CHAPTER 24

6.3K 290 24
                                    

" berbukalah dengan yang halal bukan dengan yang manis. Karena yang manis belum tentu mau dihalalkan."

----------

"Adnan.. mana khimar aku, sini?" Ujar Asna melompat-lompat diatas kasur, ia masih berusaha menggapai khimar yang ada dalam genggaman Gus Adnan.

"Ee.. ngga kena." Kini giliran Gus Adnan yang malah makin menggoda, ia menahan khimar kesukaan Asna. Wanitanya itu tampak terengah-engah, tapi melihat wajahnya tertekuk seperti baju yang belom disetrika sebulan membuat Gus Adnan tak henti-hentinya terkekeh geli.

"Katanya suruh ke kajian, malah ngajak kucing-kucingan dih.. kesel."

"Apa, seneng? yauda ini buat aku." Ejek Gus Adnan yang seketika memakai khimar Asna diwajahnya. "Udah mirip Asna belom, kan katanya jodoh itu mirip." Tanyanya

"Pengen banget ya, jodoh sama aku? Hahaha" Asna menarik khimar itu tapi tertahan oleh tangan suaminya yang entah kesambet jin apa, sampai amat jail. Atau ini Gus Adnan yang sebenarnya, orang yang dalam satu waktu bisa membuatnya nangis dan tertawa dalam satu waktu.

"Ngga sih. Cuman kasian aja dia kelamaan jomblo, jadi biar ngga sendirian terus gitu. Mana anaknya cengeng lagi." Ejek Gus Adnan sembari melepas khimar yang ia sangkutkan dikepalanya.

"Ihh.. nyebelin banget Adnan."

Asna duduk termangu diujung kasur, ia memasang punggung untuk Gus Adnan. Kajian yang dihadiri abah zaki sekaligus mertuanya itu akan dimulai dalam beberapa menit tapi dandan dan memakai khinar pun belum. Nanti giliran ia lama dandan, Gus Adnan membuatnya buru-buru. Kajian terakhir sebelum menyambut bulan ramadhan katanya. Apalagi jika ia jadi datang ke kajian, ini kajian pertama yang ia hadiri sepanjang ia hidup. Asna melirik ke arah Gus Adnan yang masih mematung ditempat, tidak membujuknya atau memberikan khimar yang sudah ia pilah dari kemarin malam agar senada dengan gamis seragam keluarga abah.

"Adnan dih.." ujar Asna sudah gondok bukan main, tapi laki-laki didepannya menyahuti dengan nyengir kuda.

"Apa, Asna duh?...." ejeknya lagi.

"Kamu kesambet apasih nan.. heran deh aku." Tanya Asna memijit keningnya pelan.

"Kesambet, bukan. Aku lagi jatuh cinta."

Asna lantas membalik badan dan menatap Gus Adnan dengan tatapan membunuh, "jatuh cinta sama siapa bilang hah?" Tanyanya menyelidik.

"Sama kamu."

Asna terperangah tubuhnya seperti kesetrum ia hanya diam melongo. Apa dia tidak salah dengar? Atau telinganya sedang bermasalah. Gus Adnan mendekati Asna, hingga jarak diantara mereka makin terkikis habis. Tinggal sejengkal. Gus Adnan menaikan dagu Asna yang pipinya sudah merekah seperti tomat -- menggemaskan. Wanita itu tampak menunduk malu tak berani menatap Gus Adnan. Hingga Gus Adnan memakaikan khimar pada wajah oval istrinya, perlahan membuat Asna mematung kaget dan matanya sontak membulat tajam. Ia takut jantungnya yang loncat kesana kemari seperti habis lari marathon ini terdengar oleh Gus Adnan.

"Biasa aja dong, jangan tegang. Kan ceritanya mau pacaran.." ujar Gus Adnan sukses membuat Asna melengkungkan senyum dan menepuk bahu Gus Adnan.

Gus Adnan merapikan rambut yang keluar dari khimar Asna, " aku ingin kamu menjaga auratmu, seperti halnya aku ingin menjaga kamu dengan seluruh hidupku." Ujar Gus Adnan menaikan alis yang dibalas senyuman oleh Asna.

Jodoh Dalam DoaKde žijí příběhy. Začni objevovat