#07: Ngeyel

5.3K 856 16
                                    

"JEVAIS ANJRIT!" Harsa berteriak seraya berlari ke arah Jevais sedangkan yang dipanggil langsung terbatuk.

"NGGAK USAH TERIAK-TERIAK BISA NGGA ANJING?!" 

Harsa menetralkan napas nya setelah berdiri di depan Jevais. Air muka laki-laki berkulit tan itu terlihat khawatir yang entah mengapa membuat Jevais jadi ikut khawatir dan penasaran.

"Jovan.... Hhhh anjing bentar napas dulu gue," ucap Harsa.

"Kenapa Jovan?"

"Jovan berantem. Ya Allah oksigen mana."

"KOK BISA??? BERANTEM SAMA SIAPA??"

"Sama anu... Hhh Haris anak—" Harsa belum sempat menyelesaikan kalimat nya namun Jevais sudah lebih dulu berlari. Beberapa detik kemudian laki-laki itu kembali dengan wajah yang panik. "Berantem dimana?????" tanya nya.

"Di lapangan deket fakultas DKV." jawab Harsa, "BENTARAN ANJING WEH TUNGGUIN URANG PAIS!!!!"

Jevais mengabaikan teriakan Harsa di belakang nya. Dengan cepat laki-laki manis itu berlari menuju tempat yang tadi Harsa sebutkan dimana Jovan tengah berkelahi.

Sungguh hari yang mengejutkan dan bagaimana bisa Haris kembali setelah bertahun-tahun lama nya? Dan dari sekian banyak universitas yang ada, mengapa Haris harus kembali ke sini?

"JOVAN!" teriak Jevais dengan suara lantang. Namun, layaknya telinga laki-laki itu ditutupi oleh gumpalan besar, Jovan tidak mendengar teriakkan Jevais.

Dengan kesal Jevais berjalan mendekat ke arah kedua nya. Jevais berusaha memisahkan Jovan dan Harsa dibantu oleh beberapa mahasiswa yang ada di sana. Suasana sangat ramai dan ricuh. Tak sedikit juga yang merekam pertengkaran dan Jevais yakin cepat atau lambat video nya akan tersebar di base kampus.

"Jovan stop..." lirih Jevais sembari memeluk Jovan dari belakang. Napas laki-laki itu terengah. Muka nya lebam dan bibir nya berdarah. Terlihat kesakitan namun ia masih tidak berhenti kalau saja mereka tidak dilerai.

Lantas Jovan melihat ke belakang, hal pertama yang tertangkap mata nya adalah wajah Jevais yang tengah menahan tangis dengan mata berkaca-kaca. Wajah nya sangat panik dan khawatir.

"Na, lo ngapain di—"

"Ikut gue."

"Tapi—"

"Gue bilang ikut gue." Jevais menatap Jovan dengan tajam dan tidak ada pilihan lain bagi Jovan selain mengikuti laki-laki itu sebelum Jevais berbuat hal-hal aneh lain yang lebih nekat daripada ini.

"Ssshh... Pelan-pelan ngapa, Na. Masih sakit ini muka gue."

Jevais memukul lengan Jovan cukup keras membuat laki-laki itu meringis kesakitan. "Bilang nya sakit tapi tadi lo masih tonjok-tonjok an kalo aja ngga dilerai sama Bang Dirga sama Bang Julian!" sahut Jevais.

"Ya... Abisnya itu anak ngeselin pake mancing emosi gue segala. Lagian ngapain sih dia pake balik segala?! Udah bagus pergi ja—Aw, anjing. Sakit, Na!"

"Bacot."

Jevais dengan telaten mengobati luka dan lebam yang ada di wajah Jovan. Terkadang ia ikut meringis membayangkan sakit yang Jovan rasakan.

"Maaf."

"Nggak usah minta maaf kalo lo nggak tau salah lo dimana."

Nostalgia. ✔Where stories live. Discover now