CHAPTER 12

6K 317 7
                                    

Betul kata hadis yang menyatakan;

Rasa cemburu wanita itu dimaklumi. Mereka tidak dihukum dalam hal tersebut karena rasa cemburu sudah menjadi tabiat bawaan mereka -- Ath-thabari

Jangan salaahkan Asna, jika ia cemburu. Sebagaimanapun tidak pedulinya seorang istri, dia tetap saja menyimpan rasa -- harusnya Gus Adnan paham. Beberapa minggu dilewati bersama bukan hal yang mustahil jika Asna mulai membuka pintu hatinya, ia berusaha menekan ego yang bergemuruh di relung hatinya. Jika Gus Adnan peka, akhir-akhir ini Asna sangat penurut dan tutur katanya manis juga bukan tanpa alasan karena ia mencari ridho suami. Berusaha menjadi istri sholehah dengan cara menyenangkan saat dipandang dan berbakti.

Asna meneguk salivanya dalam, ia meranapi semuanya diruangan serba putih sendiri. Ia meringkuk diatas ranjang dan memeluk kakinya erat dengan hati yang jika dapat terlihat dari luar akan sama halnya dengan remahan kue atau kepingan kaca, ia masih berusaha menahan cairan bening itu beranak pinak di pipinya. Dengan sisa tenaga, Asna menggigit ujung bibirnya. Beberapa menit yang lalu, sebelum akhirnya ia berhenti percaya akan cinta.

Masih membekas kata-kata Gus Adnan dibenaknya, hingga seperti komedi putar memori itu terus direkam dan terulang menyisakan sesak didada.

"Na.. aku mau bicara serius?"

"Kaku banget kek robot sih? Gakuku deh nan hheee"

Gus Adnan tak banyak merespon hanya nyengir, "aku mau kita pisah ranjang!"

Deg!

Seketika rasanya udara disekitar Asna berhenti memproduksi oksigen, ia tak bisa merasakan apa-apa. Hatinya mencelos rapuh bersama harapan yang ia khayalkan akhir-akhir ini. Apalagi sudah satu minggu ia telat datang bulan, yah walaupun memang jadwal haid Asna tidak teratur. Kadang sebulan sekali, kadang dua bulan sekali. Tapi itu memunculkan harapan kecil baru. Asna tak tahu orang didepannya ini berfikir dengan jalan fikiran apa?

"Maksudnya?"

"Yah,, pisah. Kamu akan aku kembalikan sama orangtuamu, nanti aku akan hubungi mereka. Dan aku akan segera pulang ke pondok. Maaf." Entengnya.

Iris mata Asna mulai mengembun, "hah, maaf? Kamu ini kenapa sih, nan? Aku salah apa?" Tanya Asna mengoyak tubuh Gus Adnan.

Gus Adnan menunduk dan memejamkan kelopak matanya sembari menarik nafas perlahan, "aku tidak cinta kamu." Ujarnya

"Iya, aku juga. Tapi aku mau belajar untuk itu, kamu ngga mau belajar mencintai aku?"

"Aku mau,na. Tapi hatiku sudah sulit membuka hati untuk yang lain lagi, aku yang salah. Tidak jujur dari awal, aku suka.." Gus Adnan kehilangan kata terakhirnya, rasanya tenggorokannya tercekat. Asna gemas sambil menatap nanar suaminya.

"Sama siapa? Jawab,nan.." tanya Asna sembari mengusap air matanya.

"Aku suka sama  syifa, sebelum aku kenal kamu. Aku nerima perjodohan ini karena aku kira aku dijodohin sama syifa, tapi ternyata aku salah. Aku belajar nerima dan ngerti sifat kamu yang masih kayak anak kecil." Alibinya.

Asna melepaskan genggamannya dari tubuh Gus Adnan dan mundur, ia tak tahu kalimat seperti itu bisa keluar dari seseorang yang ia kagumi tata krama dan akhlaknya. Ia belum membuka hati, tapi sudah memvonis tidak bisa. Lalu, kenapa harus kak syifa? Terus ini salahnya, karena menghalangi dua orang saling mencintai untuk menikah?

"Astaghfirullah, tega kamu. Baik aku tidak akan mengekang apa yang tak mau menjadi bagian dari hidupku. Memaksamu untuk tinggal tanpa ada perasaan hanya memicu luka baru."

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumussalam warrahmatullah wabarakatuh."

Seketika kinerja infusnya seperti tidak ada, ia mendelik sebab nafas yang tersengal-sengal. Dari arah pintu Diki dan Haris yang baru saja datang, langsung panik dan memanggil dokter. Asna dengan dibantu dika ia mengatur nafas mencoba tidak larut dalam suasana pelik dihatinya, perlahan matanya buram dan dunianya berputar sebelum kemudian semuanya gelap

   
                  💐💐💐💐💐

Di keramaian stasiun, sosok laki-laki berkopyah duduk dikursi panjang berjarak beberapa langkah kaki dari gerbong kereta. Ia memandangi tiket kereta yang ia beli beberapa jam yang lalu, sembari mendengarkan hiruk pikuk yang keluar masuk telinga. Sesak di bagian ulu hati membuatnya beberapa kali mengambil nafas kasar, mengatur oksigen agar tetap terpasok dengan baik. Beruntung, area ini bebas rokok jadi ia tak segan untuk menghela nafas. Gus Adnan mengambil jadwal sore untuk keberangkatan ke kota kelahirannya di jawa timur. Ia terkesan seperti pecundang. Siluet Asna dengan senyum riangnya selalu mampir membuat dia merasa seakan ingin tinggal. Langkahnya berat-- tapi di sudut hati yang lain terus mengkoarkan bahwa ini yang terbaik. Asna tidak akan menemukan kebahagiaan jika Gus Adnan menyekatnya, gombal palsu, senyum palsu, menyayat hati. Ia tidak mau menambah daftar panjang kesalahannya. Gus Adnan mengangkat kopyah lalu mengacak rambut klimisnya hingga urak-urakan.

"Astaghfirullahaladzim..."

Sebuah kereta melesat dengan laju dari arah selatan, ia bergegas mengangkat koper dan tasnya lalu beranjak berdiri menunggu giliran untuk masuk.

Qadarullah wa maa syaa a fa'ala -- takdir Allah apa yang dia inginkan, maka Dia lakukan.

Orang-orang bejubel masuk kedalam kereta, begitu juga dengan Gus Adnan yang sudah melewati lautan manusia itu. Ia kini tengah menaruh koper dan tas miliknya, duduk di sebelah jendela mungkin sedikit mendamaikan hatinya. Menatap jauh keluar dengan hamparan rumput hijau dan pematang sawah juga rerimbunan pohon yang bergelayut indah, ia akan pergi. Ia sudah siap menerima omelan abi dan uminya saat sampai nanti.

" jika bersamaku, bahagia sulit tergapai bagimu. Maka aku akan mundur, memberi celah untuk yang lain menggantikanku. Bukan aku berhenti peduli, tapi karena ada beberapa hal yang tak bisa dipaksakan di dunia ini."

💐💐💐💐💐

Emang sengaja beberapa part terakhir agak konflik tapi bukan klimaks ya... Gus Adnan itu manusia. Walau sebagaimanapun dia punya sisi manusia jadi ya bisa labil, marah, kecewa dan nyakitin. Asna juga ngga salah, juga ngga bener. Intinya dalam suatu hubungan seharusnya saling melengkapi dan terbuka. Eh, nggak tahu kenapa suka nulis cerita yang berbau orang ketiga :v

Keep reading ya..

~jazakumullah katsiran~

Jodoh Dalam DoaWhere stories live. Discover now