CHAPTER 40

1.3K 79 5
                                    

"kunci langgeng hubungan adalah berhenti mencari tahu dan berpura-pura lah tidak tahu. Karena yang menyakitimu bukanlah dia, tapi ekspektasimu yang tinggi."
  
-Rafzyanrm-

"Semua udah siap sayang?"

Tidak ada suara yang menyahutinya. Hanya suara kopi dan sendok yang terus beradu didalam secangkir mug gelas hitam. Asna menghela nafas berat. Iya bahkan sudah menanyakan ini sedari tadi, tapi si empu-nya masih sibuk dengan lamunan juga dunianya sendiri. Jika saja tidak ada hukum kdrt, ingin sekali dia mencakar habis suaminya.

"Sayang!!" Teriak Asna tepat di diam telinga Gus Adnan.

Gus Adnan lantas terlonjak hingga hampir terhuyung ke depan. Ia melirik ke istrinya yang malah cekikikan. Ia memutar bola matanya sebal, tapi berbalik sebal dengan istri siapa yang akan menang? Gus Adnan memilih menanyakan yang terjadi sembari meminum kopi hangat yang sudah dingin oleh lamunannya.

"Kurang kenceng kamu teriaknya."

Asna menyingsingkan lengan bajunya sebal, ia tahu Gus Adnan bercanda tapi ia bahkan sudah memanggilnya berkali-kali sebelum akhirnya ia sadar.

"Apa mau lagi? Sayang!!! Sayang!! Sayang!! Sayang,,,, sayang,,, sayang,,!!!"

Suara itu melengking nyaring dan hampir membuat santri yang sedang lewat diarea ndalem menengok kearah teras rumah. Gus Adnan kelabakan dan segera membekap mulut istrinya.

'hmmmphh," gumam Asna

"Apasih sayang?" Gua Adnan mengajukan pertanyaan sembari tangannya membekap Asna. "Aduduhh....!!" Teriaknya saat jarinya habis digigit Asna yang kesal.

"Gimana mau jawab orang dibekep. Mau matiin istrinya biar bisa nikah lagi yah.hah!?" Sewot Asna

"Astaghfirullah sayang, kok bener"

Asna melotot dan mengacak rambut Gus Adnan yang berada tepat didepannya asal, "apa kamu bilang? Tau gitu tadi aku campur aja kopi kamu Ama sianida."

"Marah-marah muluk ih. Engga, engga. Tadi kamu manggil kenapa?" Ucap Gus Adnan sembari mengelus jilbab Asna.

"Tadi aku mau nanya sudah semua packingnya mas? Entar siang kita berangkat ke mama loh."

Gus Adnan melempar pandangan ke arah bagasi mobil yang sudah penuh oleh beberapa koper miliknya dan Asna, ada satu dua oleh oleh juga disana. Padahal mereka hanya menginap tak sampai seminggu, tapi hampir semua barang dibawa membuat Gus Adnan reflek geleng-geleng kepala heran.

"Kok geleng sih? Kamu takut ketemu kak Syifa?"

Gus Adnan mendelik, "Astaghfirullah Asna comel banget ihh mulutnya gaboleh gitu sayang." Ujarnya

"Lagi itu kepala kenapa coba. Sekrup pala kendur apa begimana. Emosi kan jadinya."

"Kamu lagi pms ya?"

"Iya kenapa? Mau salahin aku?"

"Eh engga kok, salah aku semuanya. Mana ada kamu salah sih.udah siap ini tapi pamit dulu Ama Abi, umi baru kita berangkat."


Asna membereskan cangkir sisa kopi suaminya. Sembari menunggu Gus Adnan siap-siap ganti baju. Manusia satu itu suka sekali santai dalam segala hal, membuat Asna sedikit naik darah harus berbicara panjang lebar. "Untung cinta gua mah ampun dah!"

Dia melihat ke arah hape suaminya yang tergeletak di samping kopi. Ada pesan masuk tapi bukan dari wa, melainkan email. Sebenarnya Asna bukan tipe istri yang ingin tahu dan memegang kendali semua hidup suaminya. Tapi matanya tidak asing dengan alamat email itu, rasanya gatal sekali kalau ia tidak membukanya.

"Tumben banget sih orang ngemail? Siapa nih pinjol apa temen mas yah?"

Assalamualaikum masa lalu, aku pulang. Aku tahu aku salah menghubungi mu. Aku tahu rasaku salah. Bulan depan aku nikah. Alhamdulillah. Tapi kalau boleh jujur aku masih sedikit tidak bisa melupakanmu. Tapi lupakan saja, adikku keliatannya bahagia.

Regards from Kairo
Syifa

Prakkkk!!!

Mug gelas itu pecah berkeping-keping mengenai kaki Asna yang tanpa alas. Membuat umi, Abi juga Gus Adnan datang menghampiri Asna. Bahkan disaat meringis kesakitan, ia masih bisa menyembunyikan pesan itu sebelum ketauan sudah ia baca. Hatinya terasa lebih meringis kesakitan, daripada kakinya yang sudah berlumuran darah.

"Asna ya Allah!!" Ujar umi

"Asna kenapa mi?" Gus Adnan lantas melirik istrinya yang sudah lemas tak berdaya, "sayang kamu ga apa-apa? Ayo ke dokter."

Asna tersenyum simpul, ia tidak sanggup berbicara barang sepatah kata pun.

-----------

Diki dan Haris Saling berpunggungan didalam kamar pondok. Kemarin mereka habis kena hukuman untuk bantuin bapak-bapak kuli bangunan di gedung sebelah ndalem. Badan mereka penuh kerokan karena pegalnya bukan main katanya. Lukisan dipunggung ya merah bekas kerokan. Bahkan seharian ini mereka belum keluar kamar dengan alasan sakit.

"Sue banget si Agus kampret! Encok gua!" Celoteh Haris menyenggol punggung Diki.

Diki hanya meringis kesakitan, lalu menatap Haris sinis. "Eh pea. Ini juga gara gara lu kalo ga kebucinan Ama si Mecca."

"Eh iya njir, gue hari ini belom ketemu dambaan hati gua. Vitamin c gua." Ujar Haris tiba-tiba berdiri membuat Diki terjungkal kebelakang.

"Bambang bacot banget, lu kalo mau berdiri ngomong apa tong! Sakit nih alay banget."

Haris tak menggubris Diki, ia melenggang kearah pintu meninggalkan Haris. Diki melotot tak terima ditinggal begitu saja.

"Eh, kutil onta!!!"

"Kutil onta mau kemana lu!" Teriaknya.

Haris tidak menggubris sekitarnya. Entahlah, hari ini rasanya dingin sekali samapai menusuk ke tulang atau sebab hatinya sedang tidak tenang.  Bersyukur dibelokkan koridor perbatasan asrama putri dia melihat Mecca duduk sendiri melamun, sesekali memijit kepalanya.

"Ukhti!!" Teriak Haris ke arah Mecca.

Tiba-tiba gadis itu mengangkat telfon, entah sudah melihatnya atau belum. Berhubung jarak mereka dekat, ia bisa mendengar kalimat itu. Haris tercengang.

" Balikin tolong sih. Salah aku apa?'

"Bayar dulu 2 juta buat dokumen asli kamu."

"Kamu dendam ga gini juga."

."gua kasih waktu sampai sore kalau gak di tf dokumennya saya bakar."

Mecca menangis sejadi-jadinya diujung asrama putri. Kebetulan banyak kelas yang masuk. Ia kehilangan dokumennya dikamar pondok. Tiba-tiba saja sudah di tangan mantannya.

"Bajingan!" Teriak Haris mendelik.

Mecca mendengar suara itu lantas menoleh ke sumber suara. Haris sudah melempar senyuman tapi Mecca malah teriak dan menutup matanya.

"Kamu kagum liat aku?"
.
Dari belakang  Diki datang menggeplak punggung Haris. "Bajunya  Malih, belom lu pake.".

Haris melempar pandangan ke arah Mecca yang langsung lari ke dalam kamar.
!
"Anjir Aurora gua kebuka dah!" Ujar Haris berusaha  menutupi badannya.

"Aurora pala lu peyang." Sahut Diki

------------

Assalamualaikum  gaes

Alhamdulillah publish lagi walau nungguood dan ngaret banget. Tipis tipis aja dulu kali yah
Bentar lagi mau puasa. Mohon maaf lahir batin semuanya. Jangan lupa vote komeen yah.

Regards,
Rafzyanrm

"


Jodoh Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang