#18: Should We Even Try?

4.3K 706 111
                                    

"Je, lu balik sama si Jopan aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Je, lu balik sama si Jopan aja." ujar Nicholas.

Latihan mereka selesai 5 menit yang lalu. Walau suasana nya cukup berbeda dari di sesi awal karena perubahan suasana hati Jovan yang terjadi secara mendadak, membuat ruang musik dipenuhi aura mencekam. Apalagi ia hanya terdiam sedaritadi.

"Ngga bisa. Gua mau jemput Shakira." balas Jovan dengan penuh penekanan.

Jevais mengulum senyum, "Gapapa. Gue pulang sendiri aja. Masih banyak ojek online, kok."

Jovan menghiraukan jawaban Jevais. Entah mengapa hati nya terasa terbakar melihat laki-laki itu dan Haris tertawa bersama tadi. Ada sesuatu dalam dirinya yang terpendam mencoba untuk keluar namun tak bisa.

Jovan ingin sekali menonjok wajah Haris tapi ia tahu ia tidak bisa melakukan itu. Melihat tawa Jevais yang tercipta karena Haris membuat dirinya marah. Entahlah. Mungkin ia sedang cemburu? Tapi, apa mungkin?

"Gua duluan." Jovan menyampirkan jaket pada bahu nya lalu pergi keluar dari ruangan luas yang dipenuhi musik tersebut.

Ia lantas menaiki motor nya dan melaju menuju tempat yang dikatakan oleh Shakira tadi. Ternyata hujan turun dengan cukup deras sore itu. Jovan menaikkan kecepatan motor nya hingga akhirnya tiba di café yang dimaksud Shakira dan segera masuk ke dalam.

Laki-laki itu menyugar rambut nya yang sedikit basah, netra nya menatap ke sekitar sebelum menangkap Shakira yang tengah melambai ke arah nya.

"Kak Jovan, sini!"

Jovan menghampiri perempuan itu dan segera duduk di depan nya. Shakira tengah bersama teman perempuan nya yang duduk di sebelah dia. Tersipu malu entah karena apa. Mungkin ikut terpana oleh aura yang dikeluarkan Jovan.

"Lu nugas?" tanya Jovan.

Shakira mengangguk, "Bentar lagi, kok, Kak. Kakak pesen minuman dulu aja."

"Lama juga gapapa. Santai aja." balas Jovan lalu menyandarkan punggung nya dibangku yang ia duduki. Menutup mata nya sejenak. Tidak berniat untuk memesan kopi.

"S-sha, gue pulang duluan, ya. Udah dicariin Papa—eh, Mama." pamit teman Shakira.

"Hati-hati!"

"Iya."

Ia melangkah keluar dari café dengan cepat. Sedangkan Shakira menatap ke arah wajah milik Jovan. Pahatan wajah nya sangat sempurna dengan rahang yang tajam. Membuat orang bertanya-tanya apakah ia dibuat dari debu dan tanah? Atau kumpulan berlian yang dibuat dengan demikian rupa indah nya.

Nostalgia. ✔Where stories live. Discover now