#02: Nasi Goreng atau Kwetiauw?

6.9K 988 185
                                    

"Jovan!" Jevais memanggil laki-laki itu namun sepertinya deru kendaraan di jalan ini membuat suara nya teredam jadi Jovan tak menjawab panggilan Jevais. Hingga mereka tiba pada lampu merah. Jevais kembali mencoba memanggil Jovan.

"JOVAN!"

"IYA?"

"LAPER NGGAK?"

"NGGAK TERLALU SIH. MAU MAKAN DULU?" tanya Jovan seraya mengusap pelan lutut Jevais.

"EMM KAYAKNYA IYA DEH. SOALNYA DI KOST AN NGGAK ADA MAKANAN. NEPI AJA DULU CARI MAKAN."

"OKE."

Lantas setelahnya Jovan memelankan laju motor nya setelah melewati lampu merah. Menatap ke sekitar, mencari makanan diantara pedagang kaki lima yang berjualan di malam hari ini.

"Mau nasi goreng apa kwetiauw?" tanya Jovan. Jevais terlihat berpikir sejenak, "Gue lagi mau makan kwetiauw sih tapi kayaknya nasi goreng enak..." jawab nya bimbang.

"Mau makan dua-dua nya aja?"

"Ya enggak lah. Nanti kekenyangan," sahut Jevais. "Makan kwetiauw aja yuk. Mau makan yang ada kuah nya kayaknya enak dingin-dingin gini."

"Kalo dingin-dingin gini sih enak nya dipeluk lo, Na."

Jevais berdeham kecil seraya turun dari motor Jovan yang sudah terparkir di dekat penjual kwetiauw. Sedikit terkejut dengan kalimat yang terlontar dari mulut Jovan, membawa nya terlempar pada kenangan silam saat dirinya dan Jovan masih berpacaran. Namun secepat mungkin Jevais menggeleng dan menarik dirinya untuk kembali sadar dan menghiraukan ucapan Jovan.

Tapi ia terkejut dengan panggilan yang Jovan katakan tadi. Hanya laki-laki itu yang memanggil nya dengan 'Nana'.

"Tunggu disini aja, biar gue yang pesenin. Kwetiauw kuah yang nggak terlalu pedes, kan?" ujar Jovan sesaat setelah Jevais duduk di salah satu meja disana. Laki-laki manis itu mengangguk kecil. Bahkan Jovan masih mengingat kesukaan nya.

Sial. Dinding move on Jevais tidak boleh selemah ini dan runtuh hanya karena 1 malam.

Setelah memesan makanan kedua nya, Jovan kembali dan duduk di depan Jevais sedangkan laki-laki itu hanya menatap handphone nya yang mati. Sedikit kesal karena ia juga lupa mengisi daya ponsel nya tadi siang.

"Udah jangan kesel gitu. Bibir nya nggak usah monyong-monyong, gue cium mau?" Jovan terkekeh.

"Apaan sih. Nggak ada yang lucu tau."

"Kamu yang lucu, Na."

"Jo."

"Okay okay. Sorry." Jovan tersenyum tipis, "How you doing these days?"

"So so."

"Masih suka mikirin gue nggak?"

"Nggak sih."

"Hebat ya. Gue aja masih suka mikirin lo. Gue masih suka kangen waktu lo sering marah-marah ke gue karena telat makan atau karena pulang tengah malem. I miss you everyday sampe rasanya gue nggak bisa ngapa-ngapain."

"Semuanya udah berakhir, ayo ikhlasin satu sama lain. Lo sama gue berhak bahagia dengan jalan nya masing-masing. Life is too short to be wasted for someone who can't be yours again." Jevais mengirup teh panas nya, "You deserve someone better, Sam."

"Oh, I miss that one when you call me with Sam too," Jovan terkekeh hambar. "I miss the every things you did to me. It's just made me feel so loved. And no one can do the same things like yours."

Nostalgia. ✔Where stories live. Discover now