CHAPTER 9

6.8K 346 3
                                    

Yups.. publish lagi.
Semoga masih bisa sering publish, dunia nyata keras dan membuatku sibuk.

💐💐💐💐💐

Asna meraih tas ransel yang ia taruh di kapstok yang berada tepat di samping lemari. Tas hitam polos itu masih kosong, ia membuka resleting atas untuk memasukkan beberapa buku yang ia pinjam di perpustakaan. Dan, sekarang tas itu cukup membuatnya pegal saat berada di gendongannya. Hari ini, ia ada jadwal ketemu dosen pembimbing karena kemarin sudah di acc. Asna berjalan keluar kamar, ia melewati kaca besar yang ada dikamarnya. Ia berhenti dan malah berbalik, Asna mematut dirinya yang terrefleksi jelas di cermin. Gamis dengan warna pastel yang memiliki potongan A-line dan khimar sepinggang yang senada dengan bajunya. Asna membuka laci nakas, ia mengambil lip balm rasa cherry pada bibirnya yang tampak pucat. Lagi, Asna menguliti tampilannya dan ia sendiri masih belum percaya bisa berubah drastis. Tapi ia mulai nyaman dengan apa yang ia kenakan beberapa hari kebelakang, lagipula Asna malu jika berjalan dengan seorang Gus yang kemana-mana memakai kopyah dan koko dan ia hanya memakai jilbab asal ikat dan baju yang membentuk badan.

"Udah ngacanya? Cantik-cantik." Suara itu membuat Asna memekik kaget. Ia mengerjapkan mata dan lamunannya buyar terseret angin yang berhembus cukup kencang.

"Aku udah nunggu dari satu jam yang lalu, dan kamu memandangi kaca selama itu?" Tanya Gus Adnan yang bersandar di pintu kamar.

"Kenapa, mau marah?" Ketus Asna melenggang pergi meninggalkan Gus Adnan.

Gus Adnan berjalan mengikuti setiap derap langkah istrinya, " bukan, aku ngga mungkin marah sama kamu. Aku iri, kaca kamu pandang satu jam. Sedang aku, semenit juga kamu nggak pernah?"

Asna berhenti, ia merasa ada titik yang lucu. Kalimat itu bernada seperti Asna jika sedang manja tak karuan, ia menggembungkan pipi menahan tawa yang hampir pecah di kerongkongan. Asna berbalik, "ngga boleh iri, dosa tau?"

"Hahahaa... aku dzolim sama kaca berarti ya?"

"Udah ah. Aku mau berangkat kuliah, seperempat jam lagi aku mau ketemu sama dosen." Ujar Asna mengecek ponselnya, ia sudah memesan Go-jek sedari tadi.

"Aku antar!" Pinta Gus Adnan

Tiba-tiba sebuah motor dengan laki-laki berjaket hijau datang dan dua kali mengklakson ke arah mereka, membuat Gus Adnan harus kalah saing dengan tukang ojek pesanan istrinya. Asna segera mendekat dan memakai helm pemberian Abang ojek online. Sedetik kemudian ia turun dari motor, ia menghampiri Gus Adnan yang berdiri mematung di pekarangan rumah.

"Ada yang ketinggalan.." ujar Asna

"Apa? Buku atau uang saku?"

Asna terkekeh, " ye.. dikira aku anak Sd pakai uang saku segala. Ini yang ketinggalan." Ujar Asna sembari meraih tangan kanan Gus Adnan dan mencium punggung tangannya.

"Assalamualaikum,,"

"Eh, waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh na." Gus Adnan tercengang berseteru dengan fikirannya sembari memeggangi tangannya, selama ini Asna tak pernah menyalaminya seperti beberapa detik yang lalu.

💐💐💐💐💐

Asna benar-benar kalap saat beberapa meter dari rumahnya malah macet tidak ketulungan. Ia tidak bisa menunggu di atas jok montor sampai puluhan kendaraan besi ini berjalan maju memperlebar jalannya. Masih kurang lima menit lagi sebelum Dosen pembimbing memarahinya habis-habisan karena terlambat datang. Apalagi Dosennya adalah salah satu dosen terkiller seantero kampus, matanya lebar tajam dan alis yang tebal juga agak naik. Ah, sungguh tidak bisa dideskripsikan bagaimana jantungnya berdegup seratus kali lebih cepat dan bulir keringat yang menetes menyirami wajah teduh Asna. Sesekali matanya menelisik ke arah depan, dan tidak ada hiruk pikuk demo. Lalu kenapa mereka membuat macet jalanan hingga mengular, rasanya ingin mengumpat mengeluarkan macam-macam hewan yang selama ini ia kandang dalam hati. Astaghfirullah, Asna tidak mau membuat detensi atau diundur sidangnya. Ia menghela nafas panjang, lalu memutuskan turun dari motor matic ojek online. Membuat abag Go-jek menoleh dan melontarkan beberapa pertanyaan, ia takut Asna pergi dan tidak tanggung jawab. Dan, Asna tidak pernah sejahat di film-film sampai tega menipu orang.

"Eh, mbak jangan kabur!" Ujar Abang Go-jek

"Nggak, bang. Saya mau jalan kaki aja, ini macetnya diluar batas."

"Ngga bisa. Nanti saya nggak dibayar lagi kalau nggak sampai tujuan? Anak saya butuh makan mbak." Ketus Abang Go-jek

"Iya, bang. Ini uangnya, dan ini uang buat jajan anak abang. Maaf saya buru-buru!"

Abang Go-jek itu tersenyum tipis saat selembar uang merah ia genggam erat ditangan kanan, "alhamdulillah"

"Bang, saya pamit dulu. Assalamualaikum" sahut Asna berlari ke arah trotoar.

"Waalaikumsalam neng, makasih yak."

"Iya, bang."

Asna berlari membelah jalan trotoar, ada beberapa pejalan kaki yang lalu lalang. Apalagi saat Asna menabrak bahu diantara mereka, bisa saja mereka mengamuk karena jakarta keras. Ia hampir saja sampai di kampus tempat ia menimba ilmu selama kurang lebih 4 tahun. Asna menyudahi larinya, kakinya agak pegal apalagi dibagian tumit. Flat shoes pemberian Gus Adnan sepertinya kekecilan, satu nomor dibawah nomor sepatu Asna yang biasanya. Tentu, Asna tidak mungkin mengembalikannya dan membabi buta marah sebab ia ingin menyenangkan hati suaminya. Setidaknya Gus Adnan memiliki itikad baik untuk memberi sesuatu pada istrinya, yah walaupun sedikit menyiksa tapi Asna masih tidak mempersalahkannya. Asna menyapu jalanan iseng saja sebelum sampai dan bertemu dengan dosen yang membuatnya hampir lupa menarik nafas. Ada orang yang sedang berjualan di trotoar, ada pejalan kaki yang menyebrang di zebra cross, ada Go-jek yang menunggu orang seperti yang ia lakukan tadi, dan ada yang sedang bercek-cok di sebrang jalan antara gadis berjilbab dengan pria paruh baya. Ia tidak ingin terlalu ikut campur, sampai iris matanya membulat tajam. Asna berhenti ditempat, ia menyelidik ke arah seberang jalan sambil mengucak mata tempat dua orang sedang beradu mulut dan sapah seorang diantaranya melaju pergi. Dan gadis itu yang Asna cari -- Kak syifa. Ia berjalan ke arah taman kota meninggalkan pria tadi.

"Kak syifa????" Teriak Asna seketika.

"Kak syifa.. tunggu!!" Ujarnya kembali dan ia tanpa ba-bi-bu menyebrang jalan.

Brakkk!!

Pyar!!

Tubuh gadis itu terpelanting sejauh 3 meter dari zebra cross, ia lupa menyadari bahwa jalanan sangat ramai dan sedang lampu hijau. Asna terkapar di aspal jalanan, dengan khimar berbalut darah kental. Asna masih sadar dengan perlahan ia masih dapat melihat siluet kakak perempuannya.

"Kak syifaaa.." ujarnya pelan sampai semuanya gelap dan kesadarannya hilang.

💐💐💐💐💐

Halo hay, yey update kembali.

Semoga suka!
Kasian Asnanya kecelakaan, GWS Asna.

Keep reading!

~jazakumullah katsiran ~

Jodoh Dalam DoaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon