memutar bola matanya, "kita tunggu tanggal mainnya Asna alfiyah. Aku atau kamu yang bakal hancur." Gumamnya sebelum kembali ke kamarnya.

Jodoh Dalam Doaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن