#22: Untuk Manusia Spesial

4.3K 692 34
                                    

"Mau, nggak?" Jovan menyodorkan sebuah cilok pada Jevais yang dibalas gelengan oleh laki-laki itu, "Lu belom makan apa-apa gua liat-liat. Nyari penyakit lagi?"

"Ntar duluuuuu, gue belom laper."

"Belom laper, tapi, daritadi gua denger udah kriuk-kriuk tuh perut. Sono ke sekre dulu, tadi gua liat ada anak-anak yang lagi numpang makan siang." titah Jovan.

Jevais memutar bola mata nya memilih untuk menurut karena kalau tidak Jovan pasti akan mengomeli nya sepanjang hari sampai ia mau makan.

Jam menunjukkan pukul 1 siang lewat 30 menit, ada banyak orang yang lalu-lalang sedaritadi. Tidak menyangka akan sebanyak ini—yang sudah bisa ditebak pasti akan bertambah ramai pada malam hari nanti.

Kebanyakan dari mereka tertarik pada jajanan-jajanan yang ada karena biasanya pada siang hari begini, para memang tengah iseng untuk mengganjal perut sebelum kelas.

"Eh, itu Kak Jov, bukan, sih?"

"Iya anjrit sumpah diliat langsung lebih ganteng."

"Kak Jovan belom punya pacar katanya?"

"Lah kemaren katanya sama Kak Jevais itu."

"Ngga kali. Salah liat lo pada. Dia jomblo, kok."

"Tapi masa, siiiiiih, ganteng gitu masih jomblo???? Yang salah lo kali."

"Gak tau lah anjir emang—"

"Hey," Jovan menghampiri 3 kumpulan perempuan yang tengah sibuk berbisik-bisik menebak-nebak tentang dirinya yang masih jomblo atau tidak, "Kok disini aja? Nggak muter liat-liat?"

"E-eh, iya, Kak. Ini lagi diskusiin siapa yang mau traktirin." salah satu dari mereka menjawab dengan nada gugup, mengundang tawa renyah dari Jovan dengan mata nya yang menyipit saat bulan sabit itu terpatri di wajah nya.

"Jadi, ceritanya treat your friend day, nih?" tanya Jovan.

"Iya... kurang lebih gitu, Kak. Hehe."

"Daripada disini mending kesana, tuh. Ada karya-karya lukisan anak-anak yang lucu-lucu. Jangan lupa bacain cerita nya," pesan Jovan menunjuk pada ruangan penuh tempelan gambar dengan dagu nya.

"Yang—itu???"

Jovan mengangguk, "Sini, gua anterin," Laki-laki itu melangkah lebih dulu ke arah ruangan tersebut disusul oleh ketiga perempuan tadi yang tengah diam-diam tersipu malu melihat punggung kokoh Jovan yang terlihat sangat jantan, "Uang yang lu pake buat bayar tiket tadi itu bisa dipake lagi buat liat mini concert malem ini. Jangan dibuang, ya."

Ketiga perempuan itu mengangguk senang, "Iya, Kak."

"Enjoy your time, girls," Jovan tersenyum tipis lalu kembali ke luar. Namun, baru saja sampai di ambang pintu ia sudah dikejutkan oleh Jevais yang berdiri di sana seraya mengangkat salah satu alis nya. "Anjir. Gua kira apaan berdiri depan pintu."

"Baru juga setengah hari, udah mepet-mepet cewek aja lo gue liat-liat." cibir Jevais.

"Kenapa? Cemburu?" goda Jovan.

"Dih???? Ogah. Ngapain juga gue cemburu."

"Ngaku aja kali," Jovan mencolek dagu Jevais yang mengundang delikkan dari sang empunya.

"Jangan sentuh-sentuh!" ketus Jevais lalu memutar balikkan badan dan kembali berjalan-jalan seraya menendang-nendang kerikil-kerikil kecil yang ia lihat di tanah. Jovan tertawa seraya menggeleng kecil melihat kelakuan laki-laki itu.

"Dasar."

Sang malam mulai menjemput bulan nya. Malam ini, ada banyak bintang yang bertebaran juga lampu yang ikut menerangi tempat mereka malam itu. Suasana semakin ramai. Ternyata ada banyak juga dari kalangan bukan mahasiswa kampus mereka yang ikut meramaikan festival kali ini.

Nostalgia. ✔Where stories live. Discover now