#10: Head Full of Questions

5K 739 28
                                    

"Mau makan dimana?"

"Hah?"

"Makan."

"Kenapa makan?"

"Ya dimana?"

"Di meja makan????"

"Iya tau, maksudnya dimana?"

"Ya di meja makan????"

"Apasih, Na?"

"Apasih, Sam?"

Deg

"Fak kayaknya salah gua manggil lu pake Nana," Jovan memalingkan wajah nya ke samping. Kini mereka sedang berada di warung kecil dekat pantai. Meminum teh hangat di hawa pantai yang dingin kian senja menjemput.

Jevais tertawa, "Nggak lah. Gue suka dipanggil Nana."

"Ngga usah panggil gua pake Sam juga kalo gitu."

"Ya emang kenapa sih?"

"Lu pikir aja dah sendiri." Jovan menghirup aroma teh hangat miliknya sebelum menyesap air berwarna kecoklatan tersebut. Sedangkan Jevais kembali tertawa puas, "Cie, salting ya?" goda nya.

"Kagak sih. Jadi jelek aja nama gua."

"Yaudah sih." Jevais memutar bola mata nya kesal.

"Lah kok?"

"Katanya nama lo jadi jelek, yaudahlah ngga usah gue panggil pake Sam lagi. Males kena salty mulu." ketus Jevais.

"Ya... nggak gitu maksudnya, Na..."

"Pffft—" Jevais lagi-lagi tertawa. Kini hingga mengeluarkan air mata saking perut nya yang terasa geli karena melihat muka melas Jovan. "Lo nih tipe yang gampang dibegoin cewek, ya? Baru ngambek dikit aja udah berasa abis gagal bawa kemenangan pas perang."

"Ngga akan dibegoin cewe lah."

"Masa?"

"Orang gua suka nya lu, kan cowo."

Kali ini Jevais yang terlihat salah tingkah. Rona merah menjalar dengan sempurna di pipi nya namun ia memilih untuk meminum teh hangat nya sambil menatap ke arah sekitar.

"Cie, salting ya?" Jovan membalikkan pertanyaan milik Jevais beberapa menit yang lalu seraya terkikik.

"Ngaco. Mana ada gue salting."

"Ngaku aja elaaaaaah." Jovan kini tertawa.

"Bacot," Jevais kini bangkit dari tempat duduknya. "Ayo."

"Ke pelaminan?"

"Ke tempat makan anj." Laki-laki manis itu menjitak pelan kepala sang dominan yang spontan membuat sang empunya mengaduh kesakitan namun masih tertawa.

"Ternyata daritadi lu pura-pura budek, ya." Jovan ikut bangkit dan mengikuti langkah Jevais menuju mobil milik laki-laki bertubuh kekar tersebut.

"Abisnya mulut lo bau."

"Apa korelasi nya, Na?"

"Ngga tau lah."

"Dih?"

"Kok lo jadi cerewet kayak cewek sih??????" Jevais melirik ke arah belakang—dimana Jovan berjalan mengikuti nya. Laki-laki itu mengernyit heran, "Yang daritadi berisik lu ngga sih, Na?"

"Kok gue lagi???? Jelas-jelas lo lah."

"Iya dah iya. Gua yang berisik," Jovan membukakan pintu mobil nya untuk Jevais. "Silahkan masuk, Nyai." ucap nya seraya bergestur seperti prajurit kerajaan.

Nostalgia. ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum